Fakta-fakta keberanian bocah Daffa adang pemotor nakal
Dia sangat berani mengadang pengendara motor yang melintas di atas trotoar di Semarang.
Aksi Daffa Farros Oktoviarto, bocah yang baru berumur 9 tahun patut diacungi jempol. Dia sangat berani mengadang pengendara motor yang melintas di atas trotoar di Jalan Raya Jenderal Sudirman, tepatnya sekitar 50 meter sebelum trafic light Kawasan Kalibanteng, Kota Semarang.
Daffa dengan tegas mengadang para pengendara motor karena menyatakan hal itu merupakan melanggar aturan.
Daffa yang lahir 24 Oktober 2006 merupakan anak pasangan dari Yuri dan Dinar. Dia tinggal di rumahnya yang berada di sisi kiri jembatan layang Kawasan Kalibanteng, Kota Semarang. Ia diasuh neneknya, Murti (72), pensiunan Perhutani di Jalan Pahlawan Kota Semarang Bidang Pengawasan.
Saat ditemui merdeka.com, Selasa (19/4), Daffa yang merupakan anak kedua langsung melempar senyum ceria polosnya.
Berikut cerita keberanian Daffa yang berhasil dihimpun merdeka.com, Rabu (20/4):
-
Di mana letak permukiman terbengkalai di Jakarta yang diulas dalam video? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Kapan Heru Budi menyampaikan pesan kepada Camat dan Lurah se-Jakarta? "Foto sudah diatur, tidak boleh tanda-tanda mirip atau sama. Itu juga ada survei lho. Pak Lurah paling jauh itu dipantau juga. Malah kita netral kan enak. Datang, duduk, ya kerja bantu warga bereskan program-program kerja," kata Heru di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/11).
-
Bagaimana Heru Budi Hartono ingin menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta? Menurut Heru, kondisi ini perlu dievaluasi bersama. Hal itu disampaikan Heru saat membuka focus group discussion (FGD) terkait penanganan kemacetan di Ibu Kota di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Kamis (6/7). "Hari ini kita kumpul karena tuntutan dari masyarakat untuk diskusikan bagaimana salah satunya mengatasi kemacetan. Banyak masukan-masukan bagaimana kalau jam kerja dibagi. Terutama pada saat saya diskusi dengan Pak Kapolda, Pak dirlantas. Kalau jam 6 itu seperti air bah. Dari bekasi, Tangerang, Depok, jam yang sama menuju Jakarta."
Adang motor dengan sepeda
Menegakkan kebenaran ternyata tidak dibatasi oleh umur. Seorang bocah bernama Daffa Farros Oktoviarto (9) yang masih duduk di bangku kelas 4A, Sekolah Dasar (SD) Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, Jawa Tengah, melakukan aksi heroik.
Daffa berani menghalau sepeda motor yang melewati trotoar karena kemacetan yang terjadi di sepanjang Jalan Raya Jenderal Sudirman, sekitar lampu merah di Kawasan Kalibanteng, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Aksi Daffa ini diunggah oleh pemilik akun facebook bernama Ronald Kusuma kemudian menyebar di beberapa sosial media.
"Ini keren banget anak kecil di Semarang, dia berantem sama pengendara sepeda motor yang naik ke trotoar. Saat terjadi kemacetan parah di Jalan Sudirman Kalibanteng SMG, si anak tetap ga mau kasih jalan buat motor, dan akhirnya setelah ribut2 kecil si pengendara motor akhirnya mundur," tulis Ronald yang menerangkan fotonya.
Dalam foto tersebut nampak seorang pengendara motor berhenti di atas trotoar karena diadang Daffa yang saat itu memakai kaos bermotif garis berwarna-warni. Mata sang bocah melotot ke arah pengendara menandakan melawan dan menasihati pengendara motor tersebut.
Postingan itu mengundang decak kagum dari para netizen. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi melalui akun instagramnya @hendrarprihadi me-repost video aksi bocah itu ketika mengadang motor di trotoar.
Adang motor dengan tiduran dan batu
Aksi Daffa Farros Oktoviarto, bocah yang baru berumur 9 tahun di Semarang yang menghalau sepeda motor ternyata tidak hanya dilakukan hanya dengan menggunakan sepeda onthelnya seperti yang saat ini ramai dibicarakan di sosial media.
