Begini Keseharian KRA, Mahasiswi Cantik Korban Pembunuhan di Depok
Setiap berangkat kuliah, kakeknya selalu mengantar dan menjemput kalau sudah selesai.
Bahkan untuk ke warung pun dia selalu minta antar adik laki-lakinya.
Begini Keseharian KRA, Mahasiswi Cantik Korban Pembunuhan di Depok
- Om dan Kakek di Depok Cabuli Cucunya, Nenek Korban Tahu Tetapi Membiarkan
- Keluarga Mahasiswi Cantik Korban Pembunuhan Minta Pelaku Dihukum Mati: Nyawa Dibayar Nyawa
- Fakta Baru Pembunuhan Mahasiswi Cantik di Depok: Pelaku Cekik Korban Sebelum Memperkosa
- Kronologi Pembunuhan Mahasiswi di Depok, Berawal dari Pelaku Memaksa Hubungan Intim dengan Korban
KRA (20) mahasiswi cantik korban pembunuhan Argiyan Arbirama (20) sehari-harinya dikenal sebagai anak yang solehah dan pendiam. KRA tidak pernah keluar rumah selain untuk kuliah. Dia tinggal bersama kakek neneknya di kawasan Pancoran Mas, Depok.
Diana (49) bibi korban mengatakan, keponakannya merupakan cucu perempuan satu-satunya di keluarganya. Jika hendak bepergian, KRA selalu diantar kakeknya. Bahkan untuk ke warung pun dia selalu minta antar adik laki-lakinya.
"Korban anak baik, anak solehah. 24 jam kita benar-benar awasi. Anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Mau ke warung aja minta anter adiknya. Kalau mau agak jauh diki fotokopi minta anter anak saya," katanya, Minggu (21/1).
Setiap berangkat kuliah, kakeknya selalu mengantar dan menjemput kalau sudah selesai. Biasanya, KRA selalu izin kepada neneknya jika hendak keluar rumah.
"Kalau ke luar rumah itu cuma kuliah, itu diantar jemput kakeknya. Kemana-mana selalu izin ke neneknya, nanti diantar kakeknya. Ngga pernah dikasih (pergi) sendirian," ujarnya.
Keluarga mengaku kecolongan karena KRA sampai tewas di tangan Ardi. Keduanya baru saja berkenalan melalui sosial media.
"Korban anak baik, anak solehah. 24 jam kita benar-benar awasi. Ini anak kenal (dengan pelaku) di chating, di Line. Bilang ke kita," ungkapnya.
KRA dikenal taat beribadah. Dia kerap pergi ke masjid bersama neneknya.
"Itu anak solehah. Dia dalam pengawasan kita 24 jam, terlebih kakeknya. Jadi ke luar rumah itu cuma kuliah, antar jemput. Atau pergi sama teman perempuan. Kesehariannya sama neneknya, salat subuh. Izin ke mana selalu izin ke nenek, nanti sama kakeknya dianter, enggak dikasih sendiri," ceritanya.
KRA terakhir kali menghubungi ibunya pada Kamis (18/1) siang. KRA memberitahu ibunya kalau dia baru selesai kuliah dan hendak pulang ke rumah.
"Terakhir chat bilang arah mau pulang. Ini anak murni polos, bukan anak yang biasa main. Jangankan pergi jauh, ke warung saja enggak berani, selalu diantar. Kita enggak habis pikir, biasanya enggak pernah begini selama bertahun-tahun, orang sini tahu kalau dia anak baik," ungkapnya.
Kepada keluarga, KRA selalu terbuka. Apapun yang dialaminya selalu diceritakan pada kakek nenek atau paman bibinya.
"Apapun keseharian selalu cerita. Dia terbuka ke keluarga, anak polos banget, ngga tahu jalan. Naik angkot saja takut," katanya.
Keluarga mengaku heran karena pada hari kejadian, KRA belum sampai di rumah hingga sore hari. Ponselnya pun tidak dapat dihubungi.
"Ke luar kampus jam 1 atau 2 siang, di parkiran wa mamanya kalau mau pulang. Dia enggak pernah pulang lewat magrib," ungkapnya.
Selain dikenal baik di lingkungan tempat tinggal, KRA juga dikenal pintar di kampus. Dosennya pun memuji KRA karena dikenal berakhlak baik.
"Dosen bilang ini K anak baik, akhlak bagus, prestasi baik, IP 3,9. Sehari-hari belajar," katanya.
Diana mengatakan, ibunya sudah memiliki firasat tidak baik ketika dikenalkan dengan Ardi. Pertama kali datang ke rumahnya, Ardi mengenakan celana pendek diatas dengkul. Ardi juga dianggap kurang etis karena berani bertanya banyak hal pada nenek KRA.
"Pelaku pernah dibawa kesini sekali, diajak makan keluar. Dari situ kita sudah ngga suka sama pelaku, karena dari penampilan sudah nunjukin kalau dia bukan anak yang beretika baik, bukan anak yang berpendidikan," kata Diana.
Nenek KRA menilai cara berpakaian Ardi tidak sopan ketika berkunjung. Cara bertamu ke rumah orang yang baru dikenal pun dianggap tidak etis seperti adab ketimuran.
"Cara berpakaian, cara bertamu ke rumah orang ngga seperti anak berpendidikan. Kita ngga punya pikiran macam-macam, cuma memang mau ada rencana besok harinya setelah dia (KRA) pulang mau bilang jangan lagi bergaul sama itu anak (pelaku), gitu," ungkapnya.
Keluarga besar mengaku kecolongan karena korban bisa sampai menghampiri kontrakan orang tua Ardi di Sukmajaya. Padahal sehari-hari, KRA selalu diantar kakeknya kalau keluar rumah.
"Kita kecolongan, kok bisa ketemu ini anak, kenapa? Memang cowo ini pernah dibawa ke rumah dikenalin ke neneknya. (korban) ngga pernah keluar rumah, temannya semua perempuan. Ngga punya pacar," ujarnya.