Diduga Dibunuh, Kematian Aktivis Lingkungan di Medan Diselidiki Ulang
Kematian seorang aktivis lingkungan hidup di Medan, Golfried Siregar (30), mengundang kecurigaan. Polisi menyelidiki ulang kasus yang awalnya disebut sebagai kecelakaan lalu lintas itu.
Kematian seorang aktivis lingkungan hidup di Medan, Golfried Siregar (30), mengundang kecurigaan. Polisi menyelidiki ulang kasus yang awalnya disebut sebagai kecelakaan lalu lintas itu.
Golfried meninggal dunia RSUP H Adam Malik Medan, Minggu (6/10), sekitar pukul 15.20 Wib. Advokat lingkungan hidup pada Walhi Sumut ini dirawat di sana sejak Kamis (3/10).
-
Di mana jeruk Medan biasanya tumbuh? Jeruk ini biasanya tumbuh di daerah dingin seperti di Brastagi, Sumatra Utara.
-
Bagaimana Pemkot Medan menangani pengangguran terbuka? "Untuk penurunan tingkat pengangguran terbuka, Pemkot Medan melakukan intervensi melalui upaya-upaya peningkatan keterampilan dan kesempatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat melalui program-program pengembangan kapasitas daya saing, program-program pelatihan, peningkatan produktivitas dan penempatan tenaga kerja, serta melalui program pemberdayaan masyarakat di masing-masing kecamatan dan kelurahan,"
-
Kenapa Stadion Teladan Medan ambruk? Meski stadion tersebut hanya memiliki kapasitas resmi 30.000 penonton, tingginya antusiasme masyarakat, terutama anak-anak, menyebabkan kepadatan yang luar biasa. Pengunjung datang dari berbagai daerah, secara berombongan.
-
Di mana Stasiun Medan berada? Salah satu bangunan peninggalan DSM yang sampai sekarang masih berdiri kokoh adalah Stasiun Medan. Saat ini, Stasiun Medan sudah menjadi stasiun utama milik PT KAI Divisi Regional I Sumatera Utara.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Sebelum diantar ke rumah sakit, istri Golfried tak bisa menghubungi suaminya sejak Rabu (2/10) sekitar pukul 17.00 Wib. Terakhir laki-laki itu mengatakan pergi untuk bertemu seseorang di kawasan Mariendal.
Sehari kemudian, Kamis (3/10) dinihari sekitar pukul 01.00 Wib, Golfried ditemukan tak sadarkan diri di Fly Over Simpang Pos. Pengemudi becak yang menemukan lantas membawanya ke RS Mitra Sejati, sebelum dirujuk ke RSUP H Adam Malik.
"Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 Wib. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis," kata Direktur Walhi Sumut, Dana Tarigan, Senin (7/10).
Golfried mengalami luka serius di bagian kepala. Tempurung kepalanya dikabarkan hancur. Dia menjalani operasi pada Jumat (4/10). Setelah sekitar 3 hari mendapatkan penanganan, akhirnya dia mengembuskan napas terakhir.
Pihak kepolisian sejauh ini menyatakan Golfried menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Namun keluarga dan Walhi Sumut menemukan banyak kejanggalan. Luka serius di bagian kepalanya seperti bekas pukulan benda tumpul. Bagian di sekitar salah satu matanya lebam. Selain bagian kepala, bagian tubuh lainnya tidak mengalami luka seperti layaknya korban kecelakaan lalu lintas.
"Kan lukanya itu kasat mata tidak mungkin kecelakaan, karena badan tidak ada lecet dan kepala seperti kena pukul benda tumpul, hancur tempurung kepala dan itu yang dioperasi. Habis itu dia kritis sampai akhirnya dia meninggal dunia," lanjut Dana.
Sepeda motor Golfried pun hanya mengalami kerusakan kecil. Sementara barang-barang miliknya, seperti tas, laptop, dompet dan cincin, hilang.
Di pakaiannya juga ditemukan jejak tanah, sedangkan di Fly Over Simpang Pos tidak ada tanah sama sekali. Bercak darah pun tidak ada di lokasi penemuan.
Walhi Sumut menduga Golfried telah menjadi korban kekerasan atau pembunuhan, karena dia selama ini aktif sebagai pembela hak asasi manusia khususnya pada isu lingkungan, melalui Walhi Sumut.
"Golfried jadi kuasa hukum Walhi sejak 2016 dan sampai hari ini dia masih kuasa hukum Walhi terkait kasus yang ditangani Walhi," ungkap Dana.
Saat ini jenazah Golfrid sudah dibawa ke kampung halamannya di Tiga Dolok, Dolok Panribuan, Simalungun. "Informasi dari keluarga, jenazah sudah dibawa ke kampung di Tiga Dolok. Rencananya akan dimakamkan hari Selasa (8/10)," tuturnya.
Walhi Sumut mendesak dan mendorong polisi untuk mengusut tuntas penyebab kejadian ini. "Kita ingin ini diungkap secepatnya, terang benderang dan transparan oleh kepolisian. Karena ini bukan sesuatu yang sulit untuk mengungkapnya. Apakah perampokan, atau dia memang sengaja dicelakai oleh orang lain. Itu yang harus diungkap oleh kepolisian," ucap Dana.
Sementara Polrestabes Medan mengambil alih kasus ini. Mereka menurunkan tim untuk menemui keluarga guna mengotopsi jasad Golfrid.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya diperintahkan untuk menyelidiki ulang kasus itu. Untuk melakukan penyelidikan, mereka sudah berkoordinasi dengan Polsek Deli Tua karena LP lakalantas awalnya dari sana.
"Terus perintah dari pimpinan, kami coba tangani kembali, lidik kembali, kita buatkan nanti laporan polisi model A, bukan laka lantas. Kami mencoba buatkan surat pengantar dan meminta pihak keluarga korban untuk jenazah ini dilakukan autopsi untuk mengetahui sebab-sebab kematian," tegasnya.
Baca juga:
Diduga jadi Korban Pembunuhan, Warga Kalideres Ditemukan Tewas di Depok
Pistol untuk Tembak Istri dan Bunuh Diri Ada di Tangan Aiptu Pariadi
Terbakar Cemburu, Pria di Tangerang Aniaya Selingkuhan Pacar Hingga Tewas
Personel Polres Sergai Tembak Mati Istri Lalu Bunuh Diri
2 Pembunuh Sopir Taksi Online di Garut Dituntut Hukuman Seumur Hidup