Aksi yang dilakukan oleh Daffa di Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Kota Semarang tepatnya 50 meter sebelum trafic light atau lampu merah sejak akhir Januari ini awalnya dilakukan oleh bocah dengan cara tiduran di trotoar.
"Sebelumnya dari akhir bulan Januari lalu sampai Jumat kemarin. Saya awal-awalnya juga pernah menggunakan cara-cara dengan tiduran. Tapi saya takut. Juga pernah hanya dengan saya omongi tapi (pemotornya) nggak gubris," seloroh Daffa saat ditemui merdeka.com, Selasa (19/4), di rumahnya yang ditemani neneknya Murti.
Selain takut dan mendapatkan teguran dari beberapa pemakai jalan, Daffa akhirnya memberanikan diri untuk menggunakan cara dengan menata bebatuan di atas trotoar. Cara ini menurutnya terinspirasi karena mirip dengan alat yang memperlambat laju kendaraan yaitu polisi tidur.
"Saya tata baru-batu. Jadi batu-batu itu tertata seperti garis di atas trotoar. Kayak polisi tidur," ujarnya sambil mempraktikkan di halaman rumahnya.
Kemudian, khawatir batu-batu akan terlempar dan berserakan karena terlindas oleh pemotor yang nekat dengan perilaku pengendara sepeda motor yang brutal dan ngawur di atas trotoar, akhirnya Daffa menggunakan sepeda onthel kesayangannya.
"Karena takut kalau ada motor lewat saya terus punya ide awal-awal bulan Maret saya pakai sepeda saya saja," terangnya.
Daffa mengaku jika ide semua cara untuk memberhentikan pengendara sepeda motor yang melintas di atas trotoar itu dari hobinya menonton televisi setelah pulang sekolah.
Usai mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dia nonton televisi yang kebanyakan acara berita kemudian setelah sekitar pukul 15.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB melakukan aksinya menyetop motor yang melintas di trotoar di Jalan Raya Jendral Sudirman, Kota Semarang.
"Saya mulainya sekitar pukul tiga sore sampai jam enam. Kadang bersama kakak saya Enrico kalau sudah pulang sekolah. Tetapi seringnya saya lakukan sendirian," tuturnya.
Daffa juga sempat mengaku terinspirasi oleh aksi seorang pesepeda yang mencegat rombongan motor gede di salah satu trafic light di Kota Yogyakarta. Aksi itu sempat ditontonnya dalam pemberitaan yang disiarkan stasiun televisi swasta berita.
"Yah! Yah! Yah! Termasuk aksi mencegat motor gede di Yogya itu yang menerjang lampu merah trafic light itu yang membuat saya ikut berani menegakkan kebenaran mencegat motor lewat trotoar kemarin," pungkasnya.
Hingga akhirnya, aksi Daffa yang nekat mencegat dan menyetop sepeda motor di Kawasan Jendral Sudirman, Kawasan Kalibanteng, Kota Semarang pun tertangkap kamera oleh netizen dan di-upload di facebook. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi pun ikut mengunggah ke akun instagramnya karena merasa bangga dan kagum terhadap keberaniannya.
Pakai kostum koboi
Daffa Farros Oktoviarto (9) sudah tiga bulan sepulang sekolah melakukan rutinitasnya menghalau pemotor masuk trotoar dengan mengenakan pakaian ala koboi. Aksi siswa kelas 4A SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang itu mengundang simpati dari netizen.
"Biasanya kalau nyegati motor di trotoar dia memakai topi ala koboi, slayer, kacamata dan sepedanya," ungkap Murti (72) sang nenek kepada merdeka.com Selasa (19/4) sambil tersenyum mengingat tingkah laku dan gaya cucunya yang cerdas tersebut.
Namun, kostum yang digunakan oleh Daffa untuk mengusir para pengguna sepeda motor adalah perlengkapan sederhana. Kemudian tak lupa, jaket berwarna merah dan biru pun selalu dikenakannya. Jaket tersebut merupakan jaket yang paling Daffa sukai dari beberapa jaket yang dia miliki.
