Hunian Jarak 200 M dari Gudang Peluru Meledak, Warga Komplek di Cibubur Usul Ada Relokasi karena Trauma
Mereka was-was potensi serupa masih bisa kembali terjadi karena informasi mereka dapat ada beberapa bunker di gudang amunisi tersebut.
Warga perumahan elite di Kota Wisata Cibubur, khususnya di Klaster Visalia merasakan ketakutan dan trauma pascaperistiwa itu.
- Ketar Ketir Banjir Susulan Lahar Gunung Marapi, Warga Gantian Ronda untuk Siaga
- Anak Trauma sampai Histeris, Warga Kota Wisata Minta TNI Ganti Rugi dan Tanggung Jawab
- Tiga WNA Diduga Serang Vila Dihuni Warga Turki di Bali, Satu Orang Ditembak
- 4 Sekeluarga Tewas Diduga Dirampok di Musi Banyuasin, Rumah Korban Jauh dari Permukiman
Hunian Jarak 200 M dari Gudang Peluru Meledak, Warga Komplek di Cibubur Usul Ada Relokasi karena Trauma
Gudang peluru milik TNI AD di wilayah teritori Kodam Jayakarta di Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor meledak dan terbakar, pada Sabtu (30/3) malam. Peristiwa itu membuat takut warga perumahan yang lokasinya tak jauh dari lokasi kejadian.
Salah satunya warga perumahan elite di Kota Wisata Cibubur, khususnya di Klaster Visalia.
Fendhi Munawan selaku ketua RW setempat mengaku, saat ini warganya mengalami ketakutan yang luar biasa. Hal itu terjadi pasca ledakan yang disertai kebakaran hebat juga ditemukannya selongsong dan proyektil amunisi mental ke pemukiman klaster visalia.
“Kami merasa tidak aman lagi berada di lingkungan ini,” kata Fendhi saat jumpa pers kepada awak media di lokasi, Minggu (31/3) malam.
Ketakutan disebabkan fakta yang baru terungkap bahwa tempat mereka tinggal hanya berjarak 200 meter dari lokasi kejadian. Mereka was-was potensi serupa masih bisa kembali terjadi karena informasi mereka dapat ada beberapa bunker di gudang amunisi tersebut.
“Radius dari bunker ke Visalia itu jaraknya hanya 200 meter jadi kami terdampak langsung dan kalau di dalamnya masih ada 15 bunker lagi yang dibilang oleh Pangdam Jaya, itu artinya bisa merupakan bom waktu yang kita nggak tahu kapan akan meledak lagi yang lainnya,” tegas Fendhi.
Fendhi mengakui, pihak TNI sudah memastikan dan mencoba meyakini warganya kalau situasi sudah aman. Namun mengingat insiden yang terjadi, gambaran buruk sulit dilupakan begitu saja.
“Mungkin memang kita sudah diyakinkan bahwa itu tidak akan meledak (lagi), namun yang kita lihat malam kemarin situasinya anak, istri semua mereka nangis ya karena ledakannya sangat keras rumah kita itu kacanya semua bergetar jadi plafon turun, histeris dan trauma sampai saat ini takut,” ujar Fendhi.
Fendhi mengamini, apa yang dirasakan warganya menjadi hal yang wajar. Sebab mayoritas penduduk di Visalia bekerja jauh dari rumah, seperti di Jakarta. Artinya jika sewaktu-waktu insiden kembali terjadi, posisinya putra-putri dan istri berada di rumah sendirian.
“Jadi sangat penting untuk dievaluasi ke depan dan kami sangat mengusulkan untuk direlokasi,” minta Fendhi.
Selain direlokasi, berdasarkan rapat bersama para warga terdapat sejumlah permintaan yang harus dipenuhi pihak TNI sebagai bentuk tanggungjawab dan ganti rugi. Berikut empat poinnya:
Pertama, warga berharap ada pemulihan dari segi materi. Total sementara, baru ada 33 KK yang sudah menyampaikan keadaan rumahnya yang kemasukan selongsong peluru dan amunisi sejenis. Mereka juga mengaku rumahnya retak sehingga mendera kerugian material yang cukup banyak.
Kedua, warga berharap ada program treatment dari pemerintah agar bisa kembali merasa nyaman tinggal di lingkungan Visalia. Harapannya, anak-anak bisa kembali bermain ceria seperti sediakala.
Ketiga, warga berbakal ada penyisiran kembali di klaster Visalia dari amunisi yang terpental dari ledakan. Memang secara intensif pasca insiden Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) sudah menyisir namun dalam beberapa waktu setelahnya, warga masih kembali menemukan sisa serpihan di rumah-rumah mereka. Artinya, kondisi saat ini belum bersih total maka dari itu mohon dalam waktu seminggu ke depan, prajurit TNI masih disiagakan untuk kembali menyisir.
Keempat, warga berharap bisa bertemu dengan pihak TNI untuk mencari jalan tengah dari kondisi kerugian pasca insiden.