2 Kali Ramadan Tanpa Tradisi Berbagi Bubur Samin di Solo
Tradisi unik berbuka puasa dengan bubur Banjar (Samin) di bulan Ramadan tidak ditemukan lagi di Masjid Darusslam, Jayengan, Solo. Tradisi berbagi bubur warga keturunan Banjar di Solo yang berlangsung lebih dari seabad itu kini tidak bisa dilakukan lantaran pandemi Covid-19.
Tradisi unik berbuka puasa dengan bubur Banjar (Samin) di bulan Ramadan tidak ditemukan lagi di Masjid Darusslam, Jayengan, Solo. Tradisi berbagi bubur warga keturunan Banjar di Solo yang berlangsung lebih dari seabad itu kini tidak bisa dilakukan lantaran pandemi Covid-19.
"Dua tahun ini ditiadakan. Sebaiknya jangan membuat bubur Samin dulu, karena kerumunannya banyak sekali," ujar Takmir Masjid Darusalam, HM Rosyidi Mochdlor saat ditemui wartawan, Selasa (13/4).
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan menyambut Ramadhan? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Apa yang dimaksud dengan puisi menyambut Ramadan? Puisi menjadi sarana yang indah untuk mengekspresikan kegembiraan, kerinduan, dan antusiasme menyambut bulan Ramadan. Kata-kata yang dipilih dengan penuh perhatian dapat menciptakan atmosfer yang khusyuk dan mendalam, membangkitkan semangat beribadah dan merenungkan makna spiritualitas.
-
Apa yang dirasakan saat Ramadan berakhir? Seiring dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadan, kita merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
-
Apa saja acara yang diadakan oleh Kuningan City untuk memeriahkan Ramadan Kareem? Dengan tema "Ramadhan Kareem," Kuningan City mengundang pengunjung untuk menikmati momen berharga bersama keluarga dan orang terdekat dengan penuh keceriaan dan makna.
-
Apa yang dilakukan Nia Ramadhani untuk menyambut bulan Ramadan? Artis cantik itu baru saja melakukan sesi pemotretan keluarga sebagai persiapan menyambut bulan puasa. Nia membagikan serangkaian hasil pemotretan tersebut melalui Insta Story.
Rosyidi menyebut, para waktu normal sebelum Covid-19, dalam sehari masyarakat yang datang untuk meminta bubur Samin bisa mencapai sedikitnya 500 orang. Hal tersebut tak mungkin dilakukan saat ini, saat kondisi pandemi masih berlangsung. Antrean warga selepas Ashar dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan.
"Tahun ini tidak membuat. Pokoknya sesuai aturan pemerintah jangan sampai berkerumun. Pembagian bubur Banjar Samin ini kan pasti berkerumun," katanya.
Banyaknya masyarakat yang datang, dikatakan Rosyidi, juga tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan pengaturan jarak. Apalagi waktu pembagian sangat terbatas, yakni setelah Ashar hingga waktu berbuka tiba.
Meski tidak ada pembagian bubur Samin, takmir masjid tetap membagikan nasi bungkus dan takjil bagi jemaah salat Maghrib untuk berbuka puasa dan dibawa pulang.
Rosyidi menyebut, dalam sehari, takmir masjid menghabiskan 50 kilogram beras untuk membuat bubur Samin. Dari 50 kg beras tersebut bisa dibagikan untuk 1.200 warga. Satu porsi bubur ditambahkan daging dan lauk pauk lainnya.
"Yang 1.000 dibagikan, yang 200 untuk takjil di masjid, ditambahi kopi susu, kurma dan lauk pauk," katanya.
Menurut dia, hingga saat ini banyak warga yang menanyakan pembagian bubur Samin. Masyarakat yang datang, lanjut dia, bukan hanya warga Solo, namun juga dari Banjarnegara, Salatiga, Karanganyar, Kendal dan lainnya. Ia mengaku sudah memberitahukan hal tersebut kepada masyarakat melalui spanduk.
"Keistimewaan bubur Samin ya sebenernya sama saja, tapi kami pakai rempah-rempah," katanya.
Tradisi membuat bubur Samin, dikatakannya, dimulai sejak Masjid Darusalam didirikan. Yakni tahun 1911 oleh masyarakat asal Banjar yang merantau ke Solo untuk berdagang intan dan batu permata. Hingga kini mereka tetap meneruskan tradisi nenek moyangnya tersebut.
"Ini tradisi nenek moyang kita, membuat bubur Samin sebagai menu berbuka dan dibagikan gratis. Dalam sehari minimal kita habiskan 50 kilogram beras. Anggarannya dari bantuan masyarakat, sehari bisa mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta untuk membuat bubur dan minuman kopi susu," terang Rosyidi.
Sekilas, bubur Samin seperti layaknya bubur pada umumnya. Selain beras, komposisi bubur juga dicampur santan, aneka sayur dan rempah-rempah, susu, serta daging sapi. Aroma bubur semakin kental dengan campuran rempah-rempah serta minyak kapulaga Arab atau minyak samin.
Pembuatan bubur Samin dipusatkan di Masjid Darussalam, Jayengan. Proses memasak dimulai pukul 12.00 hingga 15.00 WIB selama sebulan penuh. Selepas salat Azhar atau sekitar pukul 16.00, ratusan warga pun berdatangan sambil membawa piring dan rantang untuk mengambil bubur.
Tradisi membuat dan berbuka dengan bubur Samin, kata Rosyidi, pertama kali dilakukan oleh Yusuf Solawat dan Akhri Zein. Tradisi tersebut terus berlanjut hingga Langgar Darusalam diperbaiki pada tahun 1930-an, tetapi masih sebatas untuk internal jamaah masjid.
Hingga Langgar Darusalam dibangun menjadi sebuah masjid pada tahun 1965, tradisi bubur Samin masih terbatas. Baru setelah tahun 1985, bubur Samin dikenalkan kepada masyarakat umum dengan membagi-bagikannya secara gratis selama bulan Ramadan.
"Rasanya sangat gurih, enak, segar dan hangat, karena menggunakan bumbu rempah-rempah. Sangat cocok jika dimakan untuk berbuka puasa," pungkas dia.
Baca juga:
Yogyakarta Izinkan Buka Bersama dengan Pembatasan Kapasitas 50 Persen
Polda Metro Jaga Jalur Tikus Adang Pemudik
Puasa Pertama di Jepang, Syahrini dan Reino Barack Pamerkan Menu Makanan untuk Sahur
Muhammadiyah Ingatkan Tak Mudik saat Pandemi Bentuk Empati ke Tenaga Medis
Wagub DKI Jelaskan Alasan Jam Operasional Rumah Makan Diperpanjang
Masjid Agung Palembang Tiadakan Buka Puasa Bersama Tahun Ini