Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan Kereta Api Akibat Kelalaian Petugas
Tragedi Bintaro 1987 menjadi evaluasi perkeretaapian Indonesia.
Tragedi Bintaro 1987 menjadi evaluasi perkeretaapian Indonesia.
Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan Kereta Api Akibat Kelalaian Petugas
Hingga kini, tercatat empat orang tewas dan 42 orang lainnya mengalami luka-luka. Dikatakan, kecelakaan kereta api ini mirip seperti tragedi Bintaro pada tahun 1987. Tragedi Bintaro 1987 ini adalah periwtisa kecelakaan kereta api yang konon terjadi karena kelalaian petugas.
Tragedi Bintaro 1987 ini bahkan menewaskan hingga ratusan orang. Korban yang mengalami luka-luka juga cukup banyak. Berikut, kami merangkuum penyebab terjadinya Tragedi Bintaro 1987 dan dampaknya, bisa disimak.
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
-
Apa yang terjadi pada tebing tol di Bintaro? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kapan tragedi ini terjadi? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Kapan tragedi Kanjuruhan terjadi? Puncaknya meletus pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
-
Apa yang terjadi pada tanggal 18 September 1988? Pada 18 September 1988, militer Myanmar akhirnya melancarkan kudeta untuk menegaskan kembali kendali penuh atas negara.
-
Siapa yang gugur saat bertempur di Timor Timur tahun 1983? Masjid ini dinamai Suparlan, salah satu prajurit legendaris korps baret merah. Suparlan gugur saat bertempur di Timor Timur tahun 1983.
Penyebab Tragedi Bintaro 1987
Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa.
Kecelakaan tersebut terjadi karena salah satu kereta tidak berhenti sesuai dengan jadwal dan jarak aman yang telah ditentukan. Akibatnya, kereta yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak kereta yang sedang berhenti di stasiun.
Salah Komunikasi
Tragei Bintaro 1987 ini dikatakan bermula dari adanya salah komunikasi.
Kesalahan komunikasi antara PPKA Stasiun Kebayoran dan PPKA Stasiun Sudimara terjadi ketika informasi tentang rencana persilangan kereta tidak terkoordinasi dengan baik.Hal ini mengakibatkan hampir terjadinya kecelakaan karena kedua pihak tidak mendapatkan informasi yang akurat tentang keberadaan kereta lain di jalur yang sama. Rencana persilangan yang tidak terkoordinasi menyebabkan kereta hampir bertabrakan di jalur tunggal.
Pertikaian Antar-Masinis
Pertikaian antar-masinis juga terjadi dalam Tragedi Bintaro 1987.
Pertikaian antar-masinis dalam kecelakaan Kereta Api Bintaro 1987 dimulai saat Masinis KA 225, yang membawa kereta ekspres, melanggar sinyal merah di PPKA Sudimara. Akibatnya, kereta tersebut bertabrakan dengan kereta lokal, menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa.
Peran Masinis KA 225 menjadi pusat perhatian karena dia dianggap salah dalam melanggar sinyal merah yang menyebabkan kecelakaan. PPKA Sudimara juga terlibat karena dituduh gagal dalam mengatur perjalanan kereta dengan baik.
Permasalahan dalam sistem perkeretaapian saat itu juga menjadi faktor utama dalam pertikaian antar-masinis. Kelalaian teknis, kurangnya koordinasi, dan pemeliharaan yang buruk menjadi masalah utama yang mempengaruhi keamanan perjalanan kereta api.
Kronologi peristiwa pertikaian antar-masinis dimulai dari pelanggaran sinyal merah hingga terjadinya tabrakan antara kereta ekspres dan lokal, menyebabkan kecelakaan Kereta Api Bintaro 1987. Masinis, PPKA Sudimara, dan masalah sistem perkeretaapian semuanya berperan dalam kejadian tragis ini.
- 19 Oktober 1987 Terjadi Tabrakan Kereta Api Bintaro 1, Begini Kronologinya
- Ingat Tabrakan Kereta Api Bintaro 1987? Ini Sosok Slamet Suradio Mantan Masinis yang Memprihatinkan Tak Dapat Uang Pensiun
- Kilas Balik 29 Maret 1924, Kala Kereta Api Surabaya Disabotase hingga Kecelakaan dan Terguling di Rancaekek
- Kilas Balik Tragedi Bintaro, Tabrakan Kereta Api yang Disebut Mirip Kecelakaan Turangga Bandung
Desakan Mundur
Setelah Tragedi Bintaro 1987 terjadi, dampak yang muncul adalah adanya deasakan mundur kepada Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin.
Desakan mundur ini menuntut pertanggungjawaban atas kegagalan dalam memastikan keselamatan dan keamanan transportasi kereta api di Indonesia.
Kecelakaan kereta api di Bintaro yang menyebabkan korban jiwa dan luka-luka menunjukkan perlunya perubahan dalam sistem pengawasan dan regulasi transportasi. Desakan mundur kepada Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin merupakan tindakan yang diperlukan untuk menarik perhatian pemerintah terhadap pentingnya peningkatan keselamatan transportasi kereta api.
Dengan desakan mundur ini, diharapkan akan ada perubahan dalam pengawasan dan regulasi transportasi kereta api di Indonesia, sehingga kecelakaan serupa dapat dicegah di masa depan. Desakan mundur juga dapat memberikan sinyal kepada pejabat publik lainnya bahwa keselamatan transportasi adalah prioritas yang harus diperhatikan dan mereka harus bertanggung jawab atas kebijakan yang mereka buat.