Jenis Penyakit Hati dalam Islam yang Patut Diwaspadai, Jauhkan Diri Secepatnya
Penyakit hati yang berasal dari jantung spiritual ini pun bermacam-macam. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai penyakit hati dalam Islam mulai dari pengertian, sebab, hingga jenis-jenisnya yang patut Anda ketahui.
Saat menyebut atau membahas mengenai penyakit hati dalam perspektif Islam, biasanya yang dimaksud bukanlah penyakit hati jasmaniah seperti penyakit hepatitis, liver, sirosis, dan sebagainya.
Dalam Islam, penyakit hati memiliki dua makna. Yang dimaksud dengan penyakit hati dalam Islam lebih kepada kerusakan pandangan dan keinginan seseorang terhadap realita atau kebenaran yang ada di hadapannya.
-
Apa yang bisa dilakukan umat Muslim untuk terhindar dari berbagai penyakit berbahaya? Agar terhindar dari berbagai penyakit berbahaya, umat Islam bisa membaca doa.
-
Apa itu penyakit langka? Penyakit langka adalah penyakit yang jumlah penderitanya sangat sedikit, yaitu kurang dari lima orang dari 100.000 orang penduduk. Ada banyak jenis penyakit langka yang telah diidentifikasi, yang sebagian besar bersifat genetik, kronis, dan mengancam jiwa.
-
Mengapa mengenal Allah penting? Jika seseorang mendalami nama dan sifat Allah, berarti ia telah sibuk mencari apa tujuan ia diciptakan. Dan ketika seseorang tidak berusaha mengenal Allah, berarti ia telah melalaikan dari tujuan penciptaan-Nya.
-
Apa itu penyakit ain? Penyakit ain adalah sebuah gangguan yang dipercaya dalam Islam, dan bisa dialami oleh siapa saja, dari orang tua, muda, laki-laki, maupun perempuan. Penyakit ain adalah penyakit hati yang bermula dari pandangan mata yang kemudian menciptakan perasaan iri, dengki, hasad, dan takjub. Penyakit ini bisa mengganggu kehidupan manusia, baik secara fisik dan psikologis.
-
Bagaimana cara menghilangkan jerawat dengan cara Islami? Dengan melakukan perawatan diri yang baik, seperti mencuci wajah secara teratur, menghindari makanan yang berpotensi memperburuk jerawat, dan menjaga kelembapan kulit.
-
Apa yang dimaksud dengan penyakit dermatitis? Dermatitis adalah kondisi kulit ditandai dengan peradangan yang menyebabkan kemerahan, gatal, dan kadang-kadang timbul lepuh.
Baca juga: Ujub Adalah Salah Satu Penyakit Hati Pahami Cara Mengobatinya
Menurut al-Ghazali, melansir dari Jurnal Bimbingan Konseling Islam, istilah kalbu yang menunjuk kepada jantung atau hati (heart) dapat bermakna hati fisik (jasmaniah) yang menjadi pusat peredaran darah dan hati spiritual (batiniah) yang menjadi pusat perasaan, dalam arti perasaan halus (lathifah).
Hati spiritual menunjuk kepada keadaan bolak balik dalam menentukan keputusan, memelihara jiwa dengan memberikan cahaya dan kearifan. Hati fisik sangat besar pengaruhnya pada kesehatan badan dan hati spiritual besar pengaruhnya pada kesehatan jiwa.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Penyakit hati yang berasal dari ranah spiritual ini pun bermacam-macam. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai penyakit hati dalam Islam mulai dari pengertian, sebab, hingga jenis-jenisnya yang patut Anda ketahui.
Penyebab Penyakit Hati dalam Islam
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir.” (QS. At-Taubah [9] : 125)
Sakitnya hati merupakan kerusakan yang menimpanya, yang merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. Seseorang yang berpenyakit hati tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, mengutip Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Thibbul Qulub: Klinik penyakit Hati.
Mereka cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang tidak sesuai dari hakikat sebenarnya atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang dan merusak keinginannya terhadapnya, sehingga ia membenci kebenaran yang bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan.
Abdul Aziz dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Jiwa: Kajian Korelatif Pemikiran Ibnu Qayyim dan Psikologi Modern membagi empat faktor penyebab gangguan jiwa, yaitu:
- Mengabaikan pikiran
- Fitnah syubhat dan syahwat
- Dosa dan maksiat
- Gelisah, bingung dan sakit
Muhammad Asy-Syanawi mengatakan bahwa sebenarnya manusia tidak akan terganggu dengan adanya nilai dan moral, seperti yang diungkapkan sebagian orang, melainkan perilaku akan terganggu jika manusia menjauh dari nilai dan moral.
Oleh karena itu, perilaku yang menyimpang dari tujuan dan tugas utamanya merupakan sumber gangguan yang bermuara pada sikap menjauhi agama dan ajaran-ajarannya. Seseorang yang diserang penyakit hati kepribadiannya cenderung terganggu, menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemanya.
Seringkali, orang yang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari yang lain.
Penyakit Hati dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, penyakit hati seringkali diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan sejenisnya.
Mengutip Dr. HM. Zainuddin, MA dalam Penyakit Hati dan Cara Pengobatannya, Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu:
- pamer (riya’),
- marah (al-ghadhab),
- lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah),
- was-was (al-was-wasah),
- frustrasi (al-ya’s),
- rakus (tama’),
- terperdaya (al-ghurur),
- sombong (al-ujub),
- dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Beberapa sifat tercela di atas memiliki relevansi dengan penyakit jiwa. Sebab, dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses). Jadi, biasanya para penderitanya memiliki salah satu sifat-sifat buruk tersebut sebagai tanda bahwa ia memang sedang sakit jiwa.
