5 Derita mahasiswa jadi korban jawara Meruya
Widya Pratna (22) dianiaya Hasanudin alias Pelor (40) dan Edi Sarwono alias Edi (37) cuma karena hal sepeleh.
Sungguh nahas nasib Widya Pratna (22). Mahasiswa salah satu kampus swasta di Jakarta Selatan itu untuk sementara waktu tak bisa bepergian kemana-mana karena luka yang dideritanya.
Pemuda yang biasa disapa Bodong itu dianiaya oleh dua jawara Meruya Selatan di Jalan H Juhri, Kompleks Pajak RT 006/08 Meruya Selatan Jakarta Barat pada tanggal 25 November 2013 lalu. Kedua jawara itu adalah Hasanudin alias Pelor (40) dan Edi Sarwono alias Edi (37).
"Motif pelaku kesal karena korban membawa anaknya ke Puncak Bogor," kata Kepala Polsek Kembangan Komisaris Polisi Heru Agus di Jakarta, Rabu (27/11).
Namun, pengakuan Pelor tersebut dibantah oleh korban. Dia mengaku justru diminta oleh anak pelaku, Alan, untuk menyopiri mobil sewaan ke puncak. Dia mengatakan berangkat ke Puncak bersama Alan dan tujuh orang lainnya, Minggu (23/11) sore sekitar pukul 17.00 WIB dan kembali ke Jakarta keesokan harinya, Senin (24/11) siang sekitar pukul 11.00 WIB.
"Minum (miras) dari mana, duitnya saja sudah ngepas buat nyewa mobil, bayar vila, tol, makan. Itu saja saya gak ikut patungan," ujar Widya kepada merdeka.com, saat ditemui di rumahnya di Jl H Merlin RT 3 RW 4, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Tidak terima dianiaya oleh dua jawara tersebut, korban langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kembangan. Pada malam hari setelah kejadian, petugas kepolisian menangkap kedua pelaku di rumahnya.
Meski pelaku saat ini sudah ditangkap, korban tetap saja masih mengalami penderitaan. Sebab, saat kejadian, pelaku dengan keji menyiksanya.
Berikut lima derita yang dialami Widya seperti dirangkum merdeka.com.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan kata penutup pidato penting? Seperti diketahui, bahwa ragam acara seperti seminar, perpisahan, pernikahan hingga acara formal lain membutuhkan sebuah penutup pidato yang penuh kesan yang membuat seluruh rangkaian acara berkesan.
-
Kapan Pegi Setiawan ditangkap? Pegi Setiawan ditangkap petugas Polda Jabar di Bandung pada Selasa (21/5/2024) malam.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Kenapa kata penutup pidato penting? Sangat penting untuk pembicara memperhatikan kata-kata penutup yang dituangkan dalam setiap pidatonya.
Dijemput paksa dan diseret pelaku
Widya Pratna (22), dijemput paksa dari rumah kontrakannya pada Senin (24/11) malam sekitar pukul 21.30 WIB oleh Hasanudin alias Pelor (40). Saat Widya menanyakan maksud Pelor menjemputnya, pria yang biasa menjaga parkiran di Lawson depan Universitas Mercu Buana itu malah menghardiknya.
"Diem lo. Ikut aja sama gua. Jangan banyak omong, ikut aja udah," ujar Widya menirukan ucapan Pelor, saat ditemui merdeka.com di rumahnya di Jl H. Merlin RT 3 RW 4, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Tak hanya itu, pelaku juga menyeret korban yang saat itu baru saja sampai rumah kontrakannya setelah selesai menyopiri mobil yang digunakan untuk berangkat ke puncak bersama anak Pelor, Alan (15).
Pelor kemudian membawa korban dengan menggunakan sepeda motor untuk dipertemukan dengan tersangka Edi Sarwono alias Edi (37). Selanjutnya, kedua tersangka membawa korban ke lokasi penyiksaan di Jalan H Juhri, Kompleks Pajak RT 006/08 Meruya Selatan Jakarta Barat.
Kaki luka bakar kena knalpot motor pelaku
Widya Pratna (22), dijemput paksa dan diseret oleh Hasanudin alias Pelor (40) dari rumah kontrakannya saat baru saja selesai menyopiri mobil yang digunakan untuk berangkat ke puncak bersama anak Pelor, Alan (15).
