Potret Miris Kekeringan di Ponorogo, Ratusan Warga Tempuh 2 KM ke Tengah Hutan Demi Sumber Air Satu-satunya
Jumlah desa di Kabupaten Ponorogo yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang bertambah banyak
Kemarau panjang tahun 2024 menyebabkan berbagai daerah di Indonesia dilanda bencana kekeringan. Bahkan sejumlah daerah mengalami kekeringan lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Jumlah desa di Kabupaten Ponorogo yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang bertambah banyak.
- Potret Miris Kekeringan di Jawa Tengah, Nenek Asal Pati Harus Jalan Kaki 2 Kilometer Pikul Puluhan Liter Air
- Tak Cuma Puncak, Potret Jalur Pendakian Gunung Ramai dan Macet Melihatnya Bikin Sesak
- Potret 75 Desa di Pamekasan Darurat Kekeringan, Warga Harus Tempuh Jarak Tiga Kilometer untuk Dapatkan Air Bersih
- Dibangun di Hutan Angker, Begini Potret Pondok Pesantren di Tengah Pegunungan Kapur Ponorogo
Hingga pertengahan Agustus 2024, tercacat ada empat desa yang terdampak krisis air bersih meliputi Desa Sidoarjo, Karangpatihan (Kecamatan Pulung), Desa Duri, Wates (Kecamatan Slahung). Kini jumlah desa yang mengalami kekeringan bertambah.
Babak Baru
Salah satu kampung yang menyusul mengalami bencana kekeringan yakni Dukuh Bungur, Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo.
Akibat bencana ini, sekitar 400 warga rela keluar-masuk hutan demi mendapat air bersih dari satu-satunya sumber di dalam hutan belantara. Mereka pun harus menaklukkan jarak kurang lebih dua kilometer demi mendapatkan air bersih.
"Daerah itu memang masuk daerah rawan kekeringan," jelas Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo Masun, di Ponorogo, Selasa (3/9/2024), dikutip dari ANTARA.
Dukuh Bungur merupakan wilayah baru yang mengalami kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo sudah mengirimkan bantuan tandon serta jerigen untuk warga.
"Saat ini sudah ada sembilan wilayah di Ponorogo yang mengalami kekeringan dan sudah meminta droping pendistribusian air bersih," jelas Masun.
Perjuangan
Sejumlah sumber air milik warga Dukuh Bungur mulai mengering akibat kemarau panjang. Hal ini membuat warga harus berjalan untuk mengambil air dari sumber yang berada di hutan.
"Sebenarnya warga memiliki sumur sendiri namun saat musim kemarau, sumber air tidak muncul. Satu satunya yang ada di hutan," tutur Jawar, salah satu warga Dukuh Bungur.
Jawar menambahkan jarak terjauh warga untuk mendapatkan air dari hutan sekitar dua kilometer. Warga juga bergantian membawa jerigen untuk menampung air. Mereka juga harus saling berbagi lantaran jumlah air dari sumber di tengah hutan sangat terbatas.
"Air yang digunakan hanya untuk kebutuhan air baku, ya masak dan minum, ambilnya manual pakai ciduk," ungkap Jawar.
Tindak Lanjut
Kepala Dusun Bungur Tukimun mengaku sudah melaporkan kekeringan tersebut kepada kepala desa setempat. Ia juga sudah bersurat kepada BPBD untuk meminta bantuan air bersih.
"Sudah bersurat, sudah dapat balasan minggu ini katanya mau di droping air dari BPBD," jelas Tukimun, dikutip dari ANTARA.
Sementara itu, BPBD Ponorogo mengimbau masyarakat khususnya penerima bantuan air bersih untuk memanfaatkan air secara bijaksana.
BPBD Kabupaten Ponorogo mengaku siap mendistribusikan bantuan air bersih yang dibutuhkan masyarakat jika pemerintah desa setempat mengajukan permohonan bantuan secara resmi.