Tumpeng Tempe Raksasa, Sang Ikonik di Tradisi Sedekah Bumi Sidoarjo
Berbeda dari biasanya, di Desa Sedengan Mijen Krian Sidoarjo tumpengan ini bukan berwarna warni-warni layaknya tumpengan pada umumnya. Di desa ini, tumpengan terlihat ikonik berwarna putih yang berasal dari tempe.
Tradisi sedekah bumi memang sudah tidak asing lagi di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Upacara ini masih banyak kita jumpai pada masyarakat di daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.
Sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta karena telah diberikan kenikmatan yang melimpah dan dihindarkan dari segala mara bahaya. Upacara sedekah bumi khas dengan adanya seserahan yang disumbangkan oleh setiap warga.
-
Di mana nasi pecel dengan porsi kecil di Tulungagung ini berada? Mengutip TikTok @kulinerun57, warung pecel yang letaknya persis disamping klenteng Tulungagung di Jalan W.R. Supratman ini sudah berdiri sejak tahun 1979.
-
Bagaimana nasi timbel dibuat? Orang Sunda tidak menambahkan bumbu atau rempah apapun ke dalam nasi timbel, namun uniknya nasi mengeluarkan aroma sedap dengan rasa yang pulen dan cocok dengan aneka lauk makan.
-
Apa yang dimaksud dengan nasi sisa? Saat memasak nasi terlalu banyak, biasanya akan ada sisa yang sayang untuk dibuang. Ada baiknya nasi sisa tersebut disimpan di dalam kulkas dengan wadah tertutup, supaya tidak terkontaminasi bakteri Bacillus cereus.
-
Dari mana asal makanan nasi tepeng? Nasi tepeng adalah salah satu makanan khas dari daerah Gianyar, Bali.
-
Kapan Pakdhe Nurdin mulai berjualan nasi goreng? Tak ingin menghabiskan waktunya dengan duduk-duduk saja, pria 56 tahun itu berinisiatif untuk memulai bisnis nasi goreng.
-
Kapan nasi goreng pertama kali muncul? Diperkirakan Sudah Muncul Sejak Tahun 4000 SM Nasi goreng memang rasanya sudah jadi menu yang 'Indonesia banget'. Tapi, merunut sejarahnya, menu ini pertama kali hadir pada tahun 4000 Sebelum Masehi di Tiongkok.
Setiap warga akan menyumbangkan beberapa hasil bumi yang mereka dapatkan dalam setahun untuk disumbangkan pada acara Sedekah Bumi. Bisa berupa sayuran, buah dan lain sebagainya. Biasanya nanti akan dibuat tumpengan dengan beragam isi. Namun, di Desa Sedengan Mijen Krian ada salah satu tumpengan yang unik, tumpeng tempe.
©2021 Merdeka.com/Ivu Fajar
Berbeda dari biasanya, di Desa Sedengan Mijen Krian tumpengan ini bukan berwarna warni-warni layaknya tumpengan pada umumnya. Di desa ini, tumpengan terlihat ikonik berwarna putih yang berasal dari tempe.
Tersusun dari tempe setinggi 11 meter, tumpeng ini mengerucut dari bawah sampai puncak.Dipucuknya terdapat bendera merah putih yang tersemat.
©2021 Merdeka.com/Ivu Fajar
Tumpeng ini dirancang menggunakan 100 batang bambu. Untuk pembutan tempenya menghabiskan sekitar 1 ton tempe. Bukan tanpa alasan mengapa di desa ini memilih tempe sebagai tumpeng ikonik. Pasalnya, di Desa Sedengan dikenal sebagai produsen tempe dan olahan tempe.
Tempe-tempe yang ada di tumpeng merupakan hasil UKM di Desa Sedengan Mijen. Selain tumpeng tempe raksasa, Desa Sedengan juga menyuguhkan tumpeng nasi, tumpeng keripik tempe, dan juga tumpeng hasil budidaya antaranya tumpeng sayur, dan tumpeng ikan bakar.
©2021 Merdeka.com/Ivu Fajar
Tumpengan yang disajikan sebagai salah satu ucapan terima kasih warga kepada Sang Pencipta. Seluruh seserahan yang dikumpulkan pada akhirnya juga akan dinikmati bersama oleh seluruh warga desa.
Acara sedekah bumi juga sebagai kegotong royongan, dan pemersatu masyarakat. Sebagai acara pesta rakyat, kebahagiaan dan kebersamaan terasa kental di tradisi ini.
*Foto ini diambil sebelum Covid-19
(mdk/Tys)