4 Fakta tentang LSD, narkoba yang dipakai pengemudi Outlander maut
Di dunia hitam, narkoba yang populer berbentuk kertas itu biasa disebut 'Smile'.
Berdasarkan tes urine yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN), Christopher Daniel Sjarif (23), pengemudi Outlander maut yang menewaskan 4 orang di Pondok Indah, Jakarta Selatan, terbukti mengonsumsi narkoba golongan I nomor 36 jenis Asam Lisergat Dietilamida (Lycergic Acid Diethylamide/LSD).
"LSD merupakan halusinogen (narkoba yang menimbulkan efek halusinasi)," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Martinus Sitompul di Jakarta, Rabu (21/1).
Di dunia hitam, narkoba yang populer berbentuk kertas itu biasa disebut 'Smile'. "Harganya cukup mahal, 1x1 sentimeter harganya bisa sampai Rp 300 ribu," kata Martinus.
Berikut 4 fakta tentang LSD yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber:
-
Kejatuhan cicak di paha pertanda apa? Arti kejatuhan cicak yang berikutnya adalah jika kamu mengalami kejatuhan cicak tepat pada paha. Musibah yang disebabkan oleh orang lain ini bisa diketahui dari posisi cicak jatuh.
-
Di mana Uut Permatasari tinggal? Uut Permatasari memilih untuk tinggal di sebuah rumah kos. Keputusan ini diambil untuk mendukung tugas suaminya, Tri Goffarudin Pulungan di Bali.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kapan kecelakaan maut itu terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir.
-
Kapan patung-patung perunggu itu ditemukan? Namun, baru bulan lalu, muncul pecahan kecil yang tidak teridentifikasi dari genangan lumpur dan air.
-
Kapan Danau Masigit mulai mengering? Sudah tiga bulan terakhir lokasi itu tidak digenangi air hingga tanah di dasar danau retak-retak.
Ditemukan oleh Albert Hofmann pada 1938
Albert Hofmann (11 Januari 1906 - 29 April 2008) adalah ahli kimia asal Swiss yang pertama menyintesis senyawa lysergic acid diethylamide (LSD) pada 1938. Namun, Hofmann tidak menemukan efek psychopharmacological darinya sampai lima tahun kemudian, saat dia secara tidak sengaja menelan senyawa tersebut.
Dia kemudian mengonsumsi senyawa yang membawa rasa senang itu beratus-ratus kali. Meski demikian, dia tetap menganggapnya sebagai psikotropika yang kuat dan berpotensi bahaya. Penggunaannya harus bertanggung jawab. Hofmann kemudian dikenal dengan Bapak LSD.
Konvensi PBB pada 1971 nyatakan LSD sebagai psikotropika
The United Nations Convention on Psychotropic Substances pada 1971 mengategorikan LSD sebagai psikotropika. Hukum Indonesia juga mengategorikan LSD sebagai psikotropika yakni suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Di Indonesia, LSD dikategorikan sebagai psikotropika golongan I.
LSD bisa timbulkan disorientasi dan perasaan panik
Efek penggunaan LSD bisa sangat nikmat luar biasa, sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang dapat mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik.
Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. Namun, ketergantungan kejiwaan dapat terjadi.
Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan, tergantung pada dosis, toleransi, berat badan dan umur. Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripada obat-obat dengan level signifikan di dalam darah.
LSD populer berbentuk kertas naga terbang
LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering di serap ke dalam zat apa saja yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap yang terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan cara ditelan.
Direktur Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri Brigadir Jenderal Arman Depari pernah menuturkan, LSD bentuk kertas sempat 'booming' di Indonesia pada 1990. Dari wujudnya yang seperti kertas, LSD sepintas tampak tidak berbahaya. Namun, efek yang ditimbulkan sama berbahaya dengan narkoba jenis lainnya.
"Ini golongan narkoba yang cukup berbahaya," kata Arman dalam jumpa pers di Gedung Direktorat IV Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Timur, November 2013 silam. Saat itu, Polri baru saja mengungkap perdagangan narkoba jenis tersebut.
LSD, lanjut Arman, biasanya berbentuk lembar persegi berukuran sekitar 10 x 10 cm dengan isi sekitar 100 potongan kecil yang dapat disobek untuk digunakan. Tiap sobekannya sekitar 1 x 1 sentimeter, cukup diletakkan di bawah lidah.
Reaksi yang muncul, ungkap Arman, sama dengan narkotika lainnya, yakni menyebabkan pengguna mengalami depresi dan juga halusinasi, euforia, dan juga kecanduan.
"Pada kertas LSD, ada gambar naga terbang. Banyak beredar di Eropa dan Amerika," ujarnya