Dalam Sebulan, 3 dari 45 Pasien DBD di Samarinda Meninggal
"Tiga penderita yang meninggal itu, ada di Bukuan (kawasan Palaran), di Handil Bhakti dan di Talangsari. Jadi, sekarang ada 42 penderita dirawat," ujar Joko.
Demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan virus Dengue, dan diakibatkan nyamuk Aedes Aegypti, menyebar dengan cepat di Samarinda, Kalimantan Timur. Medio November-Desember 2018, ada 45 orang penderita DBD. Tiga diantaranya, meninggal dunia.
Sepanjang hari ini, relawan kebencanaan di Samarinda, menghimpun data penderita DBD, yang dirawat di sejumlah rumah sakit. Sementara, ada 45 penderita.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Apa yang menjadi inovasi baru untuk mengatasi penyakit DBD di Kalimantan Timur? Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah meluncurkan inovasi menarik yang dapat menanggulangi penyakit tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dr. Jaya Mualimin mengatakan, salah satu pendekatan revolusioner yang diambil pemerintah adalah dengan menyebarkan nyamuk Wolbachia melalui Pilot Project Penanggulangan.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta menangani kasus DBD? Heru menyampaikan, Dinas Kesehatan (Dinkes) telah menangani kasus DBD yang cenderung meningkat dengan melakukan fogging atau tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.
Lebih 45 penderita itu, berasal dari kecamatan Samarinda Ulu, kecamatan Sambutan, hingga bertempat tinggal di kecamatan Samarinda Utara. Terbanyak, bertempat tinggal di kawasan Lempake, Samarinda Utara.
"Kami catat hari ini, ada 8 penderita asal Lempake. Setidaknya ini menjadi bisa menjadi perhatian serius pemerintah, melalui instansi terkait, semisal melakukan fogging," kata salah satu koordinator relawan Info Taruna Samarinda, Joko Iswanto, kepada merdeka.com, Senin (31/12) malam.
Joko menerangkan, dari 45 orang penderita DBD, tiga orang di antaranya meninggal dunia. "Tiga penderita yang meninggal itu, ada di Bukuan (kawasan Palaran), di Handil Bhakti dan di Talangsari. Jadi, sekarang ada 42 penderita dirawat," ujar Joko.
Dikonfirmasi, Humas RSUD AW Sjachranie Samarinda, dr Arysia Andhini menerangkan, saat ini, RSUD AW Sjachranie merawat 10 pasien, dimana 8 orang di antaranya merupakan pasien anak, dan sisanya dewasa.
"Dua di antaranya pasien anak, harus dirawat di ruang PICU, karena mengalami Dengue Shock Syndrome, yang ditandai dengan suhu tubuh di bawah normal, dan nadi serta tensi menurun karena trombosit menurun drastis," kata Arysia, Senin (31/12).
Secara umum menurut Arysia, penderita DBD tidak harus dirawat di rumah sakit. "Di puskesmas biasanya melakukan perawatan pendukung, dan pemeriksaan darah. Sedangkan, untuk penanganan Dengue Shock Syndrome, hanya bisa dilakukan di rumah sakit," ujar Arysia.
Baca juga:
Unik, nyamuk Aedes Aegypti ini bisa mencegah DBD hingga Virus Zika
Dinkes Yogya lepas nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia atasi DBD
Jumlah kasus DBD di Malang meningkat
Berantas DBD, Pemkab Karangasem gelar ritual tolak bala
Terserang DBD, siswa SMK di Depok UN di rumah sakit
Ini vaksin anti-DBD pertama di dunia