Haji Noer Alie, Singa Karawang-Bekasi
Dia kemudian mengeluarkan fatwa 'wajib hukumnya berjuang melawan penjajah'.
Kiai Haji Noer Alie memang ulama yang boleh dibilang lengkap. Bukan hanya sebagai guru tempat menimba ilmu agama, tapi juga seorang pejuang melawan penindasan penjajah di masanya. Dia memerangi pembodohan lewat pendidikan pesantren, sekaligus bergerilya memimpin perang hingga dijuluki 'Singa Karawang-Bekasi'.
Sejak belia, tepatnya berumur tujuh tahun, dia berguru ilmu agama Islam ke ulama-ulama tersohor, misalnya belajar ke Guru Maksum di Bekasi dan Guru Mughni di Jakarta. Sampai akhirnya saat remaja Noer Alie menyempurnakan ilmu agamanya dengan 'nyantri' ke Kota Mekkah.
Dari kedua gurunya di Bekasi dan Jakarta itu, Haji Noer Alie mendapat pondasi ilmu agama Islam yang kukuh. Dahaga ilmu agama Noer Alie remaja memang luar biasa. Selepas belajar dari Guru Maksum dan Mughni, dia kembali menimba ilmu dari ulama Betawi bernama Guru Marzuki di Klender, Jakarta.
Sambil belajar ilmu agama, Haji Noer Alie juga mempelajari ilmu-ilmu beladiri, berkuda dan berburu musang kala hewan masih menjadi hama di kalangan petani. Pada akhirnya semangat belajarnya yang tinggi membuat ia berguru sampai tanah suci. Beberapa ulama di lingkungan Masjidil Haram jadi gurunya.
Saat berguru ke Mekkah itu, usia Haji Noer Alie masih menginjak 20 tahun. Di sana ia menuntut ilmu di Madrasah Darul Ulum. "Dia berguru hampir semua ilmu, Hadist, Fiqih, Nahwu atau sastra, dan ilmu mantiq," kata Sejarawan Bekasi, Ali Anwar kepada merdeka.com, di Bekasi, kemarin.
Noer Alie muda memutuskan kembali ke Tanah Air pada 1939 setelah mendapat kabar negerinya ditindas kaum penjajah. Dia mulai membangun pesantren kala itu. Pendidikan formal dan agama mulai dibangun untuk melawan kebodohan dari para penjajah.
Di pesantren itu perjuangan dimulai. Noer Alie membuat gebrakan dengan mendirikan madrasah, kemudian beberapa santrinya dipersilakan bergabung kepada himpunan pasukan musuh. Untuk mencuri ilmu bertempur Heiho (pembantu prajurit), Keibodan (barisan pembantu polisi). Di sisi lain, seorang santrinya bernama Marzuki Alam, dipersilakan mengikuti latihan kemiliteran Pembela Tanah Air (Peta). Dia menggelorakan kepada santrinya untuk mengangkat senjata.
Saat Rapat Ikada digelar pada pada 19 September 1945 di Monas, Noer Alie datang dengan mengendarai delman. Nama Noer Alie kian dikenal di kalangan pejuang saat Bung Tomo meneriakkan namanya beberapa kali dalam siaran radionya di Surabaya, Jawa Timur.
Pada bulan November 1945, KH Noer Alie membentuk Laskar Rakyat. Seluruh badal (pasukan) dan santrinya diperintahkan menghentikan proses belajar-mengajar untuk mendukung perjuangan. Kondisi negara sedang berada dalam puncak posisi kemerdekaan. Namun, beberapa ancaman mulai terlihat.
Dia kemudian mengeluarkan fatwa 'wajib hukumnya berjuang melawan penjajah'. Dalam waktu singkat, Laskar Rakyat berhasil menghimpun sekitar 200 orang yang merupakan gabungan para santri dan pemuda sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, Muaragembong.
Mereka dilatih mental oleh KH Noer Alie dan secara fisik dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara. "Perang fisik tak bisa dihindarkan, Karawang dan Bekasi hampir seluruhnya dikuasai Belanda," ujar Ali Anwar menegaskan.
Nama Kiai Haji Noer Ali memang tersohor sebagai pejuang melawan penjajahan. Dia pun dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional pada 3 November 2006 melalui Keppres No.85/TK/2006.
Kiai Haji Noer Alie lahir pada 1914 di Desa Ujung harapan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ujung harapan Bahagia merupakan nama baru yang diusulkan Menteri Luar Negeri Adam malik ketika berkunjung ke pesantren Attaqwa pada 1970-an.
Saat Noer Ali lahir, Ujung harapan Bahagia masih bernama Desa Ujung malang, Onder distrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap (Kabupaten) Meester Cornelis, Residensi Batavia.
Baca juga:
Haji Noer Alie, ulama pejuang ahli strategi
Kisah heroik Kadet Suwoko, pahlawan kebanggaan Lamongan & Bonekmania
HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa tanpa mahkota
Derita veteran TNI, dulu operasikan meriam sekarang ngaduk kopi
Meratapi nasib Slamet, veteran TNI jadi pedagang kopi dan gorengan
-
Kapan Raja Ali Haji dianugerahi gelar pahlawan nasional? Pada tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Raja Ali Haji sebagai pahlawan nasional Indonesia.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Kapan Muhammad Noer menjadi Gubernur Jawa Timur? Gubernur Dua Periode Mohammad Noer menjadi orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Jawa Timur selama dua periode. Ia menjabat sepuluh tahun dari tahun 1967 hingga 1976.Selama memimpin, Mohammad Noer menekankan pada sikap gotong-royong antara pemerintah dengan masyarakat. Ia juga fokus membangun ekonomi di daerah terisolasi. Mohammad Noer dikenal lebih sering keliling kota/kabupaten untuk bertatap muka langsung dengan rakyatnya.
-
Kenapa KH Ahmad Hanafiah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional? Gelar tersebut diserahkan oleh Presiden RI kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta pada Jumat (10/11) lalu.
-
Siapa saja pahlawan nasional dari Jawa Tengah? Dalam tulisan ini, Merdeka.com akan mengulas lima di antara banyak tokoh pahlawan itu. Mereka menjadi pahlawan nasional dengan jasa-jasa yang beragam. Ada yang berjuang di bidang diplomatik, peperangan, pengabdian masyarakat, dan bidang perusahaan media massa.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.