Jogo Siswa, Kisah Solidaritas Sosial di Lereng Gunung Slamet
Fitri Safarani (12), menyalakan Handy Talky (HT). Di ruang depan di kediamannya di Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, ia duduk melantai ditemani Nawang Hilda Risma, 13 tahun.
Fitri Safarani (12), menyalakan Handy Talky (HT). Di ruang depan di kediamannya di Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, ia duduk melantai ditemani Nawang Hilda Risma, 13 tahun. Keduanya pelajar kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis, Desa Gununglurah. Pagi itu, Selasa (27/10), mereka tengah mengikuti pembelajaran jarak jauh memanfaatkan frekuensi radio.
Nawang dan Rani menyimak dengan seksama keterangan guru yang mereka dengar dari HT. Terkadang mereka memutar kenop volume HT, untuk mengatur besar kecilnya suara dari radio transmitter. Setiap penjelasan guru, mereka salin di lembaran buku tulis.
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
-
Apa yang dimaksud dengan pantun edukasi? Pantun edukasi dapat menjadi sebuah nasihat berharga baik anak yang masih menempuh pendidikan sekolah.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Kenapa para pelajar ini diamankan? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. "Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Apa latar belakang pendidikan Kiran, cucu Soekarno? Kiran, 18 tahun, baru lulus dari Sevenoaks School di Inggris.
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
Alat komunikasi HT yang berbentuk mirip telepon genggam itu, adalah buah solidaritas sejumlah individu dan komunitas yang bahu membahu untuk meringankan dampak pandemi Covid-19 yang dialami siswa-siswi MTs Pakis. Kisah solidaritas ini, dimulai pada Agustus 2020 lalu. Latar belakangnya, siswa-siswi MTs Pakis mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Pasalnya, lokasi mereka bermukim maupun lokasi sekolah yang terpencil di lereng Gunung Slamet tak didukung oleh sinyal atau jaringan internet.
Gerakan solidaritas tersebut berjalan dengan basis budaya gotong royong atau keikutsertaan berbagai pihak mulai dari Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari), pers, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas, Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) SAI, juga akademisi. Kepedulian berbagai pihak ini, mensinergikan sikap saling peduli untuk meringankan beban satu sama lain di situasi sulit pandemi Covid-19.
Jogo Siswa
Kepala Sekolah sekaligus pengasuh MTs Pakis, Isrodin bercerita pemanfaatan HT sebagai media PJJ berawal dari inisiasi dari komunitas pers dan mitra kerja di Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Orari. Fasilitas radio HT diberikan untuk mendukung PJJ di masa pandemi Covid-19. Awalnya Orari Banyumas meminjami 6 unit HT untuk siswa dan guru. Kini para siswa dan guru di MTs Pakis telah memiliki 12 unit HT dari pemberian Wakil Bupati Banyumas dan Peradi SAI Banyumas.
Sebelum ada HT, Isrodin dan 20 murid MTs Pakis kelas 7 sampai 9 berbagi perangkat gawai. Untuk menghindari kerumunan saat proses belajar mengajar, diterapkan sistem kelompok belajar beranggota 4 siswa. Dijadwalkan bergantian, mereka bersusah payah mencari-cari lokasi yang didukung sinyal internet untuk kelancaran belajar mengajar. Bahkan mereka sampai melintasi hutan pinus dan mendaki bukit di timur Telaga Kumpe demi menjalani pembelajaran.
"Cara ini kami tempuh untuk menjaga siswa. Sebagaimana program Jogo Tonggo yang diinisiasi Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Situasi pandemi memang menyulitkan kami. Tapi sudah hak anak-anak untuk tetap dapat pendidikan," kata Isrodin pada merdeka.com, Senin (2/11).
Para pengajar MTs Pakis, diterangkan Isrodin adalah para relawan dosen dan mahasiswa di Purwokerto. Saat PJJ, kendala pembelajaran terjadi karena tak ada sinyal internet. Komunikasi antara pengajar dan siswa, acapkali terputus.
