Dari haul sampai patung Budha berkepala mirip Gus Dur
Berikut ini ragam cara orang mengenang Gus Dur:
Sosok mantan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang meninggalkan banyak kenangan bagi rakyat Indonesia, khususnya para pengagumnya. Bukan hanya orang Islam, khususnya masyarakat Nahdliyin saja yang merasa kehilangan ketika Gus Dur meninggal pada akhir 2009 lalu, tapi juga masyarakat lintas iman.
Ketika Gus Dur dimakamkan di komplek makam keluarga Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, bukan hanya santri, kiai, politisi dan pejabat saja datang ke sana. Banyak pendeta dan biksu juga ikut hadir dan mendoakan mendiang Gus Dur .
Begitu juga di tempat lain. Rupa-rupa cara dilakukan untuk mengenang sosok Gus Dur ini. Orang muslim mengenangnya dengan acara haul, tahlil. Tapi bagaimana dengan masyarakat agama lain? Di Jawa Tengah, untuk mengenang Gus Dur sampai ada seorang seniman membuat karya patung kontroversial 'Mata Hati Gus Dur'.
Patung karya Cipto Purnomo menuai kontroversi karena berwujud perawakan Buddha. Bedanya, kepala Sang Buddha diganti kepala Gus Dur lengkap dengan kaca mata tebalnya. Berikut ini ragam cara orang mengenang Gus Dur:
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Bagaimana Gus Dur menanamkan nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Apa itu Gulo Puan? Konon, kudapan manis yang satu ini merupakan makanan legendaris, sebab dulunya menjadi kudapan para bangsawan dan raja Kesultanan Palembang.
Haul Gus Dur
Haul ini biasa digelar umat Islam di Indonesia, termasuk masyarakat Nahdliyin. Haul biasanya digelar tahunan untuk mengenang seorang tokoh yang sudah meninggal. Gus Dur itu termasuk tokoh yang setiap tahun selalu dikenang dengan cara haul oleh pengagumnya.
Di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, haul Gus Dur selalu digelar. Acaranya beragam. Mulai dari membaca Alquran, membaca Surat Yasin dan Tahlil, kemudian acara diskusi, hingga terakhir acara puncak yakni ceramah agama dan pidato tokoh-tokoh, bisa kiai, politisi, atau pejabat negeri ini.
Selain di Jombang, haul Gus Dur juga digelar di kediaman keluarga di Ciganjur, Jakarta Selatan. Setiap tahun kediaman Gus Dur dipenuhi para pengagum Gus Dur untuk mendengarkan nasihat kiai atau ulama di sana.
Doa bersama masyarakat lintas iman
Doa bersama masyarakat lintas iman untuk Gus Dur ini juga sering digelar setiap tahun. Lokasinya menyebar di banyak tempat. Salah satunya di Jakarta. Selain berdoa, mereka juga menyatakan tekad untuk meneruskan semangat pluralisme yang diwariskan Gus Dur.
Gus Dur juga didoakan di semua tempat ibadah
Selain umat Islam, umat Nasrani juga dekat dengan Gus Dur. Sepeninggal mantan presiden RI keempat itu, banyak pendeta di gereja-gereja memimpin doa untuk mengenang perjuangan Gus Dur. Mereka menghormati Abdurrahman Wahid sebagai tokoh pluralisme yang menjunjung tinggi toleransi di negeri ini.
Selain di gereja-gereja, Gus Dur juga didoakan umat agama lain. Di Kelenteng, Wihara, dan Pura, nama Gus Dur disebut-sebut, dan didoakan. Mereka menghormati Gus Dur sebagai tokoh dan pejuang pluralisme dan pembela kelompok minoritas.
Membuat patung Budha dengan kepala mirip Gus Dur
Cara ini lebih kontroversial lagi. Seorang seniman bernama Cipto Purnomo asal Magelang, Jawa Tengah, membuat patung Gus Dur yang menyerupai Buddha. Patung kontroversial itu diberi nama 'Mata Hati Gus Dur'.
Patung itu menyerupai Budha. Bedanya, kepala Sang Buddha diganti kepala Gus Dur lengkap dengan kaca mata tebalnya. Seniman itu mengatakan, pembuatan patung kontroversi ini tidak ada niatan untuk menyinggung umat Buddha.
Menurut dia, patung Buddha yang berwajah Gus Dur tersebut lebih menggambarkan sosok Gus Dur yang pluralis, bisa diterima masyarakat dan gambaran kebaikan. Cipto tidak berniat menjual patung "Mata Hati Gus Dur" yang berukuran 100 x 90 meter itu.
Memutar Syiir 'Tanpo Waton' di masjid-masjid
Syiir 'Tanpo Waton' yang pernah dibawakan Gus Dur mendadak popular. Tidak jelas dari mana asalnya. Namun mendadak di masjid-masjid kampung hingga kota-kota besar, syiir ini diputar lewat alat pengeras suara.
Mengenang lewat pikiran, buku, dan diskusi-diskusi
Cara terakhir ini biasanya dilakukan kelompok intelektual, yang ingin membedah pemikiran Gus Dur. Mereka ada yang mengabadikan kenangan Gus Dur lewat buku, tulisan artikel, membawa kisahnya ke acara forum diskusi, pengajian, hingga ke acara-acara sarasehan.
Baca juga:
Canda Gus Dur: Sopir Metromini dan juru dakwah
Ikhtiar politik Gus Dur dan PKB
Humor Gus Dur: Menikahi perempuan satu bus
Kisah Gus Dur dan Abu Nawas
Lika-liku kisah cinta Gus Dur pada Shinta Nuriyah