Ponpes Ngruki, menepis stigma radikal dengan prestasi
Pondok Pesantren yang didirikan salah satunya oleh Ustaz Abu Bakar Ba'asyir dicap mengajarkan paham radikal dan menghasilkan santri teroris.
Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin atau lebih dikenal dengan Ponpes Ngruki, adalah sebuah pesantren yang terletak di Kampung Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Letaknya yang bersebelahan dan hanya berjarak 1 kilometer selatan dari Kota Solo, membuat masyarakat sering menyebut sebagai Ponpes Ngruki Solo.
Pascabom Bali I, ponpes yang didirikan tahun 1974 oleh enam serangkai: Abdullah Sungkar, Abu Bakar Ba'asyir, Yoyok Rosywadi, Abdullah Baradja, Abdul Qohar H. Daeng Matase, dan Hasan Basri tersebut sering dikaitkan dengan paham radikalisme. Ponpes yang sekarang dipimpin Ustaz KH Ibnu Chanifah tersebut sering dicap sebagai pondok penghasil lulusan teroris.
-
Bagaimana Pondok Pesantren Al Hamdaniyah Siwalanpanji mempersiapkan para santrinya? Mereka juga dibekali kemampuan bahasa Arab dan Inggris melalui keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) Bahasa yang berada di lingkungan ponpes.
-
Keajaiban apa yang terjadi pada santri Pesantren Buntet tersebut? Yang lebih mengejutkan, saat Kiai Abbas tengah berdoa, tiba-tiba terdengar suara dari jenazah yang meminta agar tidak dikuburkan."Ya kiai, saya masih hidup, tolong jangan dikuburkan," kata jenazah tersebut.
-
Apa yang dilakukan pengasuh pondok pesantren terhadap para santriwati? Dari enam santriwati yang dicabuli, beberapa di antaranya bahkan diminta untuk melayani kebutuhan biologisnya. Pencabulan itu diketahui sudah dilakukan oleh terduga pelaku sejak dua tahun terakhir. Terakhir kali, terduga pelaku mencabuli salah satu santrinya pada 17 Agustus 2023.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Siapa santri Pesantren Buntet yang mendapatkan keajaiban itu? Saat membuka kain kafan, Kiai Abbas sangat terkejut karena jenazah tersebut adalah salah satu santri dari Pesantren Buntet.
-
Apa tujuan dirayakannya Hari Santri Nasional? Peringatan ini bertujuan untuk meneladani perjuangan santri zaman dulu dan mengaplikasikan perjuangannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ponpes yang sebelumnya merupakan kelompok pengajian kekeluargaan (usrah) ini merupakan lembaga pendidikan Islam. Sistem pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan di lembaga ini adalah perpaduan antara sistem pesantren tradisional dengan pendidikan modern yang berkembang saat ini.
Terkait isu radikalisme yang dituduhkan sejumlah kalangan, Humas Ponpes Al Mukmin, Ustaz Muchshon menepisnya. Ia menegaskan, ponpes yang mempunyai ribuan santri ini sangat terbuka untuk siapapun. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kunjungan anggota DPR, Kepolisian, TNI, Kementerian Agama serta sejumlah kalangan lainnya.
"Tentang isu radikalisme, tanggapannya biasa saja. Selalu kita sampaikan kepada santri, jawablah dengan prestasi. Kemudian kiprah di masyarakat, kan pelan-pelan masyarakat juga akan menilai dengan sendirinya. Masyarakat di sekitar sini juga sudah tidak mempermasalahkan, kalau ada isu miring tentang pesantren mereka sudah tidak percaya. Mereka sudah tidak tertarik dan menganggap isu miring itu sebagai upaya orang-orang yang tidak suka saja," ujar Muchshon saat ditemui merdeka.com, Rabu (18/10).
Muchshon menjelaskan, pihaknya juga terbuka dengan siapa saja yang akan berkunjung ke Ponpes Al Mukmin serta melihat seperti kondisi pesantren. Ia menceritakan sejumlah Anggota DPR pernah berkunjung ke ponpes bahkan utusan Kemenag sampai harus bermalam.
