Cerita Soeharto Marah Jawab Kabar Hoaks Pemakaman Astana Giribangun Berbalut Emas
Nada bicara Soeharto meninggi saat menjawab tudingan soal Astana Giribangun yang diisukan dihiasi emas.
Kini Soeharto dan Ibu Tien dimakamkan di Astana Giribangun.
Cerita Soeharto Marah Jawab Kabar Hoaks Pemakaman Astana Giribangun Berbalut Emas
Presiden Kedua Indonesia dan Ibu Tien Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun, Jawa Tengah. Lokasi pemakaman itu merupakan wasiat dari Presiden Soeharto.
- Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo
- Gara-Gara Masalah Bahasa, Soeharto Copot Jaksa Agung yang Tangkap Kerabat Ibu Tien
- Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu
- Cerita Soeharto Tutup Mata Ayah BJ Habibie yang Wafat Tepat di Hadapannya
Presiden Soeharto pernah marah besar menjawab kabar hoaks terkait Astana Giribangun yang dihiasi dengan emas. Isu tersebut muncul usai pria yang dijuluki 'The Smiling General' meminta disiapkan makam di Astana Giribangun.
"Memang saya pun mendengar orang bicara bahwa belum juga saya mati, saya sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya, kuburan itu kami buat untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya),"
ujar Soeharto.
Soeharto mengungkapkan, tak ada salahnya menyiapkan makam sebelum karena akhirnya akan meninggal juga. Seperti dikutip dari buku 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 1982.
"Kalau mulai sekarang kita sudah memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain. Asalkan tidak menggunakan yang macam-macam, apa jeleknya?"
tegas Soeharto.
Nada bicara Soeharto meninggi saat menjawab tudingan soal Astana Giribangun yang diisukan dihiasi emas. Bahkan, Soeharto meminta orang yang mengembuskan isu tersebut untuk melihat sendiri ke Astana Giribangun.
"Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong kosong. Tidak benar! Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri,"
tutur Soeharto.
Pria yang biasa disapa Pak Harto ini menjelasan bahwa bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulung Agung.
"Tentu saja kayu-kayunya pilihan, supaya kuat. Pintu-pintu di sana, yang dibuat dari besi, adalah karya pematung kita yang terkenal G. Sidharta. Alhasil, segalanya buatan bangsa sendiri," ungkap Soeharto.