Jenis Penyakit Hati dalam Islam
Menurut pemikir-pemikir Islam, jenis penyakit hati antara lain berbentuk riya, hasad, dengki, rakus, was-was, tamak dan sebagainya. Berikut beberapa penjelasan mengenai jenis penyakit hati dalam Islam, mengutip Syaikh Ahmad Farid dalam buku Manajemen Qalbu Ulama Salaf:
1. Riya
Penyakit hati dalam Islam yang pertama adalah riya. Dalam penyakit riya, terdapat unsur penipuan terhadap diri sendiri dan juga orang lain, karena pada hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Dalam riya, terdapat unsur kepura-puraan, munafik, seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Sifat ini digambarkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’:142 dan at-Taubah:67 dan juga hadits Nabi: "Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi".
Riya ada yang jelas dan ada yang samar. Riya yang jelas adalah riya yang menjadi pemicu dan pendorong bagi seseorang untuk mengerjakan sesuatu, meskipun ia juga mengharapkan pahala.
Sedangkan riya yang samar adalah riya yang tidak menjadi pendorong seseorang untuk berbuat, selain membuat pekerjaan yang ditunjukan untuk meraih ridha Allah terasa ringan. Misalnya, orang biasa sholat tahajud setiap malam dan terasa berat, tetapi ketika ada tamu di rumahnya ia menjadi giat salat tahajud dan terasa ringan.
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya” (QS. Al-Maa‟uun [107] : 4-6)
2. Sombong
Penyakit hati dalam Islam yang kedua adalah sombong. Sombong merupakan penyakit hati yang sangat buruk. Orang yang sombong enggan menerima kebenaran, menolaknya dan memandang rendah terhadapnya. Dan hal itu terjadi karena adanya perasaan tinggi hati dan agung (sombong).
Ada beberapa ayat yang membicarakan penyakit sombong, salah satunya dalam surat al-A'raf ayat 136:
“Kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS. Al-A‟raf [7]: 136).
Adapun hal-hal yang di sombongkan biasanya antara lain; menyombongkan ilmu pengetahuan, status sosial dan nasab, kekayaan, menyombongkan pengikut, pendukung dan golongan.
Kesombongan bisa terjadi pada gerak-gerik seseorang seperti memalingkan muka, memandang sebelah mata (sinis) atau pada ucapannya hingga suara dan nada bicaranya. Kesombongan tidak bisa hilang hanya dengan angan-angan, melainkan dengan proses pengobatan yang membutuhkan dua tahap.
Tahap pertama, cara mengatasinya harus dilakukan secara ilmiah dan praktis secara simultan. Pengobatan secara ilmiah dilakukan dengan mengenali diri sendiri dan mengenali sifat-sifat rabbnya. Tahap kedua, yaitu mengusir gejala sombong yang tiba-tiba muncul akibat hal-hal yang bisa memicu kesombongan.
3. Ujub atau Bangga Hati
Penyakit hati dalam Islam yang ketiga adalah ujub atau bangga hati. Ketahuilah bahwa ujub atau bangga hati adalah perbuatan yang dicela di dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. seperti dalam firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. al-Baqarah [2]: 264).
Menyebut-nyebut adalah akibat dari sikap menganggap besar amal perbuatan dan itu termasuk ujub. Ujub dapat menyeret kepada sifat sombong. Orang yang memiliki sifat ujub tertipu dengan diri dan pendapatnya sendiri, merasa aman dari siksa Allah, merasa memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan tidak mau mendengar nasihat atau petuah dari orang lain.
Hal ini dapat membawa kehancuran yang nyata. Manusia hendaknya memohon kepada Allah agar diberi pertolongan yang baik untuk taat kepada-Nya. Maka obatnya adalah pengetahuan yang bisa melawan ketidaktahuan tersebut.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa‟ [4]: 79).
4. Iri Hati dan Dengki
Penyakit hati dalam Islam yang ke empat adalah iri hati dan dengki. Iri hati dan dengki adalah gejala-gejala luar yang kadang menunjukkan perasaan dalam hati. Namun, gejala-gejala tersebut tidak mudah untuk diketahui karena seseorang akan berusaha semaksimal mungkin menyembunyikannya.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa rasa iri muncul akibat kegagalan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Oleh sebab itu, emosi ini sangat kompleks dan pada dasarnya terdiri atas rasa ingin memiliki. Meski demikian, tidak benar juga mengumpamakan rasa iri sebagai kumpulan dari rasa marah, rasa ingin memiliki dan rasa rendah diri. Iri dan dengki memiliki karakteristiknya sendiri.
Dan di antara gejala-gejala yang nampak adalah marah dengan segala bentuknya mulai dari memukul, mencela, menghina, membuka rahasia orang lain, dan seterusnya. As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni:
- Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);
- Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).
Iri yang pertama merupakan kompetisi sehat untuk meniru hal-hal positif yang dimiliki orang lain tanpa didasari oleh niat jahat dalam rangka fastabiqul khairat. Iri dalam jenis ini merupakan sesuatu yang diharuskan bagi setiap muslim berdasarkan firman Allah:
“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan”. (Q.S. al-Maidah: 48).
Sementara, iri yang kedua lebih didasarkan oleh rasa benci terhadap apa-apa yang dimiliki oleh orang lain, baik yang berkaitan dengan materi maupun yang berhubungan dengan jabatan/kedudukan. Iri jenis ini, menurut As-Syarqawi cenderung memunculkan sikap antipati dan bahkan melahirkan sikap permusuhan terhadap orang lain. Kemunculannya lebih disebabkan oleh rasa sombong, bangga, riya, dan rasa takut kehilangan kedudukan.