Belajar Berbisnis Ala Soeparno, 'Guru' Pengrajin Bawang Goreng di Jatiasih Bekasi
Keberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.
Keberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.
Belajar Berbisnis Ala Soeparno, 'Guru' Pengrajin Bawang Goreng di Jatiasih Bekasi
Aroma bawang goreng menyeruak ketika menyusuri gang-gang sempit di Kampung Jaha, Jatiasih, Bekasi. Kampung tersebut menjadi tempat berkumpulnya para pengrajin bawang goreng.
- 10 Tahun Tidak Ketemu, ini Sosok Guru Sanggar Lesti Kejora 'Tidak Pelit Ilmu'
- Mengintip Dapur Produksi Bawang Goreng di Kampung Jaha yang Beromzet Ratusan Juta per Bulan
- Hanya Lulusan SMP dan Sempat Jadi Pengamen, Pria Asal Bantul Ini Sukses jadi Pengusaha Mi
- Sosok Ramadhita Putra Purnomo, Pemuda Nganjuk yang Bisa Bikin Minyak Jelantah Kembali Bening Pakai Kulit Bawang Merah
Kebanyakan dari mereka adalah perantau dari Solo hingga Brebes, Jawa Tengah. Sepanjang penglihatan, ada belasan rumah berjejer.
Penghuni rumah sedang memproduksi bawang goreng untuk dipasok ke pasar-pasar di Bekasi.
Seorang pengrajin bawang goreng yang ditemui adalah Soeparno (54). Wajah Soeparno berbinar. Senyumnya hangat menyambut.
Soeparno duduk di kursi kayu bersama lima ibu-ibu. Mereka sedang memilih bawang merah terbaik dan mengupasnya.
Soeparno dikenal sebagai salah satu perintis usaha bawang goreng di Kampung Jaha. Perjalanan bisnis bawang goreng Soeparno telah dimulai sejak 1990.
Keberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'. Kisah sukses Soeparno berbisnis bawang goreng menjadi magnet bagi tetangga dan keluarga di Solo, Jawa Tengah mengikuti jejaknya.
Soeparno tergerak mengajari mereka keterampilan membuat bawang goreng. Dia berharap, saudara seperantauannya bisa mandiri dalam berbisnis bawang. Mulai dari produksi sampai pemasaran.
"Di sini rata-rata keluarga dari kampung, adik, keponakan dari kampung. Awalnya saya ajari mereka, sampai bisa buat sendiri," kata Soeparno saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (1/4).
Belajar Berbisnis Bawang
Untuk mengawali usaha bawang goreng, seseorang hanya butuh modal untuk membeli bahan baku seperti bawang merah, bawang putih, tepung dan bumbu-bumbu. Setelah memahami proses pembuatan bawang goreng, mereka bisa langsung membuat produk makanan tersebut.
Kedua, pengrajin harus berani dan tak pernah puas belajar. Soeparno berbagi pengalaman. Dulu sebelum bisa memproduksi bawang goreng sendiri, Soeparno 'mencuri ilmu' dari sang tante yang lebih dulu berjualan.
Dua bulan sejak merantau, Soeparno mengikuti sang tante memproduksi bawang goreng hingga ikut terjun menjualnya ke pasar. Modal pun terkumpul sedikit demi sedikit hingga berani membuat bawang goreng sendiri. Meskipun, alat-alat produksi masih meminjam di dapur sang tante.
"Saya usaha sejak 20 tahun lalu, tadinya kita jualan mie ayam keliling di Cijantung. Terus saudara kita jualan bawang goreng kok kelihatan enak, terus saya belajar," papar Soeparno.
merdeka.com
Prinsip berdagang ini pula yang diajarkan pada 'murid-murid' Soeparno. Selama berdagang, Soeparno selalu menganggap pembeli adalah saudara sendiri.