"Saya biasa pakai ini sehari-hari, kalau habis pulang sekolah, nonton televisi sebentar. Terus pakai topi eyang, kain serbet Mbak Yah (panggilan Pariyah sang pembantu) dan kacamata ini milik nenek," seloroh Daffa sambil dengan semangat mengenakan kostumnya.
Ada dua unit sepeda yang ada di rumahnya yang sering digunakannya bermain. Kemudian juga sepeda yang dimiliki oleh kakaknya Enrico. Namun, Daffa seringkali menggunakan sepeda miliknya sendiri saat mengadang para pengendara.
"Sepeda saya ini yang sering saya gunakan. Yang banyak stikernya ini lho. Tapi pernah juga sih pakai sepeda milik kakak saya," ucap Daffa sambil menunjuk banyak stiker yang menempel di salah satu bagian besi sepedanya itu.
Tak lupa, Daffa juga menempelkan selembar kertas karton yang ditulisi "Jangan lewat trotoar karena ini untuk pejalan kaki". "Saya tulisi peringatan. Jangan lewat trotoar untuk pejalan kaki," pungkas Daffa dengan senyum khasnya.
Daffa juga memiliki pengalaman tak enak saat beraksi. "Dua kali saya dimarah-marahi nyaris ditabrak oleh pemakai sepeda motor. Sambil marah-marah. Saya tetap tidak meloloskan mereka. Kalau sepeda motor lewat trotoar kan salah tidak benar," ungkap Daffa.
Sering ingin ditabrak
Daffa juga memiliki pengalaman tak enak saat beraksi. "Dua kali saya dimarah-marahi nyaris ditabrak oleh pemakai sepeda motor. Sambil marah-marah. Saya tetap tidak meloloskan mereka. Kalau sepeda motor lewat trotoar kan salah tidak benar," ungkap Daffa.
Upaya menabrak untuk pertama kalinya tidak terjadi, karena sambil marah-marah pemotor yang melihat sosok anak kecil Daffa langsung balik kanan meski sambil ngoceh dan menghardik Daffa.
"Waktu itu yang naik motor pertama mau nabrak saya ngomel-ngomel! Tapi tetap saya tidak loloskan," tegasnya.
Kemudian, aksi nyaris menabrak yang kedua Daffa tetap bersikukuh dengan kebenarannya. Pengendara sepeda motor tidak boleh melewati jalur trotoar yang merupakan sarana jalan bagi pengguna pejalan kaki di kota-kota besar seperti Kota Semarang ini.
Saat itu, Daffa sempat bersitegang dengan pengendara motor yang dipalang nya dengan sepeda kesukaannya itu. Tidak menggubris nasihat seorang bocah kecil, dia pun sampai jengkel hingga memukul selebor bagian depan motor sebanyak dua kali. Emosi melihat tingkah anak kecil itu, sang pengendara motor turun dari motornya.
"Yang kedua mau nabrak lagi. Saya diomel-omeli. Saya angkat sepeda saya. Saya halangi motornya. Pengendara motornya masih terus ngomel-ngomel. Nggak saya loloskan. Saya pukul selebore dua kali. Mau ngamuk lalu ada pak sopir taksi turun dari mobil ngomong kalau yang salah itu sepeda motornya. Akhirnya dia mbalik ke jalan raya," jelasnya.
Meski sudah dua kali nyaris ditabrak motor saat beraksi, Daffa sampai saat ini masih tetap ingin terus melakukan aksinya membantu menertibkan para pemakai motor yang melewati trotoar untuk menerobos kemacetan.
Namun demikian, Murti (72) menasihati cucunya untuk tidak lagi mengulangi aksinya yang dinilainya tergolong nekat. Menurut nenek Murti, tugas yang dilakukan oleh cucunya adalah tugas petugas kepolisian.
"Mulai sekarang Daffa jangan lagi yah. Itu kan berbahaya. Nanti kalau ketahuan pak polisi, Daffa dibawa ke kantor polisi bagaimana? Itu kan tugasnya pak polisi. Biar pak polisi saja yang melaksanakan tugas itu," pungkasnya.