5 Penyakit yang Menyerang Para Korban Gempa Cianjur
Plt Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sumarjaya mengungkapkan, terdapat lima jenis penyakit yang muncul pascagempa di Cianjur, Jawa Barat.
Plt Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sumarjaya mengungkapkan, terdapat lima jenis penyakit yang muncul pascagempa di Cianjur, Jawa Barat.
"Ada lima jenis penyakit yang muncul. Yang pertama tentu ISPA, ini kaitannya cuaca yang panas, hujan, segala macam. Yang kedua gastritis (radang dinding lambung), yang ketiga hipertensi (darah tinggi), yang keempat diare, dan yang kelima diabetes,” kata Jaya dalam konferensi persnya, Minggu (27/11).
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Kapan gempa di Gianyar terjadi? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana gempa guguran terjadi? "Gempa guguran merupakan gerakan yang terekam pada alat seismogram karena fragmen lava jatuh ke bagian bawah akibat gravitasi bumi,"
Meskipun demikian, Jaya mengklaim, tren kasus kelima penyakit tersebut mengalami penurunan. Misalnya, ISPA pada tanggal 23 November terdapat 744 tetapi menurun menjadi 600 kasus pada tanggal 24 November.
"Namun sekarang, itu sudah turun melandai. Alhamdullilah sekarang semua sudah melandai, sudah menurun," tambah Jaya.
Trauma Healing
Jaya mengatakan, di minggu pertama pascabencana, pihaknya fokus dalam penanganan penyakit trauma, misalnya patah tulang atau luka. Di minggu kedua atau besok, pihaknya akan mengendalikan penyakit nontrauma.
"Nontrauma apa? Ya penyakit-penyakit yang tadi kita sebutkan dan kami akan menyediakan tenaga-tenaga (kesehatan). Saat ini kami sudah men-drop 2.675 relawan," kata Jaya.
Tidak kalah penting, Jaya menambahkan, korban dampak gempa juga perlu mendapatkan layanan trauma healing atau dukungan kesehatan jiwa psikososial.
"Nah kita akan menurunkan tim ini di tempat-tempat pengungsian mulai minggu besok, mulai Senin. Satu tim itu terdiri dari lima orang. Berdasarkan standar Save The Children, satu kelas itu 20-30 (orang). Satu tim itu terdiri dari satu psikiater, dua psikolog, dua perawat jiwa," jelas Jaya.
Data Korban Terkini
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban akibat gempa Cianjur. Terdapat 321 korban meninggal dalam tragedi tersebut hingga Minggu (27/11).
"Hari ini ditemukan tiga jenazah. Dengan ditemukannya tiga ini, sampai hari ini, yang meninggal 321 orang. Kemudian yang masih hilang masih ada 11 korban,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi persnya.
Adapun yang masih dirawat di rumah sakit baik di Cianjur maupun telah dirujuk adalah 108 orang. Lalu, sebanyak 73.874 orang yang mengungsi, dengan rinciannya 33.713 pengungsi laki-laki dan 40.161 pengungsi wanita.
Kemudian, satgas gabungan telah berhasil mengidentifikasi titik-titik pengungsian.
"Jadi semuanya seluruh Kabupaten Cianjur ada 325 titik pengungsian dan 183 itu yang terpusat. Terpusat di sini adalah kekuatan yang mengungsi di atas 25 orang. Kemudian ada 142 titik pengungsian mandiri artinya masyarakat yang mendirikan tempat-tempat pengungsian di sekitar rumanya masing-masing dengan kekuatan di bawah 25 orang," jelas Suharyanto.
Untuk sementara, BNPB mencatat terdapat 27.434 rumah rusak berat. Lalu, 13.070 rumah rusak sedang dan 22.124 nusak ringan. "Sehinggal total 62.628 rumah," tanbah Suharyanto.
(mdk/rnd)