Penyempurnaan terjemahan Alquran di Indonesia
Penyempurnaan terjemahan Alquran di Indonesia. Penyempurnaan terjemahan Alquran sudah dilakukan berkali-kali. Terjemahan pertama ditetapkan pada tahun 1965. Kemudian mengalami penyempurnaan pertama kali tahun 1990. Itu dilakukan seiring dengan perkembangan kaidah bahasa.
Dalam musyawarah kerja nasional (Mukernas) Ulama Alquran 2018 tidak hanya menyepakati tentang revisi penulisan kata dalam Alquran. Mereka juga membahas penyempurnaan terjemahan Alquran.
Penyempurnaan terjemahan Alquran sudah dilakukan berkali-kali. Terjemahan pertama ditetapkan pada tahun 1965. Kemudian mengalami penyempurnaan pertama kali tahun 1990. Itu dilakukan seiring dengan perkembangan kaidah bahasa.
-
Di mana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam? Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Bagaimana Tarekat Sufi menyebarkan Islam di Indonesia? Mereka menggunakan pendekatan mistik dan keagamaan yang mendalam untuk menarik hati masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam dengan lebih lembut.
-
Bagaimana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam di Cirebon? Mereka diterima baik oleh penguasa setempat bernama Ki Gendeng Tapa pada tahun 1420, dan diberikan izin untuk mendirikan permukiman di Pesambangan, Giri Amparan Jati (bukit kawasan Gunung Jati). Di sana ia bersama rombongan mulai giat berdakwah, dan mengenalkan Agam Islam secara baik, perlahan dan bijaksana.
-
Bagaimana Islam masuk ke Sidoarjo? Mengutip situs resmi Pemkab Sidoarjo, masuknya Islam ke Sidoarjo diperkirakan setelah kedatangan Sunan Ampel ke Ampel Denta Surabaya.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Apa yang menjadi pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam? Masjid Jami' Al Abror di Jalan Kauman Desa Pekauman merupakan salah satu saksi bisu sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo. Masjid ini juga merupakan pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam.
Delapan tahun kemudian, Kementerian Agama kembali melakukan penyempurnaan terjemahan. Proses memakan waktu hingga empat tahun. Antara tahun 1998-2002. Kali ini penyempurnaan bersifat fundamental. Sebab terjadi perubahan format penulisan terjemahan Alquran.
Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama Mukhlis Hanafi menjelaskan saat itu setiap Alquran terdapat kata pengantar di halaman muka. Lalu tiap terjemahan terdapat banyak sub judul. Terakhir, banyak terdapat catatan kaki sebagai penjelasan dari arti suatu ayat. Pada revisi itu, sekitar 700 catatan kaki dihapus. Tujuannya agar terjemahan terlihat lebih simpel.
Sepanjang tahun 2002 hingga 2015, tidak ada penyempurnaan terjemahan Alquran. Namun, Kementerian Agama mendapat banyak masukan dari banyak masyarakat. Salah satunya datang dari Majelis Mujahidin. Mereka berpendapat banyaknya teroris garis keras lantaran terjemahan Alquran kurang jelas.
Isu ini mulai didengungkan dalam tiap Mukernas Ulama Quran. Hingga menjadi perhatian utama pada Mukernas tahun 2015. Hal ini bersamaan dengan rencana penyempurnaan mushaf standar Indonesia dilakukan untuk pertama kalinya sejak tahun 1984 diterbitkan.
"Tahun 2016 kita bikin timnya, bareng sama tim mushaf. Tapi masing-masing terpisah dan bekerja sendiri-sendiri," kata Mukhlis kepada merdeka.com.
Kementerian Agama menggandeng Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) dalam penyusunan redaksional kata. Sementara dari sisi subtansi, pengartian dan pemaknaan diserahkan pada para pakar tafsir Alquran dan internal Kemenag.
Mukhlis menerangkan ada beberapa mekanisme dalam penyempurnaan terjemahan Alquran. Dimulai dari menjaring masukan dari masyarakat lewat kegiatan konsultasi publik. Koordinasi dilakukan berbagai pihak. Seperti para ulama, perguruan tinggi hingga pesantren. Pada tahap ini ada empat kota rujukan, yaitu Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Penyerapan aspirasi publik juga dilakukan lewat portal konsultasi publik. Lewat portal online ini, masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya tanpa terbatas ruang dan waktu. Berbagai aduan dari masyarakat lalu dipilah dan ditarik kesimpulan.
Tahap selanjutnya adalah penelitian lapangan. Tim penyempurnaan terjemahan Alquran turun ke masyarakat melakukan pemantauan. Sejauh mana terjemahan Alquran digunakan masyarakat.
Setelah menjalani tahapan tersebut, semua akan dibawa ke meja sidang. Dihadiri banyak pakar dalam satu meja. Ada unsur badan bahasa, perguruan tinggi islam, ulama dan internal Kementerian Agama. Semua hadir untuk mendiskusikan penyempurnaan terjemahan Alquran.
Penyempurnaan terjemahan Alquran dari aspek kebahasaan akan membahas seputar pilihan kata dan penyusunan redaksional terjemahan agar mudah dipahami. Hal ini berkaitan dengan aspek subtansi terjemahan. Sebab, ada terjemahan dianggap kurang pas dengan subtansinya.
Contoh revisi terjemahan Alquran yaitu penggunaan kata hubung di awal kalimat. Seperti kata 'yang' serta 'dan'. Penggunaan kedua kata itu di awal kalimat disepakati dihilangkan. Lalu penggunaan kata 'barang siapa' diganti dengan kata 'siapa yang'.
"Itu contoh aspek kebahasaan, kalau makna itu tolak ukurnya tafsir," ungkap Mukhlis.
Konsistensi terjemahan juga menjadi catatan penting. Apalagi banyak kata dalam Alquran yang berulang-ulang. Sehingga perlu disisir kembali. Pada penyempurnaan ketiga, kembali digunakan beberapa cara penulisan yang sempat dihapus. Misalnya terjemahan ayat 'Arrahmanirrahim' semula berarti 'Maha Pengasih, Maha Penyayang' dikembalikan seperti semula dengan menyertakan kata 'lagi'. Sehingga arti dari kata tersebut menjadi 'Maha Pengasih lagi Maha Penyayang'.
Setelah pembentukan tim, kata Mukhlis, hasil penyempurnaan terjemahan dibawa ke meja Mukernas pada September 2018. Dalam mukernas itu banyak terjadi perdebatan membahas terjemahan Alquran. Sebab, tiap pihak memiliki landasan kuat dalam mempertahankan argumentasinya.
"Jadi hasil masukan kemarin akan dibahas lagi di tim. Dipilah mana saja yang bisa diakomodir dan diperbaiki," kata Mukhlis.
Mantan rektor Institut Ilmu Quran (IIQ) Ahsin Sakho Muhammad, yakin masyarakat akan menyambut baik perubahan penulisan kata dan penyempurnaan terjemahan Alquran. Sebab dari kacamatanya, masyarakat Indonesia memiliki kepekaan terhadap hal yang berhubungan dengan kitab suci.
"Saya melihat situasi kejiwaan kita itu bagus sekali, karena orang indonesia masih memiliki kepekaan terhadap dengan hal yang berhubungan dengan kitab suci," kata Ahsin.
(mdk/ang)