Dua Kecamatan di Lumajang Terisolir Dampak Banjir Lahar Semeru
Warga yang berada di dua lokasi terisolir ini tidak bisa pergi ke mana-mana. Sebab, akses menuju lokasi tersebut terputus total dari dua arah sekaligus.
Dua Kecamatan di Lumajang Terisolir Dampak Banjir Lahar Semeru
Dua kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terisolir akibat banjir lahar hujan Gunung Semeru pada Jum'at (8/7). Kecamatan tersebut yakni Pronojiwo dan Tempursari.
Warga yang berada di dua lokasi terisolir ini tidak bisa pergi ke mana-mana. Sebab, akses menuju lokasi tersebut terputus total dari dua arah sekaligus.
- Kisah Jalur Lingkar Purwakarta, Berjasa Membuka Akses Jalan Warga Sukasari yang Dulu Terisolasi
- Api Padam, Luasan Hutan dan Lahan yang Terbakar di Gunung Agung Capai 715 Hektare
- Delapan Warga Aceh Selatan Tertimbun Longsor di Lokasi Tambang Emas
- Kebakaran Lereng Gunung Agung Meluas hingga 80 Hektare, Kawasan yang Terbakar Bertambah
Area piket nol yang menghubungkan Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro tertutup material longsor yang menutup badan jalan. Sedangkan, jalan menuju Kabupaten Malang juga tidak bisa diakses lantaran jembatan jebol setelah diterjang banjir lahar hujan Semeru.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, kini tengah diupayakan untuk segera membuka akses menuju Kecamatan Pronojiwo yang tertimbun material longsor. Hujan yang berlangsung terus menerus menjadi kendala pembersihan jalur yang tertutup material longsor.
"Kami prioritaskan pembersihan jalur piket nol agar akses segera dibuka untuk ke Pronojiwo karena yang di sana belum bisa kita tangani," ujar Thoriq saat ditemui di lokasi pengungsian Balai Desa Jarit pada Sabtu (8/7).
Ia menambahkan, untuk sementara penanganan bencana di Pronojiwo dilakukan oleh desa setempat.
"Kita di masing-masing desa sudah memahami apa yang perlu dilakukan dalam situasi seperti ini. Sejauh ini desa sudah memfasilitasi warga yang terdampak di sana," jelasnya.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru Liswanto melaporkan getaran banjir di Gunung Semeru terekam seismograf sebanyak empat kali selama 5 sampai 6 jam pada Jumat (7/7), akibat hujan dengan intensitas tinggi di kawasan puncak gunung tersebut. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru Liswanto mencatat, pada periode pengamatan pukul 00.00-24.00 WIB, menunjukkan empat kali gempa getaran banjir. "Gempa getaran banjir itu memiliki amplitudo 28-40 mm dan lama gempa 20.700-21.600 atau sekitar 5-6 jam," katanya.Selain itu, selama 24 jam, seismograf juga merekam 57 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 12-22 mm, dan lama gempa 45-155 detik, kemudian 9 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-13 mm dan lama gempa 37-62 detik. "Juga tercatat satu kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 17 mm, sedangkan pengamatan visual asap kawah tidak teramati. Cuaca berawan hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, selatan, barat dan barat laut," ujarnya pula. Akibat getaran banjir yang cukup lama tersebut menyebabkan debit air di sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) Semeru sangat deras hingga berdampak pada kerusakan sejumlah jembatan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan Gunung Semeru masuk dalam status siaga atau level 3, sehingga masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak. Kemudian masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selanjutnya mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.