Dalam perjalanan menuju Lawson depan Universitas Mercu Buana, sepeda motor yang ditumpangi Pelor dan Widya terjatuh. Apesnya, knalpot sepeda Pelor menimpa kaki Widya.
"Ini kaki saya kena knalpot pas Bang Pelor bawa saya dari rumah ke Lawson. Pas lagi bawa motor, motornya sempet jatuh dan knalpotnya niban kaki kanan saya," ujar Widya saat ditemui merdeka.com di rumahnya di Jl H. Merlin RT 3 RW 4, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Alhasil, kaki kanan pemuda itu mengalami luka bakar yang cukup parah. Saat merdeka.com mengunjunginya, sulung dari tiga bersaudara ini hanya bisa meringis kesakitan saat dirinya mencoba menggerakkan kaki kanannya itu. Pada pergelangan kakinya, luka bakar berdiameter sekitar 10 sentimeter itu tampak masih memerah dan membuat betisnya membengkak.
Digantung di pohon setinggi 3 meter
Meski sepeda motor yang ditumpangi sempat jatuh, Hasanudin alias Pelor (40) dan korban Widya Pratna (22) akhirnya sampai di Lawson depan Universitas Mercu Buana. Di tempat itu Pelor mengajak temannya Edi Sarwono alias Edi (37).
Kedua pelaku lantas membawa korban ke sebuah lahan kosong di Jalan H Juhri, Kompleks Pajak RT 006/08 Meruya Selatan Jakarta Barat. Korban kemudian diikat pelaku dengan tali tambang, kemudian digantung pada pohon besar setinggi 3 meter.
"Setelah pelaku puas menyiksa, korban di-'turunin' dan disuruh pulang," ujar Kepala Polsek Kembangan Komisaris Polisi Heru Agus di Jakarta, Rabu (27/11).
Dipukuli dan luka kena knalpot diinjak pelaku
Selain menggantung korban di pohon besar setinggi 3 meter, pelaku Hasanudin alias Pelor (40) dan Edi Sarwono alias Edi (37) juga menginjak luka bakar di kaki korban Widya Pratna (22) akibat terkena knalpot pelaku.
"Kaki saya yang kanan diinjek, terus digerus sama bang Pelor," ujar Widya saat ditemui merdeka.com di rumahnya di Jl H. Merlin RT 3 RW 4, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Tak hanya itu, pelaku juga memukuli dan menganiaya korban hingga lemah tak berdaya. "Selama di lapangan kosong itu, tangan saya diikat ngadep belakang, terus tambangnya diarahin ke pohon. Badan saya dipukul sama Bang Pelor, yang megangin temannya Bang Pelor," tuturnya.
Pelaku bentak korban dengan kalimat kasar
Tak hanya kekerasan fisik yang diterima Widya Pratna (22) dari Hasanudin alias Pelor (40) dan Edi Sarwono alias Edi (37). Korban juga mendapat kekerasan psikis dari para pelaku. Pelaku berkali-kali membentak korban
Saat Widya menanyakan soal maksud Pelor menjemputnya di rumah kontrakannya, pelaku justru menghardik korban. "Diem lo. Ikut aja sama gua. Jangan banyak omong, ikut aja udah," ujar Widya saat ditemui merdeka.com di rumahnya di Jl H. Merlin RT 3 RW 4, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Tak hanya itu, saat di lokasi penyiksaan, pelaku juga berkali-kali mengancam korban. "Awas lo kalau kenapa-kenapa sama anak, gua gorok leher lo," ancam Pelor.
Setelah sekitar satu jam menyiksa dan menganiaya, tersangka kemudian melepaskan korban di Lawson. Korban kemudian dijemput oleh temannya yang tengah melintas.
Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka bakar terkena knalpot di pergelangan kaki kanan, rusuk sebelah kiri membiru, pergelangan tangan membengkak akibat ikatan tambang, dan dengkul luka akibat diseret.
"Kata visum dokter Graha Kedoya, saya mengalami luka dalam," ujar Bodong sambil menunjuk dada kirinya.
Baca juga:
Widya diikat, diseret, & dianiaya di lapangan oleh jawara Meruya
Ini lokasi dan cara mahasiswa digantung jawara Meruya
Selain digantung di pohon, Widya juga mau digorok jawara Meruya
Kasus perbudakan karyawan, aparat desa tahu bisnis usaha Yuki
Ini korban penganiayaan yang digantung jawara Meruya di pohon