Cerita perjuangan Jumpun Pambelon, relawan pemadam kebakaran hutan
Sejak kobaran api melalap hutan dan lahan gambut, siang dan malam mereka berjibaku melawan gempuran asap pekat dan api.
Kabut asap yang melanda Wilayah Palangka Raya, Kalimantan Tengah perlahan mulai menyurut. Langit sudah mulai kelihatan. Asap tak lagi pekat kekuning-kuningan seperti seminggu yang lalu. Kerja keras petugas setempat dalam menanggulangi kebakaran patut diapresiasi. Tapi, cerita kerja keras relawan lokal Jumpun Pambelom tak kalah hebatnya.
Jumpun Pambelom adalah sebuah kelompok relawan yang membantu masyarakat Palangkaraya keluar dari derita asap oleh kebakaran di lahan konservasi hutan gambut di Desa Tumbang Nusa, Kec. Palangakaraya, Kalimantan Tengah.
Selama dua bulan, semenjak kobaran api melalap hutan dan lahan gambut, siang dan malam mereka berjibaku melawan gempuran asap pekat dan bara api.
Dalam tugasnya, para relawan yang kebanyakan merupakan anak muda yang berasal beberapa daerah di Indonesia ini bekerja sama ketika kebakaran terjadi. Mereka terlihat saling membantu membawa selang air, pompa, dan peralatan lainnya.
Pendiri relawan ini, Janumindro (53) mengaku kelompok ini terbentuk secara sengaja. Ketika dia dan relawan lokal berjibaku melawan kobaran api, rupanya banyak anak muda di luar Palangkarata yang kepincut ingin bergabung ketika melihat upaya mereka memadamkan api dalam foto yang sempat diabadikan dan tersebar di media sosial.
"Mereka adalah anak muda yang datang dari beberapa daerah seperti Jakarta, Cirebon, Padang, Banjarmasin, dan lainnya. Karena mereka datang membantu di Palangkaraya, kami juga menyilahkan mereka untuk bergabung bersama kami," ujar Janumindro yang sehari-hari bekerja di Badan Kesbangpol Palangkaraya ini di posko Jumpun Pambelom, jalan Palangkaraya, Kec. Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah, Kamis (29/10).
Fajar (25), pemuda asal Cirebon, Jawa Barat misalnya. Dia bergabung dengan Jumpun Pambelom dengan misi mulia yakni membantu warga Palangkaraya agar cepat keluar dari kabur asap.
"Saya sudah tiga minggu di sini. Saya bergabung agar warga di sini kembali hirup udara bebas," cerita pemuda lulusan Fakultas Ekonomi Perbankan IAIN Cirebon ini.
Sehari-hari Fajar dan puluhan relawan muda lainnya menyisiri lahan gambut untuk memadamkan api. Jika api sudah dipadamkan, mereka kembali ke posko untuk melepas lelah dan bercanda satu sama lain.
"Kami siang malam bantu warga padamkan api. Tak terhitung sudah beberapa titik api yang sudah kami padamkan selama ini," tuturnya.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
-
Kenapa hutan awan begitu penting? Dari perspektif keanekaragaman hayati, hutan air memiliki peran penting karena menjadi habitat bagi berbagai tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia, fenomena yang dikenal sebagai endemisme.
-
Apa yang membuat hutan awan begitu istimewa? Hutan awan, yang tumbuh di ketinggian antara 3.250 hingga 8.200 kaki dengan keunikan terletak pada tingkat kelembapannya yang tinggi, hampir mencapai 100 persen di beberapa daerah, menciptakan suasana yang berkabut dan berawan.
Relawan muda lainnya, Hunggul Budi Prihono berkisah, selama tiga minggu ini mereka keluar masuk hutan untuk memadamkan api. Selama itu juga tak terhitung banyaknya ancaman yang menghampiri mereka.
"Kami sampai tidur di hutan jika sudah kelelahan. Kadang ada pohon tumbang ketika kami memadamkan api, kadang juga hirup asap yang banyak," tutur mahasiswa FKIP jurusan Pendidikan Luar biasa (PLB) Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini.
Ketika dikunjungi merdeka.com di posko, mereka terlihat baru saja pulang memadamkan satu titik api di pinggir jalan Trans Palangkaraya-Banjarmasin. Mengenakan perlengkapan yang hampir sama dengan petugas Damkar, mereka nampak kelelahan dan tetap saling bergurau satu sama lain.