Cerita Mantan Panglima Muslim Poso yang Kini Memilih Hidup Damai
Mantan Panglima Muslim saat konflik di Poso, Kiai Adnan Arsal mengungkap kondisi terkini di wilayah yang dikenal sebagai markas teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT). Menurut dia, masyarakat Poso kini hidup dalam damai. Menurut dia, Poso kini sudah berubah menjadi lokasi yang ramah dan merangkul sesama.
Mantan Panglima Muslim saat konflik di Poso, Kiai Adnan Arsal mengungkap kondisi terkini di wilayah yang dikenal sebagai markas teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT). Menurut dia, masyarakat Poso kini hidup dalam damai. Menurut dia, Poso kini sudah berubah menjadi lokasi yang ramah dan merangkul sesama.
"Konflik sudah lama usai dan kedamaian sudah tercipta. Masyarakat Poso hidup damai dalam kemajemukan," kata Adnan di Pondok Pesantren Al Madinah, Bima, Nusa Tenggara Barat, dalam keterangan tertulis diterima, Sabtu (18/9).
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Kenapa Mayjen Moestopo membentuk pasukan Terate? Alih-alih menertibkan para pembuat onar di masyarakat, Mayjen Moestopo justru memberdayakan mereka untuk ikut berjuang dalam perang revolusi.
-
Apa yang menjadi rahasia kelezatan Soto Podjok Kediri? Adapun kunci utama kelezatan soto tersebut terletak pada bumbunya yang dibuat secara unik. Rukmini menciptakan bumbu rahasia dari campuran rempah yang dihaluskan dan disatukan lalu didiamkan selama enam bulan. Dalam bumbu yang didiamkan lama, cita rasa rempahnya akan bertambah lezat.
-
Kapan Titiek Soeharto menjenguk Prabowo Subianto? Dalam keterangan unggahan beberapa potret yang dibagikan, terungkap jika momen tersebut berlangsung pada Senin (1/7) kemarin.
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.
-
Siapa Entong Tolo? Entong Tolo, yang dikenal sebagai bandit dari Bekasi, aktif dalam dunia kejahatan selama kurang lebih empat tahun mulai dari tahun 1904-1908,” tulis narasi di Indonesia.go.id.
Meski telah hidup damai, Adnan mengakui, masih terjadi konflik horizontal. Namun menurut Adnan, gerakan MIT kini bercokol di hutan Gunung Biru, Tamanjeka, Desa Masani, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kebanyakan dari pengikutnya kini, sudah dibina untuk bersama membangun Poso yang lebih baik.
"Ketimbang berkonflik dengan negara, para mujahidin berdamai dan bersama membangun Poso agar penduduknya dapat hidup damai dan sejahtera," kata pria yang kini menjadi Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso itu.
Adnan menyatakan, melalui pendidikan, anak-anak di Poso bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan dapat kesempatan untuk bersama-sama memajukan Poso. "Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," kata dia.
Dia juga menyampaikan, teror yang terjadi di Poso bukanlah sisa-sisa dari konflik Poso yang lalu. Hal itu murni tindakan teror yang dilancarkan kelompok kecil sisa dari anak buah pimpinan MIT Santoso, di Gunung Biru.
"Saya tidak ada di dalam otak untuk memberontak terhadap negara. Saya sampaikan kepada para mujahidin, kalau kita mau melawan negara, kita ini tidak sampai satu bulan habis. Kita harus belajar pada sejarah, bagaimana negara menumpas para pemberontak," ungkap Kiai Adnan.
Ultimatum MIT
Namun Adnan mengamini, tidak semua sepakat dengan apa yang diusulkan olehnya. Ada beberapa orang yang ngotot dan tetap bertahan di Gunung Biru dan angkat senjata. Dia pun menegaskan, mereka bukan lagi bagian dari masyarakat Poso, bukan bagian dari umat muslim Poso yang menghendaki perdamaian.
"Saya ultimatum saat itu, yang di Gunung Biru bukan kelompok saya. Yang kita mau, kita sama-sama di kota bersama dengan pemerintah gulirkan kebijakan-kebijakan pembangunan di Poso," kata dia.
Menurutnya, kelompok yang masih bercokol di Gunung Biru adalah musuh bersama masyarakat Poso. Bahkan musuh bersama umat Islam karena tindakan yang dilakukan MIT sudah bukan lagi demi kepentingan umat Islam Poso, mereka bahkan memerangi umat yang menghendaki perdamaian.
"Ormas Islam sudah menyatakan kelompok di Gunung Biru adalah musuh bersama. Karena tidak ada definisinya umat Islam memerangi umat Islam yang lain," tegas Kiai Adnan.
Dia menilai, apa yang dilakukan kelompok MIT itu sudah sangat brutal. Mereka membunuh petani, membunuh aparat negara, membunuh anggota TNI-Polri yang menjaga keamanan dan kedamaian di Poso.
Menurut Kiai Adnan, sudah jelas mereka adalah kelompok teror yang mengancam keamanan dan perdamaian masyarakat Poso yang majemuk dan damai.
"Kerja mereka hanya membunuh warga Poso, itu bukan jihad. Tidak ada jihad membunuh saudara sesama muslim," ucap Kiai Adnan menekankan.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rnd)