Hal ajaib dan kelakuan Setya Novanto di RS Medika usai kecelakaan
Dihari yang sama, sekira pukul 21.00 Wib, penyidik KPK menyatroni kediaman mewah Novanto di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan untuk menjemput paksa.
Indri Astuti, perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan jadi saksi di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat.
Dari pengakuannya, terbongkar hal ajaib dan kelakuan mantan Ketua DPR Setya Novanto, serta peran Bimanesh Sutarjo 'melindungi' Novanto.
-
Apa yang dikatakan oleh Agus Rahardjo terkait kasus korupsi e-KTP yang menjerat Setya Novanto? Agus mengatakan, Presiden saat itu menginginkan penyidikan kasus yang menjerat Setya Novanto dihentikan.
-
Kapan Ganjar Pranowo berencana menerapkan KTP Sakti? Oleh karena itu, saat terpilih menjadi Presiden Ganjar langsung menerapkan KTP Sakti ini.“Sebenarnya awal dari KTP elektronik dibuat. Maka tugas kita dan saya mengkonsolidasikan agar rakyat jauh lebih mudah menggunakan identitas tunggalnya,” tutup Ganjar.
-
Mengapa Ganjar Pranowo berencana menerapkan KTP Sakti? Menurut Ganjar, dengan KTP Sakti nantinya masyarakat dapat mengakses berbagai bantuan pemerintah, hanya dengan kartu Identitas saja."Jaminan-jaminan selama ini ada dengan berbagai identitas satu per satu, sekarang bisa kita satukan dalam satu KTP dan kita sebut satu KTP Sakti,” ujar Ganjar usai silahturahmi Caleg dan Partai pengusung di Perum Graha Puspa Karangpawitan, Karawang, Jawa Barat, Jumat (15/12).
-
Siapa yang disebut oleh Agus Rahardjo sebagai orang yang meminta kasus korupsi e-KTP dengan terpidana Setya Novanto dihentikan? Agus mengatakan, Presiden saat itu menginginkan penyidikan kasus yang menjerat Setya Novanto dihentikan.
-
Apa itu KTP Sakti yang dimaksud Ganjar Pranowo? Ganjar menyebut KTP Sakti ini mengacu dari KTP elektronik yang sudah diterapkan saat ini Ganjar Jelaskan Manfaat KTP Sakti, Rakyat Bisa Akses Semua Bantuan Hanya dengan Satu Kartu Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo bakal menerapkan sistem ‘Satu Data Indonesia’ bagi masyarakat Indonesia jika terpilih menjadi Presiden 2024. Adapun program kerja itu melalui KTP Sakti.
-
Siapa Eko Prawoto? Dilansir dari Wikipedia, Eko Prawoto merupakan seorang arsitek legendaris dari Indonesia. Pria kelahiran Purworejo, Agustus 1958 itu menerjuni dunia arsitektur sejak menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 1977.
Dia bercerita, sejak tiba di rumah sakit sekitar pukul 19.00 WIB, Novanto tak memberi respons saat Indri meminta izin melakukan tindakan terhadap terdakwa korupsi proyek e-KTP tersebut.
"Akhirnya saat saya mau keluar, bapak ini bilang 'kapan saya diperban' nadanya seperti agak membentak gitu pak. Saya kaget kok dari tadi diam saja, ya saya bilang 'tunggu sebentar pak, saya tunggu dokter visit dokter dulu', saya jawab agak ketus juga pak kebawa," beber Indri, Senin (2/4).
Sebelumnya, Kamis, 16 November 2017 lalu, mantan Ketua DPR Setya Novanto menjadi orang yang paling dicari penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab, Novanto, sapaannya, sudah mangkir berkali-kali dari panggilan KPK hingga diputuskan untuk dijemput paksa.
Dihari yang sama, sekira pukul 21.00 Wib, penyidik KPK menyatroni kediaman mewah Novanto di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan untuk menjemput paksa.
Sayang, ditunggu hingga pukul 02.50 Wib, penyidik KPK dibuat gigit jari, karena yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul batang hidungnya. Disela penantian KPK, muncul kabar jika Novanto mengalami kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Toyota Fortuner yang ia tumpangi menyeruduk tiang listrik di bahu jalan.
Berikut kelakuan Novanto dan Bimanesh yang dibeberkan Indri:
Mendadak ada benjol di dahi Novanto
Indri menegaskan tidak ada benjol di dahi Novanto saat pertama kali dilarikan ke RS Medika Permata Hijau. Benjolan tersebut tiba-tiba muncul saat Indri keluar kamar Novanto untuk mengambil peralatan tensi darah.