Selain itu, Soeparno selalu menekankan untuk menjaga kualitas dan keramahan dalam berjualan. Dengan prinsip itu, kata Soeparno, pelanggan bisa membeli dengan nyaman dan bertambah banyak.
"Ya kualitas dan persaudaraan. Jadi orang percaya sama kita. Mahal yang susah cari saudara itu, kalau langganan jadi saudara kan bisa bertahan lama. Door to door kita di pasar doang duduk saja. Keramahan dengan pelanggan. Pelanggan harus dijadikan saudara itu prinsip yang saya pakai dari dulu,"
kata Soeparno.
merdeka.com
Dalam sehari, Soeparno memproduksi 30 kg bawang goreng. Dari jumlah itu, nantinya bakal menjadi 15 kg bawang goreng matang.
Produksi biasa memakan waktu 3 jam, dimulai pukul 14.00-17.00 WIB.
Kini, Soeparno dibantu dua pegawainya dalam memproduksi bawang goreng. Dia bisa meraup omzet mencapai Rp4-5 juta dalam satu hari.
Angka tersebut belum dipotong untuk biaya bahan baku, biaya memasak hingga menggaji dua orang pegawai.
merdeka.com
Gurihnya Berdagang Bawang
Gurihnya berbisnis bawang goreng telah dirasakan oleh 'murid' Soeparno, Sutiyem. Adik Soeparno ini bercerita, dirinya dan suami tertarik mengikuti jejak sang kakak.
Setelah dijalani, usaha rumahan ini ternyata cukup menjanjikan. Bawang goreng telah menjadi sumber pendapatan sehari-hari.
Omzet dari penjualan bawang goreng Sutiyem bisa mencapai Rp2 juta sehari. Pelanggan Sutiyem kebanyakan adalah para pedagang bakso dan nasi goreng.
"Kami biasa melayani permintaan pedagang bakso dan nasi goreng. Saya biasa menyediakan bawang goreng, bawang putih dan cabai. Karena sudah banyak langganan pedagang yang tiap hari berjualan, permintaan tak pernah sepi,"
ujar Sutiyem.
merdeka.com
Modal Usaha dari BRI
Perjalanan usaha Soeparno dan pengrajin bawang Kampung Jaha tidak lepas dari peran Bank Rakyat Indonesia (BRI). Soeparno sudah sejak lama menjadi nasabah KUR dan non-KUR bank pelat merah tersebut.
Dia pernah meminjam kredit usaha Rp3,5 juta dan sudah lunas. Teranyar, Soeparno mengajukan lagi KUR ke BRI unit Jatiasih pada 2023 lalu untuk mengembangkan usahanya.
KUR yang diambil Soeparno memiliki plafon Rp200 juta dengan tenor 4 tahun. Soeparno memanfaatkan pinjaman usaha itu untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku dan menambah modal produksi.
"Ambil KUR sudah setahun ini bulan 6 besok, Juni 2023. Sekarang sudah mulai tumbuh lagi dikit-dikit, pelan-pelan. Kita ambil 200 juta untuk 4 tahun. Cicilan Rp5 juta sekian sampai 6 jutaan," kata Soeparno.
Soeparno mengingatkan para pengrajin untuk teliti dan cerdas memilih kredit usaha agar tidak gulung tikar. Syaratnya, usaha harus sudah mulai berjalan dan konsisten.
Sebagai informasi, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan debitur KUR baru telah mencapai 105,82% dari target tahun penuh 2023.
Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan target dari pemerintah yakni 1,36 juta debitur baru.
"Telah mencapai 1,44 juta debitur KUR baru hingga triwulan III 2023," kata Supari dalam keterangannya.
Untuk tahun 2024, BRI mengebut penyaluran KUR senilai Rp165 triliun hingga bulan September. Jumlah tersebut akan disalurkan kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta.
Target itu lebih tinggi dari capaian tahun 2023 yakni 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru.
"Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujar Supari.
merdeka.com