Peristiwa 22 Maret: Pengakuan Kemerdekaan Indonesia Pertama oleh Negara Mesir
Tepat pada 22 Maret 1946, pemerintah Mesir resmi mengakui kedaulatan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini pun menjadikan Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Tepat pada 22 Maret 1946, pemerintah Mesir resmi mengakui kedaulatan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini pun menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan kedaulatan ini berawal dari kuatnya dukungan dari rakyat Mesir kepada Indonesia. Pada saat itu, selama berhari-hari media massa dari Timur Tengah selalu menampilkan pernyataan dari partai politik serta ormas setempat yang mencela sikap Belanda.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa masalah utama yang dihadapi Yogyakarta terkait sampah? Sampah di Yogyakarta ini rasane ora kelar-kelar, ora uwis-uwis (rasanya enggak pernah selesai, enggak ada habisnya). Pertanyaannya, kepiye kok ngene? Gitu kan? Terus muncul timbunan sampah di 14 depo yang ada di kota,
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Apa yang dinikmati oleh Kasad dan keluarganya di Yogyakarta? Saat sampai di Yogyakarta, ketiganya langsung menikmati kuliner khas kota tersebut. Mereka tampak datang dan menikmati sajian khas dari Yogyakarta yaitu Gudeg.
-
Apa arti dari 'Ya Rahman Ya Rahim'? Secara harfiah, Ya Rahman Ya Rahim berarti "Wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang". Dua kata "Rahman" dan "Rahim" secara khusus menggambarkan sifat-sifat Allah yang amat penyanng.
Mengutip dari Liputan6, di dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, ada sebuah penilaian mereka terhadap Belanda yang bertuliskan “Belanda tidak berperikemanusiaan” yang di tulis oleh M Zein Hassan Lc.
Kalimat, "Lebih baik menderita kelaparan daripada mengkhianati Tanah Air dan bangsa," menggaung di seantero Mesir. Sebab, pada saat itu, Belanda masih saja membayangi Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Terjadinya Demo Besar-besaran di Mesir
Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir tak serta-merta berjalan dengan mulus tanpa ada suatu halangan apapun.
Aksi demonstrasi besar-besaran sempat digelar oleh pemuda serta mahasiswa di Mesir. Pada akhirnya, demo ini berhasil mendesak Kedutaan Besar Belanda di Kairo dan mereka menjadi merasa terancam.
Dalam ketakutan itu, Kedutaan Belanda menghubungi Kementerian Luar Negeri Mesir supaya menghentikan unjuk rasa mahasiswa Indonesia dan Mesir.
Kemudian, pada 22 Maret 1946, Sekretaris Jenderal Keamanan setempat, Kamil Abdurahim Bey, memanggil perwakilan Indonesia yang bertanggung jawab pada WNI di Mesir, yakni Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia.
Pada saat itu, dia tidak menyinggung soal kedaulatan Indonesia di dalam pertemuan tersebut. Akan tetapi, hanya menanyakan apakah Indonesia terlibat dalam konfrontasi dengan Kedutaan Belanda.
Setelah itu, dia mengatakan, pemerintahnya akan mengikuti pendapat Salahuddin Pasya yang dihormati Kementerian Luar Negeri Mesir itu.
Zein Hassan menyebut, dengan sederhana Sekjen Kemlu Mesir menyatakan, "Dari saat ini juga, Pemerintah Mesir menganggap warga Indonesia di Mesir tidak ada hubungan lagi dengan Perwakilan Belanda. Semua urusan yang menyangkut warga negara Indonesia itu, Pemerintah Mesir akan menghubungi Panitia."
Pernyataan Kamil Abdurahim Bey ini berarti tiga hal. Pertama, pengakuan de facto kebebasan warga Indonesia di luar negeri dari 'perwalian' Belanda. Kedua, Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia de facto Perwakilan RI untuk sementara itu. Ketiga, pengakuan de facto kedaulatan RI atas Indonesia.
Setelah adanya keputusan tersebut, pernyataan Mesir ini lalu diikuti oleh para negara anggota Liga Arab.
Konsekuensinya adalah mereka mengakui kartu pengenal yang telah dikeluarkan oleh Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia bagi WNI di Timur Tengah. Selain itu, Mesir juga memberikan utangan kepada Indonesia untuk membayar utang ke Belanda.
Hubungan Indonesia dan Mesir Saat Ini
Setelah adanya pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir, kedua belah pihak saat ini masih menjalin hubungan bilateral dengan baik. Melansir dari website Kementerian Luar Negeri Indonesia, terdapat beberapa bidang yang telah dilakukan di antara kedua negara seperti politik, ekonomi, serta sosial budaya.
Keharmonisan di antara keduanya pernah dilakukan dan salah satunya ditunjukkan pada 2016 silam. Saat itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi serta Menlu Mesir Saneh Soukry telah sepakat untuk mengangkat hasil Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) yang ke-5 mengenai Palestina dan Al Quds hingga ke PBB serta pertemuan nasional yang lainnya.
Saat itu, Perdana Menteri (PM) Mesir Sharif Ismaillah yang membuka KTT LB OKI ke-5 tentang Palestina dan Al Quds di Jakarta karena negara tersebut masih menjadi negara Ketua Konferensi OKI ke-12, sebelum menyerahkan keketuaannya kepada Turki pada bulan April 2016 silam.
Dengan adanya contoh hubungan bilateral tersebut, maka semakin meyakinkan bahwa hubungan Indonesia dengan Mesir telah dapat terjalin dengan rukun dan juga salah satunya dilatarbelakangi oleh pengakuan kemerdekaan Indonesia ini oleh Mesir.