Mahasiswa Kedokteran Undip Bunuh Diri Diduga Akibat Bullying, Menko PMK: Senioritas Pasti Berlaku
Menko PMK Muhadjir Effendy menanggapi kasus seorang mahasiswi kedokteran Undip yang bunuh diri diduga akibat bullying senior.
Menko PMK Muhadjir Effendy menanggapi kasus seorang mahasiswi kedokteran Undip yang bunuh diri diduga akibat bullying senior. Muhadjir menyebut, sikap senioritas di fakultas kedokteran memang tidak bisa dihindari.
Muhadjir menuturkan, semua organisasi profesi maupun pekerjaan profesional pasti menghendaki struktur senioritas atau hirarki. Misalnya dalam fakultas kedokteran.
"Profesi dokter itu tidak bisa dihindari karena misalnya nanti untuk uji kompetensi itu harus oleh dilakukan oleh dokter senior. Di situlah senioritas pasti berlaku," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (15/8).
Meski demikian, ia mengingatkan soal etika dan norma yang perlu ditegakkan dalam hal senioritas. Termasuk dalam profesi kedokteran itu sendiri.
"Cuma emang harus ada etika, ada norma yang betul-betul ditegakkan di dalam profesi-profesi itu termasuk kedokteran," imbuhnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah sudah punya aturan untuk mengendalikan dan membatasi praktek-praktek senioritas di bidang kedokteran itu.
"Sekarang kan ada undang-undang yang baru, undang-undang kesehatan yang baru kan posisi pemerintah sangat kuat untuk bisa mengendalikan, membatasi kemungkinan terjadi praktik-praktik seniority kompleks itu," katanya.
Lebih lanjut, apakah ada sanksi yang diberikan terhadap institusi maupun Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bagi kasus ini, Muhadjir menyerahkan kepada Menteri Kesehatan.
"Pak Menkes itu (ranahnya)," tutupnya.
Mahasiswa Kedokteran Undip Bunuh Diri
Diberitakan, mahasiswi program dokter spesialis anestesi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ARL (30) ditemukan tewas bunuh diri di kos yang ada di Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang.
Saat ditemukan wajah korban sudah dalam keadaan kebiruan serta posisi miring seperti orang tertidur.
"Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," kata Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, Rabu (14/8).
Dari hasil pemeriksaan saksi dan bukti di lokasi bahwa, polisi menemukan curhatan di sebuah buku harian bahwa korban berniat mundur karena bersinggungan dengan seniornya.
"Kita cek bukti buku harian, bahwa ia merasa berat pelajarannya dan senior-seniornya," ungkapnya.
Dari informasi bahwa korban sudah menempati kos selama setahun ini. Sebelumnya juga sudah cerita kepada ibunya ingin resign karena tidak kuat.
"Jadi memang pernah cerita tidak kuat dengan sekolahnya. Ada kemungkinan lain sama seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," ungkapnya.
Korban ditemukan tewas berawal dari kecurigaan karena korban tak bisa dihubungi sejak pagi oleh pacarnya. Ketika disambangi kamar kos dalam keadaan terkunci dari dalam. Kemudian berusaha nelpon handphonenya tidak diangkat.
"Kita minta tolong temannya itu, temannya cek di kos Tembalang kosong," ujarnya.
Akhirnya pacar korban balik lagi ke sana dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep tidak bisa. "Kita akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," jelasnya.
Tewas Diduga Akibat Obat Penenang
Polisi juga sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat penenang. Obat penenang itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot, saya enggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," ujarnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena mengatakan tengah mendalami mahasiswa kedokteran Undip yang ditemukan tewas di kos diduga bunuh diri. Dari informasi bahwa korban diduga dirundung (bullying).
"Kita dalami dulu yang bersangkutan informasinya sudah enggak kuat lagi atau bagaimana kita cek dulu benar apa tidaknya," kata Kompol Andika.