Curhat Orang Tua di Garut, Anaknya Dipersulit Masuk SMA Favorit karena Tak Pakai Jalur ‘Sindikat Sekolah’
Seorang orang tua mengaku pusing dengan alur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Garut, Jawa Barat
Namun hingga saat ini anaknya tidak bisa daftar ulang ke SMA yang dituju
- Pengakuan Keluarga Siswi SMP Korban Pembunuhan di Palembang: Orang Tua Tersangka Ngotot Tak Bersalah, Enggan Minta Maaf
- Curhat Pilu Anak Korban Tewas Ditabrak Mahasiswa di Pekanbaru 'Ma Cepat Banget Perginya, Yeyen Nakal Ya?'
- Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM
- Tak Mau Diajak Bolos Sekolah hingga Kerap Diejek Temannya, Alasan Pelajar Ini Tuai Pujian Warganet
Curhat Orang Tua di Garut, Anaknya Dipersulit Masuk SMA Favorit karena Tak Pakai Jalur ‘Sindikat Sekolah’
Asep (bukan nama sebenarnya) mengaku pusing dengan alur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Garut, Jawa Barat. Pasalnya ia mengaku sudah menerima surat kelulusan anaknya dari salah Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit namun dipersulit oleh kelompok yang disebutnya sebagai sindikat pendidikan.
Ia bercerita bahwa dalam PPDB ia mengikuti seluruh alur yang seharusnya dilakukan tanpa melibatkan kelompok sindikat tersebut. Sampai kemudian anaknya dinyatakan lulus masuk ke salah satu SMA favorit di Garut.
“Persoalan muncul setelah itu, saya ditelpon pihak SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan menyebut saya harus menghadap kepada salah satu guru di SMA. Disebut kalau anak saya ada masalah, tapi tidak dijelaskan persoalannya apa,” kata Asep, Senin (8/7).
Atas hal tersebut Asep mengaku cukup heran karena bila memang bermasalah tingga tidak diluluskan saja. Namun yang terjadi adalah ia sudah menerima surat kelulusan namun kemudian dinyatakan ada permasalahan.
Asep menjelaskan bahwa tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh pihak SMP karena mencium gelagat tidak baik. Namun hingga saat ini anaknya tidak bisa daftar ulang ke SMA yang dituju karena hanya memiliki surat kelulusan saja.
“Harusnya surat kelulusan ini kan ditukarkan dengan map itu, tapi karena dinilai ada masalah map itu katanya tidak bisa diambil. Jadi proses ini menggantung begitu saja karena sesuatu hal yang dianggap masalah itu, deadlock lah sampai sekarang,” jelasnya.
Penasaran dengan apa yang terjadi, Asep pun sempat mencoba menelisik apa yang menjadi persoalan utama yang dilakukannya. Sampai akhirnya ia berkesimpulan persoalan utamanya karena ia tidak menggunakan jalur sindikat Pendidikan tempat anaknya bersekolah.
Dari penelusuran itu, setidaknya ada beberapa orang yang terdiri dari orang SMP dan SMA yang terlibat dalam sindikat tersebut. Mereka terdiri dari guru hingga operator sekolah.
“Inisialnya GB, TI, CE dari SMP dan RU juga SE dari pihak SMA. Mereka ini memiliki peran berbeda, mulai dari melobi para orang tua siswa, pengkondisian di SMA yang dituju, hingga yang mengotak atik nilai agar bisa lolos. Jadinya sampai sekarang memang raport dan ijazah belum dibagikan, masih di sekolah sekolah,” ucapnya.
Menurutnya, agar anaknya bisa tetap melanjutkan sekolah yang dituju ia disebut harus melakukan koordinasi dengan jaringan sindikat tersebut. Diperkirakannya, untuk bisa menuju hal itu dirinya harus menyiapkan sejumlah uang.
Diakuinya, ia memang tidak menggunakan jalur sindikat sekolah anaknya karena memilih menggunakan jasa pihak lain. Setelah ditelisik, ternyata jasa yang digunakan menggunakan jalur sindikat sekolah yang berbeda dengan tempat anaknya bersekolah.
“Awalnya saya tidak tahu kalau yang saya minta tolong ternyata jalurnya serupa, itu karena awalnya saya minta tolong orang yang saya kenali. Karena muncul permasalahan ini saya jadi tahu kalau orang yang saya percayai menggunakan jalur serupa,” ungkapnya.
Dengan segala problematikanya yang ada itu, ia pun memilih untuk sementara tidak menyekolahkan anaknya. “Saya tidak mau tunduk patuh pada sistem pendidikan yang diatur oleh sindikat yang mencari keuntungan dari peserta didiknya,” katanya.
Sementara, Ketua Unit Satuan Tugas Sapu Bersih (Saber) Pungutan Liar (Pungli) Garut, Kompol Dhoni Erwanto mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan resmi dari masyarakat kaitan dengan permasalahan PPDB.
Namun meski begitu pihaknya sudah menerima dua informasi masyarakat dan saat ini sedang dalam proses penyelidikan pihaknya.
“Sampai dengan hari ini, kami tim Saber Pungli untuk terutama di sekretariat sampai hari ini belum ada laporan (resmi dari masyarakat) kaitan permasalahan di sekolah-sekolah. Tapi memang ada info yang masuk dan akan kita tindak lanjuti,” katanya.
Ia mengaku bahwa Tim Saber Pungli Garut saat ini tengah menyelidiki dua info dari dua sekolah, yaitu SMA dan SMK. Kedua informasi tersebut adalah kaitan dengan zonasi dan berkaitan dengan masuknya uang ke salah satu sekolah agar diterima.
“Kami sedang melakukan penyelidikan, yang saat ini termonitor SMA dan SMK, ada dua info yang masuk sementara sampai hari ini, karena PPDB baru selesai pengumuman hasil. Info tersebut akan kita tindak lanjuti kebenarannya, terkait yang pertama zonasi kedua masih dalami kaitan dengan masuknya ke salah satu sekolah itu menggunakan uang,” jelasnya.
Hasil penyelidikan itu nantikan akan dibahas lebih lanjut oleh pihaknya, khususnya Satuan Tugas Penindakan Saber Pungli. Hal itu nantinya juga berkaitan dengan hukumannya bagi pelakunya.