Dinkes Jember: Pelajar Meninggal Bukan Akibat Vaksin tapi Infeksi Sepsis
Sebelum mengikuti vaksinasi, korban dalam kondisi sehat. Bahkan, masih sempat bermain sepak bola bersama teman-temannya di sekolah. Namun dalam kurun waktu 9 hari, kesehatannya menurun diduga karena infeksi sepsis yang dideritanya.
Rahel (15), seorang pelajar di Jember, Jawa Timur meninggal dunia beberapa hari setelah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Dia sebelumnya mengikuti vaksinasi di sekolahnya pada 19 September 2021. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember yang melakukan investigasi atas kasus ini menegaskan, penyebab kematian remaja tersebut bukan karena vaksin.
"Hasil kesimpulan tim, berdasarkan tes laboratorium dan diagnosa, korban meninggal karena infeksi sepsis. Jadi bukan karena vaksin," tutur Plt Kepala Dinkes Jember, dr Lilik Lailiyah saat dikonfirmasi Merdeka.com pada Selasa (05/10/2021) malam.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana Uje meninggal? Pada 26 April 2013 dini hari, Uje mengalami kecelakaan tunggal di Pondok Indah. Saat itu Uje tengah mengendarai sepeda motor jenis Kawasaki, sendirian.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan Uje meninggal? Kiprah ustaz gaul ini hanya bertahan hingga usia 40 tahun. Pada 26 April 2013 dini hari, Uje mengalami kecelakaan tunggal di Pondok Indah.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Dinkes Jember sejak beberapa hari lalu telah membentuk tim yang melakukan investigasi ke empat lokasi. Yakni rumah korban; SMAN Kencong tempat korban bersekolah dan mengikuti vaksinasi; Puskesmas Cakru yang mengirimkan petugasnya untuk melaksanakan vaksinasi hingga RSUD Balung tempat korban terakhir dirawat.
"Vaksin itu kan dari virus yang dilemahkan. Kalau infeksi karena suntikan, biasanya ada bekas merah di bekas suntikan, yakni tanda-tanda radang. Hal ini tidak kita temukan di tubuh korban," papar Lilik.
Sebelum mengikuti vaksinasi, korban dalam kondisi sehat. Bahkan, masih sempat bermain sepak bola bersama teman-temannya di sekolah. Namun dalam kurun waktu 9 hari, kesehatannya menurun diduga karena infeksi sepsis yang dideritanya.
"Kalau kemungkinan terkena (infeksi sepsis) kita tidak tahu, sebab ada jarak 9 hari pemberian vaksin dengan meninggalnya korban," ungkap Lilik.
Sebelum kasus ini, Dinkes Jember juga mendapat laporan tentang warga yang meninggal setelah divaksinasi. "Kejadiannya di Kecamatan Ajung dan dirawat di RSD dr Soebandi. Setelah kita periksa, meninggalnya bukan karena vaksin. Jadi mohon teman-teman wartawan juga bisa menjernihkan ke masyarakat," tutur Lilik.
Keluarga Tersinggung Ucapan Nakes Saat Berkunjung
Dikonfirmasi terpisah, Ahmad Sholehan Yusuf, ayah korban menjelaskan putranya itu mengikuti vaksinasi pada 19 September 2021 di SMAN Kencong yang digelar Dinas Pendidikan Provinsi Jatim.
"Saat itu anak saya masih sehat, baik-baik saja. Tidak ada gejala apa-apa. Tetapi setelah mendapatkan vaksin, lalu mulai tidak enak badan. Seperti demam, pusing dan meriang," ujar Yusuf.
Karena semakin memburuk, Rahel kemudian dilarikan ke RSD Balung. Hanya sehari dirawat, korban meninggal di rumah sakit. Yusuf tidak ingin menuduh penyebab kematian putranya diakibatkan pemberian vaksin pencegah Covid-19.
"Karena memang dari rumah sakit tidak dijelaskan, jadi kami tidak tahu pasti," papar Yusuf saat diwawancarai pada Senin (4/10).
Karena itu, Yusuf sebenarnya sudah mengikhlaskan dan tidak ingin memperpanjang penyebab kematian putranya itu. Namun, keluarga merasa tersinggung dengan sikap dari salah satu tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Cakru yang datang berkunjung ke rumah duka.
"Saya tidak tahu namanya, pokoknya ibu itu bilang bahwa anak kami meninggal. Terus kami mau apa?" ucap Yusuf menirukan ucapan sang nakes.
Cara komunikasi itu dirasakan menyinggung perasaan keluarga almarhum Rahel yang masih dalam suasana duka. "Karena saat itu belum 7 hari meninggalnya putra kami. Ya seharusnya dia bisa lebih lembut minta maaf meski kami juga tidak menyalahkan. Kami ikhlas dan tidak ingin menuntut," pungkas Yusuf.
Baca juga:
Kejar Target Herd Immunity Akhir 2021, Wapres Sebut Perlu 2,5 Juta Vaksinasi/Hari
Penuh Tantangan, Begini Cerita di Balik Vaksinasi ODGJ di Klaten
Vaksinasi Dosis 1 di Loteng Capai 70 Persen, NTB Siap Gelar World Superbike
Pemkab Bogor Minta Pemerintah Pusat Beri Tambahan Anggaran untuk Percepatan Vaksinasi
Garut Kembali ke PPKM Level 3 karena Vaksinasi Rendah, Sekda Keluhkan Stok Vaksin
Bupati Garut: Stok Vaksin Terbatas, Banyak Vaksinator Menganggur