DPR Minta Pecat Pihak Terlibat Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Kedokteran Undip Diduga Akibat Bullying
sangat menyayangkan perundungan terus terjadi di dunia pendidikan dokter spesialis Indonesia
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyoroti kasus meninggalnya peserta didik dokter spesialis Amnestesi UNDIP. Dia sangat menyayangkan perundungan terus terjadi di dunia pendidikan dokter spesialis Indonesia.
"Sangat disayangkan dan memprihatinkan sekali terjadinya kasus. Bunuh diri peserta sekolah dokter spesialis di UNDIP, ini membuktikan tidak ada perubahan. Dan terus terjadi perundungan yang di lakukan dunia pendidikan dokter spesialis di Indonesia," kata Rahmad dalam keterangannya, Kamis (15/8).
- Menkes Budi Bicara soal Investigasi Kematian Dokter PPDS Undip Disebut-sebut Karena Bullying
- Undip Pecat 3 Pelaku Perundungan Dokter PPDS sejak 2021, dr Prathita Disebut Sudah Bertobat
- Dokter Muda Tewas Diduga Korban Bully, Undip: Kaprodi hingga 9 Teman Angkatan sudah Diperiksa
- Dokter Muda Mahasiswa PPDS Undip Bunuh Diri, DPR: Bullying Ini Darurat, Penyelesaian Harus Sistemik
Rahmad menuturkan, dampak perundungan menghambat Indonesia mencetak dokter spesialis. Padahal, saat ini negara mengalami kekurangan lantaran tidak meratanya praktek dokter spesialis.
"Karena dampak perundungan antara lain ada yang bunuh diri, stres dan sampai depresi, banyak yanh berkeinginan bunuh diri maupun melukai diri sendiri akibat beban psikologis dari proses pendidikan, adanya yang mengundurkan diri karena enggak kuat beban pendidikan," ujarnya
Untuk memunculkan efek jera, Rahmad mendorong untuk memecat siapa saja yang turut terlibat akan terjadinya perundungan kasus di UNDIP ini.
"Kalau tidak ada yang di pecat akan muncul lagi korban berikutnya dan perundungan terus berjalan," ujarnya.
Politisi PDIP ini pun mendorong kepolisian untuk mendalami dan investigasi secara menyeluruh kemungkinan adanya Potensi munculnya kasus ini ke dalam ranah pidana melalui pintu masuk catatan buku harian ataupun yang lainnya.
"Agar kasus ini terang benderang dan kelak tidak terulang kembali," imbuhnya
Anggota Komisi kesehatan ini juga mendesak Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan untuk investigasi secara tuntas sekaligus untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan program dokter spesialis yang fokus pada pendidikan.
"Serta memberantas segala bentuk perundungan di dunia pendidikan dokter spesialis," ucapnya.
Selain itu, Rahmad mendesak kepada lembaga pendidikan kampus dan RS yang di tunjuk utuk melakukan pendidikan dokter agar mengambil tindakan tegas.
"Dengan memecat peserta pendidikan dokter spesialis yang terbukti melakukan Perundungan serta tindakan di luar substansi pendidikan," pungkasnya.
Kronologi Kejadian
Diberitakan, ARL (30), seorang mahasiswi program dokter spesialis anestesi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ditemukan tewas bunuh diri di kos yang ada di Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang.
Saat ditemukan wajah korban sudah dalam keadaan kebiruan serta posisi miring seperti orang tertidur.
"Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," kata Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, Rabu (14/8).
Dari hasil pemeriksaan saksi dan bukti di lokasi bahwa, polisi menemukan curhatan di sebuah buku harian bahwa korban berniat mundur karena bersinggungan dengan seniornya.
"Kita cek bukti buku harian, bahwa ia merasa berat pelajarannya dan senior-seniornya," ungkapnya.
Dari informasi bahwa korban sudah menempati kos selama setahun ini. Sebelumnya juga sudah cerita kepada ibunya ingin resign karena tidak kuat.
"Jadi memang pernah cerita tidak kuat dengan sekolahnya. Ada kemungkinan lain sama seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," ungkapnya.
Korban ditemukan tewas berawal dari kecurigaan karena korban tak bisa dihubungi sejak pagi oleh pacarnya. Ketika disambangi kamar kos dalam keadaan terkunci dari dalam. Kemudian berusaha nelpon handphonenya tidak diangkat.
"Kita minta tolong temannya itu, temannya cek di kos Tembalang kosong," ujarnya.
Akhirnya pacar korban balik lagi ke sana dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep tidak bisa.
"Kita akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," jelasnya.
Korban Diduga Meninggal Karena Obat Penenang
Polisi juga sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat penenang. Obat penenang itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot, saya enggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," ujarnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena mengatakan tengah mendalami mahasiswa kedokteran Undip yang ditemukan tewas di kos diduga bunuh diri. Dari informasi bahwa korban diduga dirundung (bullying).
"Kita dalami dulu yang bersangkutan informasinya sudah nggak kuat lagi atau bagaimana kita cek dulu benar apa tidaknya," kata Kompol Andika.