4 Makam kramat di Banten yang sering dibanjiri warga
Makam di Gunung Santri, Cikadueun, Caringin dan Masjid Agung merupakan yang paling sering dikunjungi warga.
Banten merupakan salah satu provinsi yang terkenal dengan wisata religinya. Sebab, di sana banyak tempat-tempat ziarah yang sering didatangi oleh warga.
Pada moment tertentu ribuan warga dari pelosok tanah air berdatangan untuk wisata religi atau pun sekadar mengunjungi peninggalan sejarah para ulama Banten.
Makam-makam ulama Banten yang dianggap kramat salah satu menjadi daya tarik pengunjung. Selain itu, lokasi yang unik juga menambah keseruan saat akan menginjakkan kaki di tanah santri tersebut.
Dari sekian banyak makam, ada beberapa yang sudah menjadi 'kewajiban' pengunjung ketika mendatangi Banten. Berikut empat makam di Banten yang sering dibanjiri pengunjung:
-
Apa yang ditemukan di makam selain kerangka? Di situs tersebut terdapat empat lubang besar yang berisi kerangka tiga pria dan satu wanita yang dikremasi, bersama dengan berbagai persembahan untuk mendampingi mereka ke akhirat, seperti bejana tanah liat, kaca dan perunggu, dudukan lampu lengkap dengan lampu minyak perunggu, lentera perunggu, senjata, perhiasan, dan kotak kayu.
-
Kenapa Sebelik Sumpah dianggap keramat? Konon, kepercayaan masyarakat Suku Anak Dalam atau Orang Rimbo, siapa yang menggunakan kalung atau gelang Sebelik Sumpah akan terhindar dari sumpah serapah dari orang yang ingin berniat jahat. Sebelik Sumpah layaknya penangkal sumpah. Sumpah-sumpah jelek dari orang yang ingin berniat jahat justru akan kembali kepadanya.
-
Di mana letak Makam Nyai Andong Sari? Kompleks makam bersejarah Gunung Ratu berada di ketinggian 100 meter. Bangunan berukuran 12 x 12 meter di tengah hutan jati yang dijumpai saat ini merupakan bangunan baru hasil pemugaran Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tahun 2022 silam.
-
Mengapa kata majemuk penting? Kata majemuk memiliki peran penting dalam memperkaya kosakata bahasa dan memberikan nuansa yang lebih kaya pada ekspresi bahasa.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kenapa Jenang Saren warnanya hitam pekat? Jenang ini dinamakan “saren” karena warnanya yang hitam legam. Warna hitam ini berasal dari merang yang dibakar.
Gunung Santri makam Syekh Muhammad Sholeh
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Di puncak gunungnya terdapat makam Syekh Muhammad Sholeh.
Syekh Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan gelar Sunan Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu penguasa Cirebon.
Syekh Muhamad Sholeh bisa menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT. Karena cerita tersebut banyak warga yang datang untuk melihat langsung makam Syekh Muhamad Sholeh yang bisa menyerupai ayam jago itu.
Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika dia wafat untuk dimakamkan di Gunung Santri.
Jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Jalan menuju makam Waliyullah tersebut mencapai kemiringan 70-75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk mencapai tujuan jika akan berziarah.
Cikadueun makam Syekh Maulana Mansyuruddin
Salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi warga berada di daerah Cikadueun, Pandeglang Banten. Di sana terdapat salah satu makam wali yakni Syekh Maulana Mansyuruddin.
Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sultan Haji, beliau adalah putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Yang menarik dari cerita Syekh Maulana Mansyuruddin ketika pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur menyebarkan syariah agama Islam di daerah selatan ke pesisir laut.
Di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sultan Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus.
Setelah sekian lama menyiarkan Islam ke berbagai daerah di Banten dan sekitarnya, lalu Syekh Maulana Manyuruddin pulang ke Cikadueun. Akhirnya Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672 M dan di makamkan di Cikadueun Pandeglang Banten. Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan.
Caringin makam KH Asnawi
Kampung Caringin yang berada di kecamatan Labuan Pandegalang Banten terkenal pesona Laut yang sangat mempesona. Caringin diambil dari kata beringin yang artinya pohon teduh yang rindang. Di sana terdapat makam seorang ulama pejuang bernama KH Asnawi yang orang kampung biasa memanggil dengan sebutan Mama Asnawi.
KH Asnawi lahir di Kampung Caringin sekitar tahun 1850 M, ayah beliau bernama Abdurrahman dan ibunya bernama Ratu Sabi'ah dan merupakan keturunan ke 17 dari Sultan Ageng Mataram atau Raden Fattah.
Banten yang terkenal dengan jawara-jawaranya yang memiliki ilmu Kanuragan dan dahulu terkenal sangat sadis dapat ditaklukkan berkat kegigihan dan perjuangan KH Asnawi. Beliau juga terkenal sebagai Ulama dan Jawara yang sakti yang sangat disegani oleh penjajah Belanda.
Tahun 1937 KH Asnawi berpulang ke rahmtulloh dan meninggalkan 23 anak dari lima Istri (Hj Ageng Tuti halimah, Hj sarban, Hj Syarifah, Nyai Salfah dan Nyai Nafiâah) dan di makamkan di Masjid Salfiah Caringin.
Hingga kini Masjid Salafiah Caringin dan makam beliau tak pernah sepi dari para peziarah baik dari sekitar Banten maupun dari berbagai daerah di Tanah air. Banyak pengalaman menarik dari peziarah yang melakukan i'tikaf di masjid tersebut seperti yang diungkap oleh salah seorang jamaah sewaktu melakukan i'tikaf terlihat pancaran cahaya memenuhi ruangan Masjid yang berusia hampir 200 tahun tersebut.
Makam Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Jika berkunjung ke Banten, tidak akan lengkap rasanya tanpa mengunjungi komplek makam para sultan Banten. Makam-makam tersebut berada di Masjid Agung Banten, seperti makam Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abdul Mufachir Muhammad Aliyudin, dan lain-lain. Komplek makam ini merupakan paling terkenal nomor satu dari tempat ziarah yang.
Sebab salah satu Sultan yaitu Sultan Maulana Hasanuddin merupakan orang yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam di Banten.
Masjid Agung Banten terletak di sebelah barat alun-alun Banten, di atas lahan seluas 0,13 hektar. Didirikan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun 1566, atau tanggal 5 Zulhijah 966 H dilanjutkan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf.
Bangunan induk masjid ini berdenah segi empat dengan atap bertingkat bersusun 5 atau dikenal dengan istilah atap tumpang. Tiga tingkat yang teratas sama runcingnya. Terdapat menara yang tingginya lebih kurang 23 meter bentuknya seperti mercusuar, pada zaman dulu digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan dan sebagai menara pandang ke lepas pantai.
Tiyamah (Paviliun) merupakan bangunan tambahan yang terletak di selatan masjid, berbentuk empat persegi panjang dan bertingkat, pada masanya digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi mengenai keagamaan.