Cuaca Panas Akibat Pemanasan Global, Airlangga Ingatkan Risiko Kebakaran Hutan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kata Airlangga, juga sudah melakukan berbagai persiapan. Terutama kesiapan untuk menghadapi risiko kebakaran hutan.
Pemanasan global menjadi ancaman baru setelah pandemi Covid-19. Cuaca dan suhu udara menjadi kian panas yang berisiko tinggi memicu terjadinya kebakaran hutan, hingga mengancam sektor perekonomian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan menyebut, Asia Tenggara merupakan salah satu daerah yang berisiko tinggi terhadap pemanasan global.
-
Apa bahaya dari cuaca panas di Indonesia? Cuaca panas yang melanda Indonesia, terutama pada awal musim kemarau, membawa sejumlah dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Dari dehidrasi hingga risiko serangan panas (heat stroke), perlu langkah-langkah pencegahan yang tepat.
-
Bagaimana cuaca terbentuk? Fenomena cuaca melibatkan interaksi kompleks antara atmosfer, lautan, dan daratan, menciptakan kondisi yang terus berubah sepanjang waktu.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Apa prakiraan cuaca di Jakarta hari ini? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Kapan pancaroba terjadi di Indonesia? Di Indonesia, musim pancaroba sering terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada sekitar bulan Maret-April.
"Climate economic index itu juga menunjukan, Indonesia adalah yang sangat rentan masuk dalam musim kemarau nanti. Risiko kebakaran hutan kembali mengintip ataupun perlu kita waspadai," ujarnya dalam Green Economy Indonesia Summit 2022, Rabu (11/5/2022).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kata Airlangga, juga sudah melakukan berbagai persiapan. Terutama kesiapan untuk menghadapi risiko kebakaran hutan.
"Sebetulnya ini sama seperti menghadapi pandemi. Jadi kita sebetulnya punya tentara untuk kebakaran hutan, dan juga punya tentara untuk penanganan pandemi. Ini kan satu hal sama yang dilakukan," imbuhnya.
Oleh karena itu, Airlangga mengingatkan kesadaran akan dampak perubahan iklim harus terus dijaga, baik dari segi kesiapan maupun pendanaan.
"Sebelumnya juga kita tahu, dunia enggak punya pemadam kebakaran di tahun 1930an. Tapi dengan risiko yang ada, sekarang seluruhnya punya pemadam kebakaran," kata Menko Airlangga.
(mdk/ray)