"Benjolan saat itu belum ada, kemudian saya keluar ambil peralatan infus, tensi, baru saya lihat ada benjolan kedua kali saya lihat benjolan sebesar kuku saya," beber Indri.
"Tidak ada benjolan sama sekali? Sebesar bakpao mini?" tanya Ketua Majelis Hakim.
"Tidak ada, ya pas kedua saya balik lagi ada benjolan sebesar kuku saya," ujarnya.
Novanto menolak diinfus
Indri mengaku kesulitan ketika hendak memasang infus di pergelangan tangan Novanto. Saat melakukan pemeriksaan, tangan Indri ditepis oleh Novanto.
Kejadian itu diakui Indri mengejutkan, sebab sejak awal Novanto tiba di rumah sakit tidak ada respon tiap kali ia meminta izin untuk melakukan perawatan medis.
"Karena vena-nya tidak keliatan akhirnya saya pasang di pergelangan tangan. Saya siapin alat, karena memang tidak keliatan saya pukul dengan tiga jari saya tiba-tiba saat pukulan kedua saya kaget karena tangan si pasien itu kayak marah gitu, saya anggap dia marah," ungkap Indri.
Tepisan tangan Novanto itu pun diakuinya cukup membuat gemetaran saat akan memasang selang infus.
Proses pemasangan infus menemui kendala karena jarum sulit tertusuk ke pembuluh darah. Indri akhirnya memutuskan memasang jarum infus terhadap Novanto yang umumnya digunakan untuk anak-anak dengan harapan jarum mudah menancap.
"Saya harap sekali tusuk, jadi saya gunakan jarum untuk anak anak. Vena-nya juga enggak ada," ujarnya.
Penggunaan jarum infus untuk anak-anak oleh Novanto sebelumnya tertuang dalam surat dakwaan milik Bimanesh Sutarjo, dokter RSMPH spesialis penyakit dalam.
Bahkan, Fredrich berpesan kepada Indri agar tidak perlu menancapkan jarum infus kepada Novanto melainkan ditempel saja.
Novanto minta obat merah & paksa perawat perban dahinya
Setelah mendapati dahi Novanto ada benjolan sebesar kuku, Indri kemudian dipaksa untuk memperbannya.
Awalnya, Indri hendak menolak karena menganggap tidak ada luka yang perlu diperban. Dia pun menyampaikan permintaan tersebut ke Bimanesh, selaku dokter yang merawat Novanto. Saat itu, imbuh Indri, Bimanesh meminta Indri agar memasang perban dengan alasan kenyamanan pasien. Ia pun menuruti perintah Bimanesh.
Sekembalinya Indri ke kamar inap Novanto, ia mengaku terkejut dengan permintaan Novanto menggunakan obat merah pada lukanya.
"Saya dikejutkan kembali dengan kata-kata pasien minta obat merah. Saya makin bingung saja. Saya bilang di rumah sakit udah enggak ada obat merah pak, saya agak ketus gitu kebawa," ujarnya.
Bilang saja Kombes Pol Bimanesh
Menuruti segala keinginan ajaib Novanto praktis membuat Indri perang batin. Bagaimana tidak, ia merasa melanggar kode etik dunia kesehatan. Ketika batinnya tengah berperang, ia ditenangkan oleh Bimanesh.
"Kamu takut ya? Kata Dokter Bima. Kebetulan kita memang sudah akrab. Saya bilang, iya dok. Terus Dokter Bima bilang, 'sudah tenang nanti bilang saja Kombes Pol Bimanesh'," ujar Indri.
Perawat masuk, Novanto akting lemas
Kejanggalan sakit Novanto berlanjut hingga keesokan harinya. Indri mendapati Novanto mampu berdiri sehat segar bugar di dalam kamar rawatnya.
Sebelum menyelesaikan tugasnya, Indri kembali ke kamar inap Novanto untuk melakukan pengecekan rutin. Saat itu mantan ketua DPR tersebut terlihat tengah berdiri tegak saat buang air kecil di urinal.
Namun, ujar Indri, seketika sadar ada perawat masuk, Novanto tiba-tiba menunjukan sikap lemas.
"Begitu saya masuk si bapak ini enggak dengar kali saya, kemudian saya bilang pak sini biar saya bantu, si bapak itu kaget setelah itu dia merebahkan badannya dengan susah payah," ujar Indri.
"Anda tidak tanya?" tanya Ketua Majelis Hakim.
"Kan saya takut, akhirnya saya tensi 160/100 antara itu pak setelah itu saya keluar saya tunggu operan," tukasnya.
(mdk/rhm)