Cerita Gus Yahya Beri Julukan Gus Dur Wali ke 10: Sunan Abdurrahman Wahid
"Nah sekarang ini ternyata menjadi kenyataan, sekarang ini Gus Dur sungguh-sungguh masuk dalam rangkaian resmi travel untuk mampir ke Tebuireng, ziarah kepada Wali ke-10 yaitu Sunan Abdurrahman Wahid," pungkasnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menghadiri acara Haul Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ke 13, dengan tema 'Gus Dur dan Pembaharuan NU'. Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini menyampaikan, almarhum presiden RI ke-4 itu merupakan wali Allah ke-10.
"Memang seperti yang tadi digambarkan tokoh yang luar biasa kompleks politisi, kyai, budayawan, komentator sepak bola dan sebagainya. Di NU itu, kalau ada tokoh besar dengan warisan kompleks, warisan yang beragam yang raksasa itu biasanya lalu secara gampang saja dipercaya sebagai wali Allah," katanya di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12).
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Apa pesan yang ingin disampaikan Gus Ipul kepada jamaah dalam haul KH Abdul Qodir Nur? "Meskipun beliau sudah wafat, kita masih merindukan, mengingat, mendoakan, dengan barapan doa kebaikan itu kembali ke kita semua," kata Gus Ipul membuka sambutannya. Menurut Gus Ipul, hal itu juga sekaligus sebagai pengingat bagi dirinya dan semua orang agar bagaimana untuk memberikan kesan baik ketika diberikan sebuah amanah.
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Apa yang digugat Nurul Ghufron ke PTUN? Dalam upaya gugatan yang diajukan oleh Ghufron yakni berkaitan dengan aturan Dewas KPK yang tidak bisa lagi mengenakan sanksi etik ketika pelanggaran etik yang dilaporkan ke sudah kedaluwarsa.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
"Saya masih teringat, bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di zaman saya dulu, waktu saya remaja waktu itu, rasanya sulit mencari Kyai yang bukan Wali. Nah sekarang bergerak ke zaman ini, saya tengok kanan tengok kiri, kok susah nyari Kyai yang Wali hari ini," sambungnya.
Yahya lantas menceritakan, bagaimana dirinya bisa memberikan julukan wali Allah ke-10 kepada Gus Dur. Dia mengaku, melakukan pembicaraan dengan Gus Dur di kediamannya di Ciganjur sekitar pukul 06.30 WIB, sehingga belum ada orang yang bertamu ketika itu.
"Belum ada orang lain yang datang ke sini. Jadi saya hanya berdua dengan Gus Dur di ruang tamu rumah," ujar Yahya.
Ketika itu, katanya, dirinya membantu Gus Dur untuk berganti pakaian. Mereka melakukan perbincangan, di tengah-tengah obrolan tersebut, Yahya lantas bercanda kalau Gus Dur Wali Allah ke-10.
"Panjenengan menjadi wali nomor 10, tanya Gus Dur kok bisa? Karena kepingin mampir sowan panjenengan, ziarah wali songo itu tentunya ingin mampir untuk sowan panjenengan. Sehingga panjenengan menjadi wali nomor 10, Gus Dur tertawa," ungkap Yahya.
Menurut Yahya pembicaraan itu terjadi pada 2000 silam. Namun, kini menjadi kenyataan. Setiap yang melakukan ziarah ke Wali Songo, dipastikan berziarah ke makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
"Nah sekarang ini ternyata menjadi kenyataan, sekarang ini Gus Dur sungguh-sungguh masuk dalam rangkaian resmi travel untuk mampir ke Tebuireng, ziarah kepada Wali ke-10 yaitu Sunan Abdurrahman Wahid," pungkasnya.
Gus Dur Sosok Multidimensi
Putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman Wahid mengatakan, ayahnya merupakan seorang yang multidimensi.
"Sosok yang multidimensi, beliau humoris, beliau pemikir, beliau pembela hak-hak minoritas, beliau pejuang demokrasi, beliau negarawan, beliau komentator sepak bola. Makanya kami sebetulnya panitia ini kemarin ketika memilih tema kami agak dilematis mau memilih Gus Dur dan piala dunia atau Gus Dur dan pembaharuan NU," kata Alissa.
Tema yang diangkat kali ini, katanya, sangat penting bagi perjalanan NU dan sepak terjang Gus Dur.
"Maka malam hari ini akan meneladani sepak terjang perjalanan sebagai pemimpin NU dan warga NU," ujar Alissa.
"Maka pada malam hari ini kita akan menggali bagaimana almafurlah Gus Dur mendorong pembaruan-pembaruan di lingkungan Nahdlatul Ulama," sambung Alissa.
Menurutnya, Gus Dur sangat memprioritaskan Islam dan Indonesia. Sebab, saat dirinya berumur 14 tahun, ayahnya itu sempat menyampaikan tidak bisa memberikan waktu lebih kepada keluarga.
"Saya anak pertama, remaja waktu itu, Gus Dur menyampaikan begini Lissa jangan mengharap bapak iki seperti bapakke konco-koncomu yo, jangan berharap bapak sama seperti bapaknya teman-temanmu, bapak nggak bakalan punya banyak waktu untuk kalian. Karena keluarga itu prioritas bapak nomor 4 nak, nomor satu Islam, nomor 2 Indonesia, nomor 3 NU, nomor 4 baru keluarga. Kamu harus bisa nerima," pungkas Alissa.
(mdk/ded)