Cerita Kapolda Riau jadi Guru Matematika di Sekolah Pelosok
Kondisi sekolah sangat jauh dari standar. Lantai beralaskan tanah, dan dinding batu bata sebagian namun tidak diberikan cat tembok. Daun jendela juga belum ada.
Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi mendatangi sekolah dasar (SD) di pelosok Riau yang sempat viral di media sosial. Agung mengunjungi murid-murid kelas jauh SDN 010 Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Dia datang bersama anak buahnya dari Pekanbaru, berjarak ratusan kilometer hanya untuk ke sana. Bahkan, dia menyempatkan diri menjadi guru matematika bagi puluhan anak-anak harapan bangsa yang tinggal di bawah kaki deretan Bukit Barisan, Dusun Sialang Harapan.
-
Apa yang dikawal ketat oleh Polresta Pekanbaru? Personel Polresta Pekanbaru mengawal ketat pendistribusian logistik berupa surat suara Pemilu 2024.
-
Apa yang dilakukan polisi kepada warga di Palembang? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga. "Setelah kami periksa secara maraton, kami tingkatkan ke penyidikan dan sudah ditetapkan sebagai tersangka," ungkap Kasatreskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah, Selasa (19/12). Tersangka Bripka ED dijerat Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman paling lama satu tahun penjara.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Siapa yang berperan dalam menjaga keamanan pemilu di Kota Pekanbaru? Polri bersama masyarakat bersinergi menciptakan kondusifitas jelang Pemilu 2024.
-
Di mana Laskar Pelangi bersekolah? Novel Laskar Pelangimenceritakan tentang kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan.
Kondisi sekolah sangat jauh dari standar. Lantai beralaskan tanah, dan dinding batu bata sebagian namun tidak diberikan cat tembok. Daun jendela juga belum ada. Agung ingin membantu pembangunan sekolah tersebut.
"Saya mengajar mata pelajaran matematika bilangan baris kepada anak-anak kita yang cerdas, dan pintar-pintar tersebut. Mereka semangat dan pandai matematika. Ini modal guna memperoleh ilmu lebih tinggi dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari," ucap Agung, Jumat (1/11).
Dia juga memberikan kesempatan kepada seorang bocah berpakaian batik lengan dipadukan celana merah panjang, bernama Afrizal, untuk memakai topi dengan bintang dua di atasnya serta tongkat komando miliknya.
"Saya ingin jadi seperti Bapak, ingin jadi polisi, jika saya besar nanti. Itu cita-cita saya Pak," kata Afrizal disambut dengan suara tawa dan tepuk tangan saat mendengarkan harapannya.
Agung kemudian menjawab. "Suatu hari semoga bisa menggantikan Kapolda," doa Agung.
Agung bahagia menjadi guru Matematika sesaat di SDN 01. Ia bangga berada di tengah-tengah anak-anak cerdas tersebut. Namun, ia lebih bangga lagi saat mengetahui ternyata pembangunan kelas di sekolah dasar tersebut ada peran seorang anggota polisi lalu lintas Polda Riau bernama Bripka Ralon Manurung.
SDN 010 Desa Batu Sasak semula merupakan sekolah cabang tahun 2006. Bangunan sekolah ketika itu apa adanya, dan jauh dari pikiran banyak orang yang serba wah. Orang-orang menyebutnya Sekolah Marjinal.
Meski posisi sekolah jauh dari kota, namun Agung meminta agar tidak ada lagi penyebutan sekolah marjinal, melainkan sekolah harapan.
"Sekolah ini tidak boleh disebut sekolah marjinal, tapi sekolah harapan. Tidak hanya harapan desa dan adik-adik namun juga harapan Indonesia," ujar Agung.
Awalnya, bangunan kelas terbuat dari kayu, termakan usia akhirnya menjadi lapuk dengan kondisi memprihatikan. Walau demikian, anak-anak Dusun Sialang Harapan tetap bersemangat belajar di bawah bangunan tersebut.
Bagi murid-murid ingin bersekolah di sekolah induk, SDN 010, mereka harus berjalan kaki membelah hutan serta menyeberangi sungai. Jika air sungai naik, anak-anak tersebut tak bisa bersekolah.
Dengan kondisi tersebut, warga desa bernama Riko, kebetulan teman kuliah istrinya, Maria Farida Naibaho, berkenalan secara tidak sengaja dengan Ralon.
Kala itu, Ralon sedang bertugas di depan kantor Gubernur Riau, Jalan Sudirman, Pekanbaru, mengatur lalu lintas jalan, sekitar November 2017, melihat sekelompok warga dimotori Riko, sedang meminta bantuan pembangunan lokal sekolah tersebut.
Dari sinilah cerita berawal, hingga tercetus di benak Ralon, ia harus mewujudkan keinginan anak-anak di Desa Batu Sasak untuk memperoleh ilmu dengan bersekolah. Bahkan emas perhiasan milik istrinya juga disumbangkannya saat mengetahui sekolah tersebut dibangun atas swadaya masyarakat masih mengalami kekurangan dana.
Kondisi tersebut menggambarkan bagaimana Ralon kecil harus berjalan kaki belasan kilometer untuk bersekolah bersama-sama dengan anak-anak Suku Sakai di pelosok Kabupaten Siak, SDN 058 Kandis.
Ralon tak mau, apa yang pernah ia alami menimpa anak-anak tersebut. Karena itu, dia bertekad membantu membangun sekolah di Dusun Sialang Harapan secara permanen. Setelah dihitung-hitung, jumlah dana dibutuhkan Rp14,5 juta.
"Padahal, uang sumbangan baru terkumpul Rp12,5 juta. Ada kekurangan Rp2 juta. Saya ngomong dengan istri, bagaimana jika kita jual untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan. Istri setuju perhiasan emasnya dijual," kata Ralon.
Agung memberikan apresiasi dan terima kasih memuji apa yang dilakukan Bripka Ralon Manurung.
"Ini adalah aksi natural dan nyata dari seorang Bintara kita membangun sekolah ini menggunakan uang tabungannya, Bripka Ralon Manurung. Ini merupakan sesuatu sangat luar biasa, inilah nilai kita untuk saling membantu ketika saudara kita kesusahan," kata Agung.
Agung berharap, apa yang dilakukan oleh Bripka Ralon Manurung ini ini dapat berdampak lebih luas kepada masyarakat di Riau.
"Kami ingin melihat ke lapangan secara nyata, hal-hal apa yang ada. Kami ingin bekerja sama dengan guru, dengan Dinas Pendidikan, dengan dinas-dinas lain bersama-sama membangun mewujudkan Indonesia Maju," pintanya.
Selama berada di sekolah tersebut, tidak hanya murid-murid saja antusias, namun juga para orang tua murid termasuk warga.
Baca juga:
Menag Harap Kampus Islam Terbesar se-Indonesia di Depok Segera Rampung
Disdik DKI Sebut Siswa Gonzaga Tak Naik Kelas Pernah Merokok & Makan di Kelas
Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Jokowi Minta Mendikbud Dikti Pakai Teknologi
Siswa Belajar di Lantai, Lebak Masih Kekurangan 591 Ruang Kelas
2 Perguruan Tinggi di Palembang Ilegal, Pasutri Berstatus Pengelola Jadi Tersangka
Miris, Siswa SDN di Lebak Belajar di Lantai Beralas Karpet Tanpa Meja & Kursi