Gunung Merapi Menggembung, Proses Evakuasi Akan Terapkan Protokol Kesehatan
Setelah erupsi freatik yang terjadi pada 21 Juni 2020, tubuh Gunung Merapi terus menggembung dan per harinya mencapai 0,5 cm. Atas tanda ini, masyarakat diminta untuk waspada kalau suatu saat gunung itu akan kembali meletus.
Dalam dua tahun belakangan, aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat. Beberapa kali gunung itu mengeluarkan erupsi freatik yang membuat warga sekitar cemas. Namun beruntungnya erupsi itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan ada penggembungan pada tubuh Gunung Merapi setelah terjadinya erupsi freatik pada 21 Juni.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dilansir dari Liputan6.com pada Kamis (9/7), setelah terjadi erupsi tersebut, tubuh Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 cm per harinya. Namun menurutnya kecepatan penggembungan itu masih tergolong rendah dibandingkan dengan yang terjadi pada 2010 yang mencapai 130 cm dalam sebulan. Berikut selengkapnya:
Akan Kembali Erupsi
©Handout/Merapi Observation/AFP
Dari tanda-tanda yang ada, Hanik mengatakan Gunung Merapi akan kembali mengalami erupsi atau tumbuh kubah lava. Selain itu dia juga menyampaikan sebelum tanggal 21 Juni lalu sudah ada gempa vulkanik yang terjadi baik yang sifatnya dangkal maupun dalam.
“Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti dan terus terjadi. Tapi itu belum membahayakan penduduk agar dalam radius 3 km dari puncak tidak ada aktivitas warga,” kata Hanik dikutip dari Liputan6.com.
Siapkan Desa Keluarga
©Twitter/JALIN Merapi
Kepala Pelaksana Harian BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, mengatakan bahwa persiapan evakuasi telah dilakukan sejak Maret 2020. Dia mengatakan, desa-desa yang ada di lereng Merapi telah memiliki desa saudara atau desa keluarga yang nantinya menjadi tujuan pengungsian warga.
Sebagai contoh, Bambang menyebutkan untuk Desa Tlogolele, Kecamatan Selo desa keluarganya adalah Desa Mertoyudan, Magelang. Sementara itu untuk Desa Klakah, Kecamatan Selo desa keluarganya adalah Desa Gantang Kecamatan Sawangan. Sedangkan untuk Desa Jrakah, Selo desa keluarganya adalah Desa Mudal Boyolali.
Proses Evakuasi Akan Terapkan Protokol Kesehatan
Mengingat masa pandemi COVID-19 belum berakhir, proses evakuasi nantinya akan menerapkan protokol kesehatan.
Berdasarkan catatan BPBD, jumlah warga Desa Klakah yang berada di Lereng Merapi adalah sebanyak 2.973 jiwa, untuk Desa Jrakah sebanyak 4.430 jiwa, dan untuk Desa Tlogolele sebanyak 2.786 jiwa.
Ganjar Minta Masyarakat Waspada
©2020 AFP/Handout/BPPTKG
Sementara itu Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengimbau masyarakat yang berada di lereng Merapi untuk tetap waspada dan tetap menaati protokol kesehatan. Namun dia mengakui sebenarnya warga relatif sudah siap menghadapi bencana yang sudah sering terjadi itu.
“Tinggal kami siapkan model siaganya seperti apa. Kalau dilihat secara mental, kebiasaan, dan pengalaman, masyarakat lebih siap. Hal yang menarik di desa ini adalah mereka punya desa saudara dalam penanganan bencana. Itu keren. Apalagi melibatkan dua kabupaten. Itu bisa menjadi contoh nasional,” ungkap Ganjar Pranowo dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (9/7).