Cerita Istri Soal Kondisi Memprihatinkan Surya Anta di Rutan Salemba
Lucia Fransisca, istri dari Surya Anta Ginting tersangka dugaan makar mengaku, kondisi suaminya itu kini sedang sakit. Saat ini, Surya ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba, Jakarta.
Lucia Fransisca, istri dari Surya Anta Ginting tersangka dugaan makar mengaku, kondisi suaminya itu kini sedang sakit. Saat ini, Surya ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba, Jakarta.
"Hari Jumat, 29 November siang hari, kami menjenguk, kondisi Surya itu panas tinggi menjelang sore hingga pagi. Kemudian kakinya gemetar dan mual, enggak bisa makan. Kondisi yang sama terjadi kepada 4 tahanan lain yaitu batuk kering berdahak, sakit tenggorokan, sama sesak nafas," kata Lucia di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (2/12).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Kenapa tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana Beji Sirah Keteng berada? Saat ini, Beji Sirah Keteng dikelola oleh empat RT di Desa Bedingin, Kecamatan Sampit, Kabupaten Ponorogo.
-
Di mana letak Kubur Kalang di Bojonegoro? Kubur Kalang ditemukan di Desa Kawengan, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
Lucia mengungkapkan, Surya berada di sel atau balik jeruji besi Rutan Salemba yang dihuni oleh sejumlah narapidana lain. Di sana, mereka harus saling bergantian untuk bisa memejamkan matanya.
"Karena kondisinya sekitar 600 orang ya, di dalam satu sel tidurnya seperti apa? Enggak mungkin, berarti mereka harus tidur bergantian. WC dan kamar mandi juga cuma ada 2, bagaimana untuk 600 orang? Makanan berpasir atau berkrikil khusus raskin, gimana mereka dapat gizi kalau kondisi seperti itu. Kondisi mereka semakin drop karena penuh asap di dalam," ungkapnya.
Ia menjelaskan, asap yang dimaksudkan itu yakni berasal dari sumber mereka untuk memasak atau merebus air. Hal itu agar mereka dapat minum dengan air yang sedang masak.
"Ada mereka di dalam punya satu cara, kayak kaleng dipakai untuk merebus air untuk minum. Karena mereka enggak bisa minum air matang, jadi air keran yang diminum. Bisa kebayang enggak gimana kondisinya, sangat tidak layak," jelasnya.
"Hak para tahanan terhadap kesehatan seharusnya diperhatikan. Ini kan ada perlakuan yang tidak adil," sambungnya.
Pemeriksaan Dokter
Selain itu, ia mengaku jika suaminya tersebut mendapatkan perawatan dari dokter tidak seperti pasien normal lainnya. Karena, Surya diperiksa oleh dokter tanpa harus memeriksa kondisi fisiknya.
"Coba deh, dokter periksa Surya, tapi bukan sebagai pasien normalnya diperiksa dokternya jaraknya jauh, emang Surya apa? menjijikan, seseorang yang berbahaya. Sehingga harus diperiksa dari jauh dan tidak diperhatikan dengan benar," ujarnya.
"Kalau asumsinya itu DB kan seharusnya di cek darah, diperiksa benar-benar. Apa karena mereka tahanan, sehingga dokter tidak memperhatikan dia seperti pasien? Saya marah dan sangat kecewa," tambahnya.
Sakit Sejak Dipindah
Selain itu, ia menyebut, Surya Anta mengalami atau menderita sakit sejak dipindah dari Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat ke Rutan Salemba, Jakarta. "Sejak di Salemba mulai, kan memang sudah sakit di Mako. Tapi begitu dipindah ya semakin lama semakin buruk-buruk. Klinik dari rutan, dan itu diperiksa dari jarak jauh," sebutnya.
Ia menegaskan, jarak dokter memeriksa Surya tersebut mencapai 20 meter. Dan dokter pun hanya menanyakan sakit apa yang dialami atau dirasakan oleh Surya tanpa harus memeriksa fisiknya.
"Paling 20 meter ya. Kalau sebagai dokter kan kalau kita diperiksa itu dipegang-pegang, di cek lidahnya, matanya, denyut jantungnya, normalnya aja. Enggak ada (analisa fisik) kalau dari jarak jauh cuma ditanya 'kamu sakitnya apa, oh panas tinggi,' terus dikasih obat yang biasa penurun panas, bagaimana bisa," tegasnya.
"Enggak (disebutkan sakitnya), cuma dikasih obat penurun panas doang. Kalau saya curiganya, ini ISPA. Sama kalau Surya tambah mual-mual, keringat dingin, dan panas dari sore hingga subuh, itu kan tanda-tanda DB atau tifus. Harusnya di cek darah kalau mau pasti. Tapol itu manusia, perlakukan seperti manusia dengsn nurani kita. 600 orang dalam 1 sel itu enggak layak," tutupnya.
6 Orang Tersangka
Polisi telah menetapkan enam orang sebagai tersangka atas kasus pengibaran bendera bintang kejora di depan Istana Negara, Jakarta. Pengibaran bendera itu dilakukan pada Rabu (28/8) lalu.
Jumlah enam orang yang kini ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat ialah Dano Tabuni, Charles Cossay, Ambrosius Mulait, Isay Wenda, Ketua Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) Surya Anta Ginting dan Ariana Elopere.
Seluruh tersangka dikenai Pasal 106 dan 110 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terkait keamanan negara.
(mdk/rnd)