Rahasia di Balik Makam Raja-raja Sumenep, Pagarnya Disebut Punya Kekuatan Gaib
Kompleks pemakaman raja-raja Sumenep ini merupakan salah satu tempat yang disakralkan masyarakat. Konon, pagarnya punya kekuatan gaib.
Tempat bersejarah ini dianggap sakral dan angker
Rahasia di Balik Makam Raja-raja Sumenep, Pagarnya Disebut Punya Kekuatan Gaib
Pemakaman Raja-raja Sumenep atau Asta Tinggi adalah salah satu situs penting di Sumenep. Kompleks pemakanan yang dibangun pada kurun waktu 1600-an masehi ini lebih tua dari bangunan keraton di Kelurahan Pajagalan dan Masjid Jami’ Panembahan Sumolo.
(Foto: Pemkab Sumenep)
-
Apa yang menjadi daya tarik utama wisata religi di Aceh? Aceh merupakan salah satu destinasi utama bagi wisata religi di Indonesia dengan keindahan yang memukau. Salah satu daya tarik utama adalah Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di pusat Kota Banda Aceh.
-
Apa saja jenis tempat wisata religi yang ada di Bangka Belitung? Wilayah yang terdiri dari beberapa pulau ini terkenal dengan ragam destinasi wisata yang menarik untuk di kunjungi. Simak beberapa spot wisatanya berikut ini. Pulau Sumatra bukan hanya kaya dengan hasil alamnya saja, tetapi juga potensi pariwisatanya yang besar juga ada di tempat ini. Meskipun Danau Toba menjadi ikon pariwisata Sumatra, bukan berarti spot wisata lainnya tidak menarik untuk dikunjungi.
-
Bagaimana Masjid Agung Sumenep merefleksikan budaya Jawa? Gaya khas arsitektur Jawa tampak pada bentuk atap bergaya tajug kerucut lancip menjulang tinggi. Atap model ini banyak diterapkan pada candi kuno warisan peradaban Jawa.
-
Apa daya tarik utama dari desa wisata religi Leuwimunding? Daya tarik utama dari Leuwimunding adalah keberadaan makam para ulama, salah satunya K.H Abdul Chalim.
-
Kenapa Masjid Agung Surakarta menjadi tempat wisata religi yang berbeda? Selain dapat beribadah, di sini Anda juga dapat merasakan sensasi wisata religi yang berbeda.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari wisata religi di Makam Nyai Andong Sari? Kompleks makam ini jadi salah satu yang dianggap sakral oleh masyarakat Kompleks Gunung Ratu di Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dipercaya sebagai titik akhir pengasingan ibunda Gajah Mada yang menyamarkan namanya sebagai Nyai Andong Sari atau yang dikenal dengan nama Mbah Ratu.
Asta Tinggi terletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Sosok yang dimakamkan di sini meliputi para raja, anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya. Kawasan pemakaman ini direncanakan oleh Panembahan Somala dan pelaksanaanya dilanjutkan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II.
(Foto: Wikipedia)
Makam Pertama
Sosok yang pertama kali fimakamkan di Asta Tinggi ialah Tumenggung Anggadipa atau Pangeran Anggadipa. Ia merupakan bangsawan Jepara yang ditunjuk kerajaan Mataram untuk mengisi kevakuman pemerintahan di ujung pulau Madura akibat invasi Sultan Agung ke pulau penghasil garam tersebut.
Konon, Pangeran Anggadipa sangat betah di Sumenep. Setelah beliau diberhentikan dengan hormat oleh Mataram, sang pangeran tidak kembali ke Jepara. Ia dan keluarganya tetap tinggal di Sumenep hingga akhir hayat. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Desa Kebunagung yang menjaid lokasi Asta Tinggi saat ini.
Setelah pemerintahan kembali ke tangan Raden Bugan alias Tumenggung Yudonegoro dan keturunannya, banyak penguasa dinasti Bugan yang dimakamkan di samping makam Pangeran Anggadipa. Kompleks ini lalu dikenal sebagai pemakaman raja-raja Sumenep.
(Foto: Google Maps Ryo Auli)
Kompleks Asta Tinggi
Pemakaman ini terdiri dari tujuh kawasan.
1. Kawasan Asta Induk, terdiri dari Kubah Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bendoro Saod), Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III (Pangeran Akhmad atau Pangeran Djimat), Kubah Pangeran Pulang Djiwo, dan makam para istri dan selir Raja Sumenep.
2. Kawasan Makam Ki Sawunggaling
3. Kawasan Makam Patih Mangun
4. Kawasan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo
5. Kawasan makam Raden Adipati Pringgoloyo
6. Kawasan Makam Raden Tjakra Sudibyo
7. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo
Arsitektur
Arsitektur makam ini dipengaruhi beberapa kebudayaan yang berkembang pada masa Hindu. Hal ini dapat dilihat dari penataan kompleks makam dan beberapa batu nisan pada masa awal Islam berkembang di tanah Jawa dan Madura. Selain itu pengaruh dari kebudayaan Tiongkok terdapat pada beberapa ukiran kubah makam Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro, makam Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III dan makam Pangeran Pulang Djiwo.
- Mahasiswa Ramai-Ramai Tolak Kedatangan Ganjar untuk Beri Kuliah Umum di Uncen Papua
- Ini Makanan yang Disantap Raja Majapahit saat Pesta di Era Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada
- Ramai-Ramai Pegawai Tuntut Pimpinan KPK Mundur Usai Minta Maaf ke TNI soal OTT Basarnas
- Puluhan Pegawai Pemkab Gowa Keracunan Seusai Santap Makanan Resepsi Pernikahan
Arsitektur Eropa mendominasi bangunan kubah makam Sultan Abdurrhaman Pakunataningrat I dan Makam Patih Mangun yang ada di luar Asta induk. Dalam kawasan kubah makam Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, seluruh bangunnannya dipengaruhi gaya arsitektur klasik, kolom-kolom ionic masih dipakai di beberapa tempat termasuk pada kubah makamnya.
Bagian pagar yang mengelilingi Asta Tinggi dibangun oleh salah satu Demang atau Walikota di Ambunten yakni Raden Demang Singoleksono alias Kiai Macan Ambunten. Ia adalah salah satu tokoh keraton dari keluarga dinasti Bugan yang disebut waliyullah.
(Foto: Google Maps Muttaqin)
Pagar yang terbuat dari susunan batu itu dianggap masyarakat setempat mengandung kekuatan gaib. Lebih lanjut, sejak dahulu lokasi Asta Tinggi memang dikenal angker dan keramat. Bahkan, ada riwayat masyhur yang menyebutkan burung terbag di atas bumi kompleks Asta Tinggi langsung jatuh.
Sejak masa dinasti Saut, perawatan Asta Tinggi diserahkan kepada penjaga-penjaga yang dipilih dan ditunjuk keraton. Mereka lantas diberi tanah cato yang sifatnya hak pakai dan tak boleh dijual. Sementara itu, kebijakan terkait Asta Tinggi tetap diatur oleh kalangan bangsawan dinasti Saut.
(Foto: Google Maps Ahmad Wiyanto Hanafi)