Fakta Baru Kasus Pelecehan Agus Disabiltas, Disebut Kerap Datangi Homestay Bawa Sejumlah Wanita
Polisi terus meminta keterangan berbagai saksi termasuk seorang pemilik homestay yang disebut-sebut sering didatangi Agus bersama sejumlah wanita.
Fakta demi fakta terungkap dari kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan Wayan Agus Suartama, seorang penyandang disabilitas asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Agus kini sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Belakangan ramai disebut korban Agus tak hanya seorang mahasiswi. Itu sebabnya, polisi meminta keterangan sejumlah orang termasuk pengelola homestay. Disebut-sebut, Agus biasa mendatangi tempat itu bersama sejumlah wanita untuk menjalankan aksinnya.
- Wanita Ini Sukarela Bantu Warga Difabel untuk Nyoblos saat Pilkada, Aksinya Tuai Pujian
- Berkas Dilimpahkan ke Jaksa, Polisi Jelaskan Duduk Perkara Pemuda Disabilitas jadi Tersangka Pelecehan Seksual
- Ada Ibu Hamil Tapi Dibiarkan Berdiri, Perempuan Ini Tunjukkan Sikap Tidak Acuh Orang Sekitar yang Bikin Geram
- Cerita Pilu Disabilitas di Kupang Diduga Dianiaya Lalu Disekap dan Diikat Rekannya Saat Pesta Miras
Informasi yang diperoleh, selain korban yang telah melapor, Agus juga diketahui membawa beberapa perempuan lain ke lokasi tersebut dalam periode satu tahun terakhir.
Agus Kerap Datang ke Homestay
Kemarin, Direktur Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat mengatakan, pengelola homestay mengakui Agus bukanlah orang yang baru pertama kali membawa korban ke tempat tersebut.
Berdasarkan kesaksian dari karyawan dan pemilik homestay, Agus telah membawa antara empat hingga lima perempuan yang berbeda dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Kesaksian ini semakin memperkuat dugaan bahwa pelaku telah sering melakukan tindakan pelecehan seksual di lokasi yang sama.
Syarif menjelaskan, meskipun para saksi tidak melihat adanya kejanggalan atau reaksi aneh dari perempuan yang dibawa oleh Agus, fakta tersebut menunjukkan adanya pola yang jelas. Para saksi mengonfirmasi bahwa setiap kali perempuan tersebut datang dan melakukan pendaftaran, mereka tidak tampak tertekan atau mengalami gangguan yang mencurigakan setelah keluar dari homestay.
Meskipun demikian, hal ini tidak menghilangkan dugaan bahwa tempat itu telah menjadi lokasi bagi pelaku untuk melaksanakan aksinya.
Motif Agus
Pengakuan dari pelaku semakin menambah spekulasi terkait motif di balik tindakannya. Para ahli psikologi mengungkapkan bahwa Agus memanfaatkan manipulasi emosional untuk mendekati serta mengeksploitasi korbannya.
Dalam hal ini, aspek psikologis Agus yang berhasil memperdaya perempuan-perempuan tersebut tanpa terdeteksi menunjukkan betapa cerdasnya ia dalam manipulasi.
Menurut berbagai sumber, Agus Buntung bahkan berhasil merayu korbannya dengan menawarkan kenyamanan atau perlakuan khusus, sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban pelecehan seksual.
Hal ini mengindikasikan adanya pola yang terstruktur dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dikenal sebagai individu yang mampu menyelam dan mengendarai motor meskipun memiliki disabilitas, Agus ternyata memiliki kemampuan luar biasa untuk menipu orang-orang di sekitarnya.
Kesaksian lain yang muncul
Kasus ini semakin menarik perhatian publik seiring dengan bertambahnya jumlah saksi yang bersedia memberikan kesaksian mengenai perilaku pelaku.
Salah satu saksi, yang bekerja di homestay, mengungkapkan bahwa Agus Buntung sering membawa banyak perempuan ke tempat tersebut dalam waktu yang cukup singkat.
Menurut pihak kepolisian, kehadiran saksi-saksi ini sangat krusial untuk memperjelas kronologi kasus dan mengidentifikasi lebih banyak korban yang mungkin belum terungkap.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pelaku telah berulang kali melakukan pelecehan seksual di lokasi yang sama, serta telah mengincar korban dengan strategi manipulasi yang cerdik. Dengan demikian, fakta-fakta ini dapat menjadi bukti yang kuat dalam proses hukum yang sedang berlangsung.
Diduga Ada Belasan Korbab
Kasus ini mencuat pada Oktober 2024. Jumlah korban yang melaporkan peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan oleh Agus terus meningkat. Hingga kini, tercatat 13 korban, di mana tiga di antaranya adalah anak di bawah umur.
Menurut Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi, meskipun sudah banyak korban yang melapor, proses penyelidikan masih terus berlanjut. Beberapa korban telah diperiksa oleh kepolisian, dan laporan juga sudah diserahkan kepada Lembaga Perlindungan Anak (LPA) untuk penanganan lebih lanjut.
Kasus ini semakin menjadi sorotan karena Agus, yang memiliki disabilitas tanpa kedua tangan, awalnya mengklaim bahwa dirinya telah difitnah oleh para korban. Tetapi dalam proses penyelidikan terungkap bahwa Agus bukan hanya sekali melakukan tindakan pelecehan, melainkan sudah berulang kali melakukan kekerasan seksual, bahkan di tempat-tempat umum seperti homestay di Mataram.