5 Fakta sadis pembunuhan guru SLB di Kulonprogo
RA dibunuh oleh Sug saat dia sedang mengajar dan di depan anak-anak muridnya.
Mulut lebih tajam dari pada pisau, hati-hati menggunakannya. Persoalan ucapan yang mengandung caci maki membuat lawan bicara bisa saja sakit hati yang berujung kemarahan bahkan pembunuhan.
Hal itulah yang terjadi dengan RA, seorang guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Rela Bhakti 2 Wates Kulonprogo. Dia tewas di tangan Sug, rekan kerjanya, Sabtu (3/5) lalu.
Sug yang tak terima dengan caci maki yang dilontarkan RA. Ironisnya, RA dibunuh oleh Sug saat dia sedang mengajar dan di depan anak-anak muridnya.
Yang jadi pertanyaan adalah, bahkan di sekolahpun kejahatan yang berujung pembunuhan masih bisa terjadi? Kenapa sekarang ini orang gampang tersulut emosi dan melakukan hal-hal sangat sadis?
Berikut 5 fakta sadis pembunuhan guru SLB di Kulonprogo tersebut:
-
Kapan sedotan tertua ditemukan? Arkeolog menemukan tabung logam dengan panjang 3 kaki atau hampir 1 meter pada 1897 saat melakukan penggalian gundukan kuburan dari kebudayaan Maikop kuno di Kaukasus barat laut
-
Apa dampak perselingkuhan yang paling sering dialami pelaku? Dampak perselingkuhan bagi pelaku yang pertama yaitu dapat menimbulkan perasaan bersalah. Biasanya ini adalah dampak pertama yang dirasakan setelah seseorang diketahui berselingkuh di belakang pasangan.
-
Kapan Sholat Nisfu Syaban dilakukan? Adapun sholat sunnah Sya‘ban adalah malam kelima belas bulan Sya‘ban.
-
Apa yang paling dibenci semut? Untuk mengusir semut, salah satu cara yang efektif adalah dengan menaruh tanaman kemangi di dapur. Serangga, termasuk semut, tidak menyukai aroma kuat dan tajam dari kemangi.
-
Kapan sujud sahwi dilakukan? Jika kesalahan terjadi sebelum salam, sujud sahwi dilakukan setelah tasyahud sebelum salam.
-
Apa yang paling sulit dilakukan? Gerakan apa yang paling sulit dilakukan? Move on dari kamu.
Korban dibunuh dengan 25 tusukan
Nasib nahas harus dialami RA, seorang guru di SLB Rela Bhakti 2 Wates Kulonprogo. Dia meninggal ditusuk rekan sekerjanya, Sug di depan murid-muridnya seusai mendampingi siswa-siswi berlatih Jatilan, Sabtu (3/5) lalu.
Saat itu korban yang baru selesai mengajari siswa-siswi Jatilan di ruang kelas didatangi pelaku dan langsung menusuk korban dengan pisau. Seketika korban melawan, namun tidak sempat melawan korban langsung ditusuk kembali sebanyak 25 tusukan.
Menurut keterangan Kapolsek Wates, Kompol Kodrat, RA mendapat tusukan di bagian leher, tangan dan perut, dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit.
Dibunuh di ruang kelas di depan murid-murid SLB
Ironisnya, aksi penusukan sebanyak 25 tusukan tersebut dilakukan Pelaku saat korban sedang mendampingi muridnya berlatih Jatilan. Aksi tersebut di saksikan oleh murid-murid SLB tersebut.
Melihat kejadian tersebut, mereka menjerit ketakutan. Hal itu mengundang perhatian guru-guru lainnya, dan langsung menghampiri tempat kejadian.
Pelaku menyerahkan diri
Usai melakukan aksi brutalnya menusuk korban sebanyak 25 tusukan dan dilakukan di depan murid-murid korban, pelaku kemudian menyerahkan diri ke Polsek Wates beserta bukti.
Barang bukti tersebut pisau, HP tersangka, HP korban, dan baju korban. Pelaku diantar rekan sesama guru SLB. Kepada petugas, pelaku lalu menyampaikan alasannya membunuh rekan kerjanya tersebut.
Gara-gara jual-beli tanah
Hanya karena persoalan jual-beli tanah, pelaku tega melakukan aksi pembunuhan sadis ini. Ceritanya, Pelaku menjual tanah di Pedukuhan Dayakan Desa Pengasih kepada korban.
Pelaku membeli tanah seharga Rp 50 juta kepada korban. Belakangan setelah terjadi jual beli, korban merasa tertipu soal harga tanahnya. Korban lantas mencaci maki pelaku karena jengkel sebab uang yang digunakan berasal dari pinjaman bank.
Akibat perbuatannya ini, pelaku dijerat dengan Pasar 340 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau pasal 338 KUHP ancaman 20 tahun penjara, sebagaimana yang disampaikan oleh Kapolsek Wates, Kompol Kodrat, Selasa (6/5).
Lihat pembunuhan sadis, murid SLB akan diterapi
Setelah kasus pembunuhan, siswa-siswa di SLB Rela Bhakti 2 wates diliburkan sampai hari Rabu (7/5) besok. Hal ini diambil untuk mengurangi trauma yang terjadi pada siswa-siswi yang melihat kejadian pembunuhan sadis tersebut.
Dan di hari Kamis (08/05) nanti, rencananya pihak SLB akan melakukan pendampingan psikologi terhadap para siswa-siswi. Menurut kepada Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Baskara Aji, pihaknya sudah menyiapkan diri untuk melakukan pemulihan dengan melakukan pendampingan psikolog terhadap siswa-siswi.
"Mereka itukan kebanyakan tunagrahita di sana, nanti pada hari Kamis akan didampingi psikolog dan tidak langsung belajar, tapi dilakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menghilangkan trauma," kata Baskara pada merdeka.com, Selasa (06/05).
Baskara melanjutkan, selama satu minggu ke depan, akan ada guru dari SLB lain yang juga turut mendampingi, untuk melakukan kegiatan yang ringan seperti mewarnai dan kegiatan lainnya yang bisa mengembalikan kondisi psikologi anak.