Kelainan Bawaan Berupa Kista Duktus Koledokus Bisa Sebabkan Bayi Lahir Kuning
Kondisi bayi yang terlahir kuning bisa terjadi akibat kelainan bawaan berupa kista.
Kelainan Bawaan Berupa Kista Duktus Koledokus Bisa Sebabkan Bayi Lahir Kuning
Kelahiran seorang bayi selalu menjadi momen penuh kebahagiaan bagi orang tua. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat risiko kondisi medis yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah kelainan bawaan berupa kista duktus koledokus. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab bayi lahir dengan kulit menguning, yang sering kali disalahartikan sebagai jaundice biasa.
-
Apa penyebab mata kuning? Mata kuning bisa terjadi karena mata tidak terhidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.
-
Apa penyebab kuku kuning? Salah satu penyebab umum kuku kuning adalah infeksi jamur seperti onikomikosis. Infeksi ini dapat menyebabkan kuku menjadi kuning, menebal, dan rapuh.
-
Apa sebenarnya kista itu? Kista adalah kantong jaringan yang biasanya berisi cairan, nanah, atau gas. Sebagian bersifat jinak dan dapat muncul hampir di semua bagian tubuh.
-
Mengapa gigi anak bisa kuning? Gigi kuning pada anak adalah masalah yang sering kali menjadi perhatian bagi banyak orang tua. Warna gigi yang tidak cerah pada anak-anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kebersihan gigi yang kurang terjaga, konsumsi makanan atau minuman tertentu, serta kondisi medis tertentu.
-
Apa itu kista? Kista adalah kantung yang berisi cairan dan dapat muncul di berbagai lokasi dalam tubuh, mulai dari kulit hingga organ internal.
-
Bagaimana kista muncul? Kista dapat muncul di hampir seluruh bagian tubuh dan memiliki beragam penyebab, mulai dari faktor genetik hingga kondisi medis tertentu.
Kista duktus koledokus adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi pada saluran empedu. Menurut dr. Kshetra Rinaldhy Sp.B Subsp.Ped(K), dokter spesialis bedah pediatri dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, kelainan ini terjadi karena pelebaran bentuk kistik pada duktus bilier di saluran empedu.
"Semua orang punya empedu, dari anak punya saluran empedu. Pada proses pembentukan janin, ada kelainan saat pertumbuhan, ini namanya kista duktus koledokus," jelasnya dilansir dari Antara.
Penyakit ini bersifat kongenital atau bawaan sejak lahir, yang berarti bahwa kelainan terjadi selama perkembangan janin. Sampai saat ini, penyebab pasti dari kista duktus koledokus masih belum diketahui, sehingga pencegahan spesifik belum dapat dilakukan. Namun, deteksi dini sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius.
Gejala dan Dampak pada Bayi
Pada umumnya, bayi yang baru lahir dapat mengalami kondisi kulit menguning pada hari ketiga setelah kelahiran, yang biasanya hilang dalam waktu satu minggu dengan terapi sinar biru atau paparan sinar matahari. Namun, pada bayi dengan kista duktus koledokus, warna kuning pada kulit dapat bertahan lebih lama, bahkan hingga dua minggu setelah lahir. Selain itu, gejala lain seperti benjolan pada perut kanan atas akibat pembesaran kista dan infeksi dapat muncul.
Kondisi ini terjadi karena adanya kelainan posisi saluran empedu dan pankreas pada janin.
"Kelainan ini menyebabkan enzim pankreas masuk ke saluran empedu, sehingga muncul kista, benjolan berisi cairan empedu," kata dr. Kshetra. Jika tidak ditangani dengan segera, kista dapat terus membesar dan menimbulkan komplikasi yang lebih parah seperti kerusakan hati.
Deteksi Dini dan Penanganan
Untuk mencegah keparahan kondisi ini, penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) secara mendetail, terutama pada trimester ketiga. Melalui USG, dokter dapat mendeteksi adanya kista pada perut bayi sehingga penanganan dapat dilakukan segera setelah bayi lahir.
Jika kista duktus koledokus terdeteksi, tindakan operasi kecil dengan laparoskopi dapat dilakukan untuk mengangkat kista.
"Operasi pada saat kista kecil dan pasien lebih sehat jauh lebih mudah. Operasi bisa dilakukan dengan laparoskopi, dengan sayatan kecil itu bisa kita angkat," ungkap dr. Kshetra.
Pengangkatan kista pada tahap awal ini akan sangat membantu dalam mencegah komplikasi di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Menunda operasi bukanlah pilihan yang bijak, karena kista yang dibiarkan dapat membesar, menempel pada jaringan sekitarnya, dan membuat prosedur pengangkatan menjadi jauh lebih sulit. Selain itu, risiko kerusakan hati dan komplikasi lain juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia anak jika kista tidak segera diatasi.