19 Tahun Menabung, Pencari Rumput Asal Lamongan Akhirnya Bisa Naik Haji
Awalnya ria yang hanya berprofesi sebagai pencari rumput ternak ini, biaya untuk berhaji ibarat langit dan bumi. Sulit dibayangkan olehnya.
Kerja keras tak akan mengkhianati hasil.
- Kemenag: Haji Tidak Sah Bila Jemaah Tinggalkan Salah Satu Rukun
- Menabung Belasan Tahun, Begini Kisah Haru Tukang Pijat Tunanetra Asal Bali Berangkat Haji
- Bermimpi Lihat Ka'bah Berdua Tak Bisa Terwujud, Kakek Asal Riau Ini Ditinggal Wafat Istrinya Beberapa Hari Jelang Berangkat Haji
- Menabung Rp5 Ribu Setiap Hari selama 19 Tahun, Juru Parkir Asal Jombang Akhirnya Bisa Berangkat Haji Bersama Istri
13 Tahun Menabung, Pencari Rumput Asal Lamongan Akhirnya Bisa Naik Haji
Adagium ini benar-benar diterapkan oleh Paridjan. Pria asal Lamongan, Jawa Timur ini merasa sangat bahagia karena dapat mewujudkan impiannya untuk naik haji bersama sang istri di umur 65 tahun ini.
Menunaikan ibadah haji adalah panggilan dari Ilahi kepada hamba-Nya yang terpilih. Namun, untuk mewujudkan impiannya itu tentu bukan lah perkara yang mudah.
Sebab, bagi pria yang hanya berprofesi sebagai pencari rumput ternak ini, biaya untuk berhaji ibarat langit dan bumi. Sulit dibayangkan olehnya.
Namun, tekadnya bersama sang istri, Tasriyatun sudah bulat. Meski penghasilan mencari rumput tak mencukupi, ia bertekad untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
“Saya usahakan tiap bulan rutin menabung. Kalau jumlahnya tidak tentu. Bisa 50 ribu, 100 ribu, 300 ribu, sebisanya saja,” tutur pria asal Rangge, Kelurahan Sukomulyo, Lamongan, ini.
Ia menambahkan, bahwa dirinya mulai menabung yang diniatkan untuk pergi haji sejak 2005 lalu. Paridjan menceritakan jika keinginan kuatnya untuk menabung haji karena ingin mewujudkan harapan istrinya.
“Tetangga-tetangga saya banyak yang sudah berhaji. Suatu hari istri saya bilang kalau dia ingin kami bisa naik haji seperti tetangga tapi dia pesimis, wong saya ini cuma tukang ngarit, upahnya kecil. Istripun cuma ibu rumah tangga biasa, Mana bisa berangkat haji,” kisah Paridjan.
Akan tetapi Paridjan menguatkan istrinya jika mereka benar-benar tulus berniat ingin berhaji karena Allah SWT, Insya Allah akan dikabulkan.
“Haji kan panggilan nggih. Yang uangnya miliaran belum tentu bisa berangkat kalau Allah tidak menghendaki,” tutur bapak 3 anak ini.
Dengan ketekunan, kesabaran, dan tak putus berdoa kepada Sang Khalik, Paridjan bekerja sungguh-sungguh meski upah yang diberikan juragannya tidak terlalu besar sekitar Rp1,8 juta tiap bulan. Dia juga mencari sampingan sebagai tukang jagal hewan.
”Alhamdulillah hasil dari tukang jagal bisa digunakan untuk menambah sedikit-sedikit tabungan haji,” kenangnya.
Setelah menabung kurang lebih 6 tahun lamanya, Paridjan dan istrinya akhirnya bisa mendaftar haji pada 2011.
Kini pada 2024, pasangan ini mampu mewujudkan impiannya untuk pergi ke tanah suci setelah menanti selama 13 tahun. Mereka tergabung dengan kloter 7 dari Lamongan.