Jemaah Calon Haji Berisiko Tinggi akan Diberi Gelang Khusus, Ini Kegunaannya
Kemenkes menyiapkan sekitar 3.000 gelang khusus bagi jamaah haji yang masuk dalam kategori sangat berisiko, seperti penyakit jantung dan hipertensi.
Kementerian Kesehatan akan memberikan gelang khusus bagi kelompok yang sangat berisiko tinggi kepada calon haji. Gelang tersebut berbentuk seperti smart watch untuk memantau kondisi kesehatannya.
"Gelang itu semacam smart watch yang akan digunakan oleh jamaah yang sangat berisiko tinggi. Kesehatan jamaah yang berisiko tinggi tahun ini akan dimonitor oleh petugas melalui sistem, mudah-mudahan ini bisa lebih efektif dalam pelaksanaan di lapangan," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes Budi Sylvana dilansir Antara, Kamis (2/6).
-
Apa itu haji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Kapan jemaah haji melempar jumrah? Prosesi ini dilakukan pada hari-hari tertentu dalam perjalanan haji.
-
Bagaimana orang-orang di masa lalu memperoleh gelar Haji? Bagaimana tidak, mereka harus mengarungi lautan, menghindari perompak, menerjang badai selama berbulan-bulan hingga menjelajah gurun pasir. Saat berhasil kembali selamat ke Tanah Air, orang tersebut kemudian dianggap berhasil memperoleh kehormatan dan anugerah.
-
Kapan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi meninggal? Makam Habib Muhammad meninggal di Kota Surabaya pada tahun 1917 Masehi.
Kemenkes menyiapkan sekitar 3.000 gelang khusus bagi jamaah haji yang masuk dalam kategori sangat berisiko, seperti penyakit jantung dan hipertensi.
Ia mengemukakan indikator yang dipantau dalam gelang khusus itu di antaranya, tekanan darah, detak jantung, saturasi oksigen hingga pengingat waktu untuk minum.
"Jamaah hanya tinggal memakainya saja nanti petugas kita akan memonitor kondisi mereka melalui sistem yang ada," tuturnya.
Pihaknya mengungkapkan, 35,81 persen dari total 100.051 jemaah calon haji masuk dalam kategori risiko tinggi, yakni orang lanjut usia dan yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
"Kalau kita filter lagi, dari 35 persen ini ada 25.481 orang yang risiko tinggi dengan komorbid," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes Budi Sylvana.
Ia mengemukakan dalam rencana operasional haji tahun ini petugas akan fokus kepada jamaah yang berisiko tinggi, namun tidak melupakan jamaah yang lain.
"Itu karena keterbatasan petugas kesehatan untuk melayani jamaah haji. Tahun ini kita ada pengurangan jumlah, tahun kemarin ada 1.832 petugas yang kita tugaskan, tahun ini 776 orang petugas kesehatan yang kita siapkan," tuturnya.
Ia menambahkan, Kemenkes juga akan menggunakan layanan kesehatan aplikasi TeleJamaah untuk memantau kondisi jamaah di kloter haji 2022 seiring cukup banyaknya jamaah dengan risiko tinggi penyakit komorbid.
"Pertama kali kita akan gunakan aplikasi TeleJamaah, kemudian tele petugas yang akan mengekseskusi layanan kesehatan untuk jamaah," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Budi Sylvana juga mengatakan bahwa Kemenkes telah mengirimkan lebih dari 18 ton obat-obatan dan perbekalan kesehatan bagi jamaah haji yang akan berangkat pada tahun 1443 H/2022 M.
"Ada 173 item obat yang digunakan dan 45 item perbekalan kesehatan, total beratnya mencapai 18 ton," paparnya.
Ia menyampaikan obat-obatan itu saat ini telah berada di pihak imigrasi Jeddah, Arab Saudi untuk dilakukan proses pemeriksaan oleh otoritas setempat.
Ia menambahkan, pihaknya juga mendistribusikan 100.000 paket tas untuk jamaah haji berisi perlengkapan kesehatan, yakni masker kain, masker medis, oralit, botol semprot, plester, tisu basah, kantung kencing, dan hand sanitizer.
"Semua jamaah mendapatkan paket tas itu sebagai bekal kebutuhan mereka di Arab Saudi," tuturnya.
(mdk/ray)