Fakta-fakta mengejutkan terungkap usai koordinator pengemis diciduk
Satpol PP Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menggerebek rumah penampungan pengemis di Jalan KH Damanhuri, Gang Ogok, Samarinda, 26 Maret lalu. Koordinator pengemis, Jufrianto (51) diamankan.
Satpol PP Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menggerebek rumah penampungan pengemis di Jalan KH Damanhuri, Gang Ogok, Samarinda, 26 Maret lalu. Koordinator pengemis, Jufrianto (51) diamankan.
Sejak Oktober 2017, Jufri hidup dari hasil mengemis 7 orang yang didatangkan dari Madura. Saban hari para pengemis ini diwajibkan setor uang.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
-
Kapan cerita ini terjadi? Pada suatu pemilu, seorang calon kandidat datang ke desa untuk kampanye.
-
Mengapa Kotak Suara Pemilu Penting? Kotak suara menjadi salah satu perlengkapan pemungutan suara pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
-
Cerita lucu apa yang bisa bikin pacar kamu ngakak parah? Simak cerita lucu untuk pacar paling lucu berikut ini yang bikin pasangan ngakak parah.
"Dia ini sistem bagi hasil, di mana 75 persen untuk koordinator. Sisanya 25 persen untuk pengemis," ujar Kasi Operasional Satpol PP Kota Samarinda Teguh Setyawardhana, ditemui merdeka.com di kantornya, Jalan Cempaka, Selasa (27/3).
Petugas sempat mendapatkan perlawanan dari Jupri ketika hendak dibawa ke kantor Satpol PP Samarinda. Jupri meronta meski petugas mengantongi data dan bukti. Namun setelah ketua RT berkoordinasi dengan Babinsa, Jupri akhirnya tidak berkutik.
Berikut sejumlah fakta dalam kasus ini:
Ditemukan tiket pesawat dan dua motor
Di rumah diduga penampungan pengemis, ditemukan tiket pesawat elektronik keberangkatan dari Surabaya tujuan Balikpapan. Selain itu, juga ditemukan uang receh dan lembaran rata-rata Rp 2 ribu, senilai tidak kurang Rp 3 juta.
"Ada 2 motor yang terbilang mahal ya. Juga kita amankan 9 unit telepon selular, 2 di antaranya android," ungkap Teguh.
Teguh mengatakan, para pengemis ini tidak pernah jera meski berulang kali dipulangkan, dan disanksi Perda No 07/2017 dengan ancaman denda Rp 50 juta. "Jadi mereka ini dipulangkan naik kapal, kembali ke sini naik pesawat," jelasnya.
Sehari setor Rp 50 ribu
Tugas Jufri salah satunya mengantar para pengemis ke lokasi. "Saya ngojek antar satu per satu siang dan malam, mereka yang mengemis. Saya dibayar Rp 50 ribu antar jemput per hari," ungkap Jufrianto.
Lantas bagaimana dengan biaya makan sehari-hari ketujuh pengemis yang dia datangkan dari Madura? "Bayar Rp 50 ribu itu sudah termasuk makan Pak. Memang diamankan petugas tadi ada Rp 3 juta uang hasil mengemis. Itu punya semua orang di rumah saya," terangnya.
Jufri mengaku punya istri yang dia tinggalkan di Sumenep. Kendati demikian, dari hasil para pengemis di rumahnya yang mengemis, dia bisa beli 2 motor bekas seharga Rp 16 jutaan, kemudian membeli 2 telepon selular android seharga Rp 5 jutaan.
7 Pengemis dari daerah yang sama
Jufri diketahui asal Kampung Lentang, Sumenep. Dari barang bukti 2 kode pesanan tiket Surabaya tujuan Balikpapan, tertera nama dia bersama 7 warga Madura lain. Tujuannya untuk mengemis di Samarinda.
"Saya dengan 7 orang di rumah. Mereka berangkat sendiri dari Surabaya. Mereka memang kerjanya meminta-minta di Madura," kata Jufrianto saat berbincang bersama merdeka.com, Selasa (27/3).
Di Madura, 7 orang itu, menurut Jufri, sepi pendapatan sehingga diajak ke Samarinda untuk kembali mengemis di jalan. "Di Samarinda kan pendapatan lumayan. Mereka ke sini juga bayar tiket sendiri, utang dengan orang. Tidak, tidak ada ke daerah lain. Cuma ke Samarinda saja," ujar Jufri.
Ada penyandang disabilitas
Personel Satpol PP terkejut saat menggerebek rumah penampungan pengemis. Jufri ternyata mempekerjakan penyandang disabilitas di Samarinda.
"Untuk itu yang penyandang disabilitas tidak kita bawa ke sini, karena kita tidak mau tanggung risiko. Kita koordinasikan bersama ketua RT, kita tinggal di rumah si koordinator pengemis," terang Teguh.
Masih dijelaskan Teguh, jajarannya memang tengah giat menertibkan anak jalanan, gelandangan dan pengemis di berbagai ruas jalan, sesuai rapat koordinasi bersama dengan Dinas Sosial kota Samarinda. Sebab, Perda No 7/2017 mendenda tidak hanya pengemis, melainkan pemberi uang ke pengemis.
"Targetnya dalam waktu dekat Samarinda bebas pengemis dan anak jalanan," tutup Teguh.
(mdk/did)