Balita penderita hydrocepalus di Sukoharjo akhirnya peroleh jamkesda
Namun karena bayi tersebut tak memiliki akta kelahiran, upaya pengobatan bayi malang itu sedikit terkendala.
Faujan Putra Halfi alias Slamet Nugroho balita penderita hydrocephalus asal Sukoharjo, Jawa Tengah akhirnya mendapatkan penanganan dari pemerintah setempat. Pemkab Sukoharjo berjanji untuk memberikan bantuan biaya operasi melalui program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiantoro mengatakan pihaknya akan menjamin pengobatan Slamet. Namun karena bayi tersebut tak memiliki akta kelahiran, upaya pengobatan bayi malang itu sedikit terkendala.
-
Apa itu penyakit langka? Penyakit langka adalah penyakit yang jumlah penderitanya sangat sedikit, yaitu kurang dari lima orang dari 100.000 orang penduduk. Ada banyak jenis penyakit langka yang telah diidentifikasi, yang sebagian besar bersifat genetik, kronis, dan mengancam jiwa.
-
Apa itu penyakit lambung? Penyakit lambung merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat, memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan banyak individu.
-
Apa itu pempek lenggang? Pempek lenggang adalah salah satu varian pempek yang menjadi favorit para pecinta kuliner.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Kenapa Lontong Tuyuhan punya bentuk segitiga? Bentuk segitiga pada Lontong Tuyuhan bukan semata-mata hanya hasil kreativitas orang-orang yang membuat lontong tersebut. Bentuk segitiga memiliki makna yang mendalam dengan tiga sudut runcing yang artinya tiga tujuan cinta yakni; cinta kepada Tuhan, cinta kepada alam, dan cinta kepada sesama makhluk hidup.
-
Kenapa sabun muka khusus jerawat penting? Wajah berminyak dan kotor bisa meningkatkan risiko jerawat karena penumpukan kotoran dan penyumbatan pori-pori.
"Slamet belum memiliki akta kelahiran, jadi pihak RT setempat harus membantu untuk mengurusnya. Karena kalau untuk BPJS salah satu persyaratan harus punya akta kelahiran, jadi kita usahakan dulu dengan jamkesda," ujar Guntur, Selasa (24/5).
Guntur mengatakan, untuk biaya operasi penderita hydrocephalus dibutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta. Jumlah tersebut bisa dimasukkan dalam plafon Jamkesda. "Kami akan berusaha keras mencari cara agar Slamet bisa disembuhkan," katanya.
Sebelumnya diberitakan Slamet Nugroho menderita hydrocephalus, yakni penyakit dengan cairan otak berlebihan hingga menyebabkan rongga tengkorak membesar akibat akumulasi cairan.
Dari hari ke hari kepala anak kelahiran, Sukoharjo 7 Oktober 2013 lalu ini semakin membesar. Tak hanya itu, putra pasangan Nur Halimah (22) dan Ngadiono (23) tersebut seolah tak berhenti menangis merasakan sakit yang dideritanya.
Ditemui wartawan di rumah Poniyem (47) neneknya, yang sangat sederhana di Dukuh Plarung RT 3 RW 5, Desa Cabean, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Slamet tampak terus menangis dalam gendongan neneknya.
"Anak saya menderita penyakit ini sejak lahir. Kepalanya terus membesar, tiap hari nangis. Saya sudah tak punya biaya untuk berobat," ujar Halimah, Senin (23/3).
Halimah mengaku sudah berulangkali membawa anaknya untuk berobat. Namun hingga saat ini belum ada perkembangan berarti. Meski demikian, dia yakin anaknya suatu saat bisa disembuhkan.
Kondisi ekonomi dan mahalnya biaya pengobatan diakui Halimah sering membuatnya putus asa. "Saya pasrah saja, karena usaha untuk penyembuhan anak saya sudah setahun lebih. Kami tidak memiliki biaya lagi untuk berobat," keluhnya sambil meneteskan air mata.
Bahkan, lanjut dia, keluarga dan ketua RT setempat sudah mengusahakan bantuan ke desa, kecamatan, rumah sakit dan BPJS Kesehatan. Semuanya tidak membuahkan hasil.
"Saya sangat berharap pemerintah tahu kalau ada warganya yang benar-benar susah. Saya tidak tahu harus mengadu ke siapa lagi? ucapnya lirih.
Kakek dan nenek Fauzan, Nardi (53) dan Poniyem (47) menambahkan, cucunya tersebut pernah dibawa ke rumah sakit di Kota Solo untuk rutin berobat, tetapi berhenti di tengah jalan.
"Pernah berobat di Solo dan RSUD Sukoharjo tapi mereka tidak sanggup mengatasi penyakit cucu kami," jelasnya.
Selain itu, orangtua Slamet saat ini sudah merasa tak sanggup membawanya ke dokter lagi. Karena setiap kontrol, harus butuh uang transport Rp 300 ribu untuk sewa mobil.
"Kami ini hanya petani dan ibunya buruh di pabrik. Bapaknya Slamet juga sudah lama pergi sampai sekarang belum balik, ucapnya.
Ketua RT 3 RW 5 Dukuh Plarung, Yarto Gusdur mengaku pihaknya tak kurang-kurang menyampaikan penderitaan Nur Halimah dan keluarganya pada pemerintah setempat. Namun hingga saat ini tak mendapat respons.
Nur Halimah, lanjut Yarto, memang sulit mendapatkan bantuan pengobatan dari pemerintah. Sebab dia tidak mempunyai surat nikah. Halimah dan suaminya selama ini hanya menikah siri dan belum dicatatkan di KUA.
Apalagi saat ini suami Halimah yang warga Kabupaten Cilacap itu merantau ke Jakarta dan tidak pernah kembali ke rumah untuk menafkahi istrinya.
"Suaminya dihubungi juga tidak pernah bisa," sambungnya.
Yarto menambahkan, upaya lain sempat dilakukan agar si bayi sembuh, yakni dengan mengganti nama. "Nama anaknya diganti Slamet, biar kondisinya baik. Kan kasian 1,5 tahun merasakan sakit," pungkasnya.
Baca juga:
Derita hydrancephalus sejak lahir, balita 1,5 tahun terus menangis
Warga desa ini kena wabah misterius 'sakit tidur'
Alergi matahari, gadis ini harus hidup seperti drakula
Gusi gadis cilik mendadak dipenuhi 15 belatung
Ngeri, 15 belatung bersarang di gusi bocah ini!