Angin Berputar di Rancaekek Puting Beliung atau Tornado? Ini Penjelasan Ilmiah BMKG
BMKG menegaskan fenomena alam di wilayah perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung yang terjadi Rabu (21/2), merupakan puting beliung.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan fenomena alam di wilayah perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung yang terjadi Rabu (21/2), merupakan puting beliung. Ada beberapa hal yang mendasari lembaga ini tetap menggunakan istilah itu.
Angin Berputar di Rancaekek Puting Beliung atau Tornado? Ini Penjelasan Ilmiah BMKG
Kepala BMKG Jawa Barat Teguh Rahayu menjelaskan bahwa fenomena puting beliung dan tornado esensinya merujuk pada fenomena alam yang memiliki beberapa kemiripan visual, yaitu pusaran angin yang kuat, berbahaya dan berpotensi merusak.
Di sisi lain, istilah Tornado biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km/jam.
Dimensi tornado juga sangat besar hingga puluhan kilometer maka dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
Di Indonesia, fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika.
"Sehingga kami mengimbau bagi siapa pun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat," jelas dia.
Menurut dia, istilah yang digunakan lebih baik sudah familiar, agar masyarakat Indonesia dapat memahaminya lebih mudah.
"Angin puting beliung merupakan kejadian fenomena alam berupa kejadian angin yang berputar dengan kecepatan kurang 70 km/jam. Sedangkan tornado lebih dari 70 km/jam bahkan lebih. Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat di AAWS Jatinagor: 36.8 km/jam," ucap dia.
"Kalau tornado pasti dampaknya lebih dari 10 Km, sedang kemarin saya rasa 3 sampai 5 km. Mekanisme tornado dan puting beliung memang mirip, tapi skala ruang dan waktunya sangat berbeda," lanjutnya.
Tornado umumnya dalam skala jam, sehingga relatif mudah dimonitor dan diprediksi pergerakannya. Sementara puting beliung umumnya skala waktunya menit jadi hampir sulit dimonitor BMKG.
Berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung, di antaranya pada tanggal 5 Juni 2023 terjadi di Desa Bojongmalaka dan Desa Rancamanyar.
Pada tahun 2023 juga terjadi kejadian puting beliung di wilayah Bandung pada bulan Oktober di Banjaran dan bulan Desember di Ciparay yang menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang. Bahkan di tahun 2024, tepatnya tanggal 18 Februari 2024, puting beliung terjadi juga di Parongpong Bandung Barat.