"Mereka para anggota DPR itu kaget. Karena bayangan mereka, ada yang mengatakan pesantren (ponpes Ngruki) itu tempatnya di pucuk gunung, tempatnya tertutup dan ada semacam pelatihan. Tapi ternyata sampai disini, mereka bilang, kok di perkampungan," terangnya.
Pondok Pesantren Al Mukmin Solo ©2016 merdeka.com/arie sunaryo
Sejak awal berdiri, Muchson menegaskan, Ponpes Al-Mukmin Ngruki adalah milik umat atau milik seluruh lapisan masyarakat Islam. Keikutsertaan dan andil dari seluruh lapisan umat Islam dalam membangun dan mengembangkan keberadaan pesantren tersebut terus terjadi sejak awal proses berdirinya hingga saat ini.
"Banyak warga yang salat berjemaah di sini. Setiap Selasa dan Kamis kami kirim santri keluar untuk mengajari anak -anak salat dan membaca Alquran. Santri atau ustaz juga sering mengisi khotbah Jumat atau mengajar mengaji di masjid desa. Bahkan ada yang minta diajari khusus ke rumah. Intinya kami dan masyarakat selama ini membaur. Termasuk kerja bakti di kampung, Jumat bersih bersama TNI dan kegiatan lainnya," urainya.
Terkait kurikulum yang diajarkan dalam pesantren Al Mukmin, Ustaz Muchshon mengemukakan, hampir tidak ada perbedaan dengan sekolah SMP dan SMA pada umumnya. Dia membantah jika di pesantren diajarkan tentang radikalisme. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh sejumlah petugas dari Kemenag (Kementerian Agama) yang telah mengadakan penelitian di ponpes tersebut.
"Kurikulum kita sama dengan sekolah lain, cuma ada tambahan tentang kepesantrenan. Kita terbuka kok, tidak ada yang kita sembunyikan. Kemenag Pusat pernah ke sini untuk meneliti kurikulum kita, bahkan sampai menginap," ucapnya.
Soal informasi kedekatan salah satu pendiri dan pengajar di ponpes, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir dengan kelompok ISIS, Muchshon menegaskan, Ponpes Al Mukmin lebih bekonsentrasi pada lembaga pendidikan murni.
"Kita disini lembaga pendidikan murni. Jadi kita tidak pernah berpikir sampai di situ, entah itu kaitannya dengan ISIS atau pergerakan yang mana, kita fokus untuk pendidikan," tandasnya.
Dalam kurikulum yang di ajarkan, Ponpes Al Mukmin juga menambahkan pelajaran ekstrakulikuler sebagai bekal tambahan untuk siswa yang akan lulus SMA. Untuk santri dibekali dengan ilmu praktek sablon, kaligrafi, seni letter. Sedangkan untuk santri putri akan dibekali dengan ketrampilan jahit, tata boga dan tata busana.
"Paling tidak ilmu tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan pribadi, atau untuk bekal bekerja. Kami juga berencana membikin bengkel untuk menambah skill anak-anak. Tapi itu materi pilihan dan bukan paksaan," terangnya.
Pondok Pesantren Al Mukmin Solo ©2016 merdeka.com/arie sunaryoDitetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo disambut baik oleh Ponpes Al Mukmin. Muchshon menilai, pemerintah saat ini sudah sangat menghargai keberadaan santri di tanah air. Dia berharap ke depan ada persamaan perlakuan antara sekolah umum dengan pondok pesantren.
"Kami menyambut baik adanya peringatan Hari Santri. Sedikit banyak keberadaan santri diakui. Peran dan kiprah pesantren dalam perjuangan di Indonesia semua sudah tahu seperti apa. Harapan kami dalam momen Hari Santri ini, ada kesetaraan antara sekolah umum dengan pesantren. Terutama dari segi bantuan, harus disamakan, sebab selama ini belum pesantren belum banyak diperhatikan," pungkasnya.
(mdk/bal)