Warga Terdampak Banjir di Kudus Belum Mau Mengungsi, Ternyata Ini Alasannya
Pada 1 Februari 2021, bencana banjir menerjang wilayah Kudus dan menyebabkan 150 hektare sawah terendam air. Setidaknya, banjir di sana menggenangi empat desa dengan kedalaman air sekitar 100-120 sentimeter. Walau beberapa rumah telah terendam, namun belum ada warga yang mau mengungsi. Apa alasan mereka?
Pada 1 Februari 2021, bencana banjir menerjang wilayah Kudus dan menyebabkan 150 hektare sawah terendam air. Setidaknya, banjir di sana menggenangi empat desa dengan kedalaman air sekitar 100-120 sentimeter.
Dalam rangka antisipasi keselamatan warga, Satgas PBP Kecamatan bersama BPBD dan TNI Polri membuat pembatas jalan dari bambu dan rafia setinggi 185 cm agar warga tak terperosok ke dalam tanah yang telah tergenang.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Tak hanya sawah, beberapa rumah warga sudah tergenang air. Oleh karena itulah pihak pemerintah sudah menyediakan tempat pengungsian beserta sarana pendukungnya. Namun, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kudus, Wiyoto, mengatakan bahwa belum ada warga yang mau mengungsi. Lalu apa alasan mereka? Berikut selengkapnya:
Desa yang Terdampak
©2020 Merdeka.com
Melansir dari Liputan6.com, setidaknya ada empat desa yang terendam banjir, yaitu Desa Setrokalangan, Desa Kedungdowo, Desa Banget, dan Desa Blimbing Kidul. Namun menurut Wiyoto, jumlah desa yang terendam banjir tak hanya empat desa itu saja, melainkan diperkirakan lebih banyak karena curah hujan yang tinggi di Kudus membuat desa langganan banjir kembali terdampak.
"Meskipun debit air Sungai Wulan sudah mulai menurun, namun genangan banjir yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Kudus belum surut seluruhnya. Bahkan akses jalan beberapa perkampungan juga masih tergenang dan belum bisa dilalui kendaraan bermotor,” ungkap Wiyoto mengutip dari ANTARA pada Selasa (2/2).
Perkiraan Surutnya Banjir
©Unplash/jonfordphotos
Di samping empat desa di atas, tercatat ada dua desa lain yang terdampak banjir, yaitu Desa Jati Wetan, Desa Mejobo, dan Desa Golantepus. Khusus di Desa Mejobo dan Golantepus, diperkirakan genangan banjir akan berkurang karena penyebabnya hanya limpahan air dari Sungai Dawe dan Piji. Sementara itu untuk desa lainnya, surutnya air masih menunggu curah hujan yang menurun disertai debit air di Sungai Wulan yang tidak naik karena ada sungai yang mengaliri airnya.
Tempat Pengungsian
©2015 Merdeka.com
Karena bencana banjir ini, pemerintah telah menyediakan tempat pengungsian antara lain di kantor Kecamatan Kaliwungu, sementara dapur umum berada di seputar masjid di daerah Kedungdowo. Setiap harinya, dapur umum itu menyiapkan sekitar 4.000 bungkus nasi.
Sementara itu, posko kesehatan disiapkan di dua lokasi yaitu di Desa Setrokalangan serta di Desa Banget. Selain untuk warga desa asal, posko itu juga melayani warga dari desa lain yang jaraknya berdekatan.
Warga Belum Mau Mengungsi
©2015 Merdeka.com
Walaupun banjir sudah menggenangi rumah-rumah, namun belum ada warga yang mau mengungsi karena ketinggiannya masih sebatas mata kaki orang dewasa. Mereka berpikir, selama masih bisa ditempati, mereka lebih memilih bertahan di rumah dibandingkan harus mengungsi.
Sementara itu Suti, salah satu warga Desa Setrokalangan mengaku rumahnya masih aman dari banjir. Hanya saja akses jalan di depan rumahnya sudah kebanjiran dengan kedalaman setinggi lutut orang dewasa. Terkait bantuan logistik, dia mengaku belum mengetahui karena belum mendapatkan.
“Entah warga lain, apakah sudah mendapatkan atau belum karena belum dapat informasi terbarunya,” kata Suti mengutip dari Liputan6.com.