BKKBN Sebut 1.000 Hari Pertama Sejak Awal Kehamilan Masa Krusial Cegah Stunting
"Bayi stunting akan memiliki ciri fisik yang lebih pendek, intelektualnya juga kurang berkembang, serta akan mudah sakit ketika usia 40 tahun ke atas," katanya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa 1.000 hari pertama sejak awal kehamilan adalah masa-masa krusial untuk mencegah terjadinya stunting.
"Pada masa-masa itu, ibu hamil harus rutin mengonsumsi makanan mengandung gizi dan selalu berkonsultasi dengan dokter," kata Hasto Wardoyo pada Smart Sharing bertajuk "Program Kerja sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia” di Kantor Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DIY dilansir Antara, Senin (12/4).
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Mengapa penanganan stunting menjadi salah satu fokus Pemkot Bandung? Pemerintah Kota Bandung sudah menuangkannya dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026 antara lain: menurunkan angka kematian Ibu, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan prevalensi stunting, menurukan angka kejadian penyakit, serta meningkatkan indeks kepuasan masyarakat.
-
Apa yang dilakukan di Kecamatan Buahbatu untuk mengatasi masalah stunting? Dengan kekompakan warga, masalah stunting di Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung ini bisa diatasi. Cara mengatasinya cukup sederhana hanya dengan sedekah 1 butir telur.
-
Dimana Pemkot Bandung mencantumkan upaya penurunan stunting? Pemerintah Kota Bandung sudah menuangkannya dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026 antara lain: menurunkan angka kematian Ibu, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan prevalensi stunting, menurukan angka kejadian penyakit, serta meningkatkan indeks kepuasan masyarakat.
-
Bagaimana cara Kemenkes menekan angka stunting di Indonesia? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
-
Kenapa stunting berbahaya bagi anak? Melansir dari halodoc, para orang tua jangan menyepelekan stunting pada anak. Tahukah kalian, kondisi ini mampu memberikan dampak buruk pada kesehatan tubuh anak. Mulai dari terjadi gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi perkembangan saraf dan kognitif hingga risiko peningkatkan penyakit kronis ketika anak beranjak dewasa.
Acara ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Lebih lanjut, Hasto menyebutkan bahwa bayi yang sehat ketika dilahirkan memiliki panjang kurang lebih 48 sentimeter dan berat 2,5 kilogram.
"Bayi stunting akan memiliki ciri fisik yang lebih pendek, intelektualnya juga kurang berkembang, serta akan mudah sakit ketika usia 40 tahun ke atas," katanya.
Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan guna mencapai tumbuh kembang yang optimal bagi anak, maka setidaknya dibutuhkan tiga hal. Pertama, pemberian gizi yang cukup dan seimbang.
"Kemudian kedua, orang dewasa yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, perlindungan dan jaminan keamanan. Ketiga, adanya kesempatan serta lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan keterampilan sensorik dan motorik anak," katanya.
Mafilinda mengatakan angka stunting di Kabupaten Sleman dalam tiga tahun terakhir mengalami perbaikan. Faktor pendorong keberhasilan pencapaian ini, salah satunya karena tersedianya regulasi Perbup Nomor 38 tahun 2015 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
"Selain itu juga adanya Perbup Nomor 27 tahun 2019 tentang Program Percepatan Penanggulangan Balita Stunting. Beberapa inovasi untuk mencegah bayi mengalami stunting," katanya.
Ia mengatakan, program percepatan penanggulangan stunting tersebut, mulai dari Gerakan Tanggulangi Anemia Remaja dan Thalasemia (Getar Thala), Pelayanan Antenatal Care Terpadu Menuju Triple Eliminasi Menuju Semua Layanan (Pandu Teman), Pecah Ranting (Pencegahan Pada Rawan Stunting) dan Gambang Stunting (Gerakan Ajak Menimbang Cegah dan Atasi Stunting).
"Kabupaten Sleman juga menggalakkan adanya konselor ASI dan motivator Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) terlatih di 25 puskesmas dan beberapa rumah sakit. Untuk menekan angka stunting, jumlah kader kesehatan juga terus ditingkatkan, sehingga bisa mencukupi dan terlatih dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan membantu pelaksanaan kegiatan," katanya.
Pada acara tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan makanan bergizi dan APD bagi keluarga risiko stunting, dan penyerahan dukungan kampanye/KIE penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
Usai melakukan smart sharing, Kepala BKKBN RI beserta rombongan juga menghadiri kegiatan sosialisasi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) di Resto and Resort Westlake.
Kegiatan sosialisasi tersebut juga melibatkan generasi muda yang terhimpun dalam sejumlah organisasi kepemudaan di wilayah Kabupaten Sleman.
Baca juga:
Angka Stunting Sulbar Mencapai 40,38 Persen, Tertinggi Kedua di Indonesia
Pernikahan Dini Jadi Penyumbang Terbesar Stunting di Jatim, Arumi Bachsin Katakan Ini
Tekan Stunting, Begini Cara Pemkab Kulon Progo Ajak Warga Tingkatkan Konsumsi Ikan
Gerakan Berikan Protein Dinilai Dorong Hilirisasi Hasil Olahan Perikanan
Kades Garut Ini Keliling Kampung untuk Sosialisasi Stunting, Aksinya Penuh Perjuangan