Gelombang Pengungsi Korban Gempa Sulbar di Makassar Capai 686 Orang
Ada dua titik yang disediakan Pemprov Sulsel sebagai tempat pengungsian yakni di Asrama Haji Sudiang di Kecamatan Biringkanayya dan di gedung Inang Matutu milik Dinas Sosial Pemprov Sulsel di jl Talamate, Kecamatan Rappocini.
Korban bencana gempa bumi di wilayah Provinsi Sulawesi Barat dari Kota Mamuju dan Kabupaten Majene berdatangan ke Makassar. Mereka mengungsi karena rumah dan harta bendanya rusak diguncang gempa.
Makassar jadi tujuan karena bermaksud mengungsi ke kerabat mereka yang rata-rata domisili di Makassar. Selain itu juga untuk sekadar transit kemudian meneruskan perjalanannya ke kampung halaman masing-masing yang ada di luar Sulsel.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Apa saja jenis-jenis sengketa Pemilu yang ada di Indonesia? Umumnya dan termasuk Indonesia, dalam menyelesaikan sengketa pemilu dibagi menjadi dua terminologi. Pertama adalah penyelesaian sengketa pemilu selama proses pemilu itu sendiri. Kedua adalah penyelesaian sengketa hasil pemilu.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Kenapa banyak orang memuji Gempi? Pengguna internet memberikan pujian kepada Gempi yang memiliki segudang bakat. Dia mampu berakting, bernyanyi, dan ternyata juga menunjukkan kemampuan dalam renang.
-
Apa yang digambarkan oleh Kesenian Sapi Gumarang? Kesenian Sasapian atau Sapi Gumarang ini memiliki makna yang kuat tentang penggambaran suburnya pertanian di Bandung Barat.
-
Siapa Cecep? Cecep Abdullah berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemuda 26 tahun ini sempat viral di media sosial lantaran berkeliling kampung untuk membersihkan masjid.
Ada dua titik yang disediakan Pemprov Sulsel sebagai tempat pengungsian yakni di Asrama Haji Sudiang di Kecamatan Biringkanayya dan di gedung Inang Matutu milik Dinas Sosial Pemprov Sulsel di jl Talamate, Kecamatan Rappocini.
"Pengungsi masuk ke Sulsel melalui Lanud Hasanuddin kini jumlahnya 686 jiwa. Tapi yang kita tampung di sini hanya 107 orang dan di asrama haji ada sekitar 30-an orang. Karena sebagian besar dari mereka langsung ke rumah kerabat masing-masing yang ada di Makassar," kata pelaksana tugas Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulsel, Gemala Fauza yang ditemui di gedung Inang Matutu, Rabu (20/1).
Kedatangan para pengungsi ini, kata Gemala, datang secara bergelombang sejak Senin (18/1) hingga tadi malam. Dan sore ini, Rabu (20/1), lanjutnya, ditunggu lagi di Lanud Hasanuddin karena laporannya akan datang lagi 60 orang.
Lebih jauh dijelaskan, pengungsi yang saat ini ditampung di dua titik itu adalah korban gempa yang daerah asalnya dari luar yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Minta Dibantu Pemulangan ke Kampung Halaman
137 pengungsi masing-masing di Asrama Haji Sudiang 30 jiwa dan 107 jiwa dari 25 kepala keluarga di gedung Inang Matutu.
Kata Gemala Faoza, mereka berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Karena rumah dan tempat usahanya hancur diterjang gempa, mereka pilih untuk pulang ke kampung halaman masing-masing.
"Olehnya mereka minta dibantu pemulangannya jadi saat ini kita masih berkoordinasi dengan PT Pelni dan TNI AU, sekiranya bisa dibantu," kata Gemala.
Ditambahkan, sebentar malam ada 10 orang yang akan dipulangkan ke Balikpapan. Rencananya berangkat dengan kapal laut, difasilitasi Pemerintah Provinsi Sulsel.
Wanda Masrokawati, (25), salah seorang pengungsi di gedung Inang Matutu. Dia berikut putri tunggalnya, Arum Ernita Tajjanna, (11 bln), ibu dan seorang adiknya selamat dari bencana gempa. Namun rumahnya sekaligus tempat usaha jualan nasi campur tidak luput dari goncangan gempa. Rumahnya doyong dan barang-barangnya berjatuhan.
"Saat kejadian gempa yang besar, goncangannya sangat hebat. Saya langsung tarik anak saya dan lari keluar rumah. Untungnya ibu dan adik saya juga selamat. Kebetulan suami lagi di Jawa. Malam itu hujan deras sekali dan angin juga kencang. Kami mengungsi di kantor Dinas Sosial di Mamuju. Ini mau pulang dulu ke Lamongan, menenangkan diri," tutur Wanda.
Ditambahkannya, selama di tempat pengungsian baik saat masih di Mamuju dan di Makassar, dia tidak menemukan kendala. Difasilitasi dengan baik oleh pemerintah khususnya kebutuhan anak seperti popok dan susu. Bahkan disiapkan tempat bermain anak untuk trauma healing.
(mdk/gil)