Dengan fasilitasi HT, komunikasi dua arah antara guru dan murid saat menjalani PJJ dikatakan Isrodin jauh lebih lancar. Para siswa yang dibagi 5 kelompok dipegangi 2 unit HT untuk memaksimalkan pembimbingan belajar. Penerapannya, kelompok belajar melakukan PJJ di di kediaman salah seorang murid saban Senin sampai Kamis pukul 10.00 sampai 12.00 WIB.
"Saat belajar di rumah, anak-anak kami tekankan untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Mereka harus bermasker. Orang tua siswa, kami minta untuk memantau. Kita memang harus saling bekerja sama, saling mengingatkan, agar anak terhindar dari potensi penularan Covid-19," kata Isrodin.
Salah satu wali murid siswa MTs Pakis, Hayat mengatakan selama pandemi, putrinya yang duduk sebagai siswa kelas VII lebih banyak belajar di rumah. Ia juga mengingatkan agar putrinya tidak banyak beraktivitas di luar rumah.
"Selama belajar kelompok memang menggunakan HT. Saya amati mereka saat belajar kelompok, juga selalu memakai masker," kata Hayat, Selasa (27/10).
Sinergi Saling Menjaga
Relawan Guru MTs Pakis, Nisa Roiyasa, bercerita keterlibatannya mengajar di MTs Pakis berawal dari penelitian mengajar bahasa inggris berbasis kearifan lokal. Nisa adalah dosen Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Saat pandemi Covid-19, Nisa terhambat untuk mengajar bahasa Inggris pada para siswa MTs Pakis karena larangan pembelajaran tatap muka.
"Pembelajaran sempat terhenti karena pandemi," kata Nisa kepada merdeka.com melalui sambungan telepon.
Pembelajaran baru dimulai lagi ketika Mts Pakis mendapat pinjaman HT dari Orari Banyumas. Nisa bersama enam mahasiswanya lantas rutin mengajar bahasa Inggris saban Jumat. Mereka fokus mengajarkan pengembangan bahasa dengan menggunakan dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris. Materi yang mereka sampaikan yakni mengajak siswa mengapresiasi lingkungan alam dan budaya di sekitar mereka sembari mengenal budaya lain.
"Kami mengenalkan lintas budaya pada siswa. Sejauh ini dengan memanfaatkan radio frekuensi, pembelajaran jarak jauh berjalan lancar," ujar Nissa.
Dari sudut pandang siswa, belajar dengan HT membuat mereka lebih nyaman. Resa Ramadhani, siswa kelas 8 Mts Pakis bercerita ia dan teman-temannya tak perlu lagi ke bukit untuk mencari sinyal internet.
"Rasanya senang sekali karena tidak mencari sinyal jauh-jauh," kata Resa.
Pemanfaatan repeater amatir radio pada frekuensi UHF untuk komunikasi dua arah antara guru-guru dan murid di MTs Pakis dilakukan dengan maksimum durasi push to talk. Hal ini sesuai prosedur operating radio, yaitu 120 detik agar bisa bergantian.
Ketua Orari Daerah Jawa Tengah, JB Praharto mengatakan dalam PJJ frekuensi radio ini Orari berposisi membimbing, mengawasi dan mendampingi masalah teknis dan prosedur operating para guru-guru MTs pakis dalam menggunakan perangkat radio HT. Sejauh ini, pengamatan dari Orari peralatan telah dimaksimalkan untuk perangkat belajar baik oleh guru maupun murid.
"Saya melihat ini bagian dari edukasi dua pihak. Bagi kami, dukungan ke MTs Pakis ini bagian dari gerakan solidaritas dan kepedulian untuk pendidikan," kata Praharto pada merdeka.com melalui sambungan telepon.
Lewat fasilitasi alat komunikasi berbasis radio frekuensi, para siswa MTs Pakis setidaknya lebih aman dan tak terkendala lagi menjalani proses belajar di masa pandemi Covid-19. Fasilitasi HT ini tak semata solusi praktis pemenuhan hak pendidikan bagi siswa di lokasi terpencil.
Di balik fasilitasi tersebut, termuat sikap saling peduli dari kesertaan berbagai pihak untuk meringankan beban satu sama lain di situasi sulit akibat pandemi . Solidaritas ini adalah langkah menjaga keamanan anak-anak dari resiko terpapar Covid-19 serta kelancaran pendidikan bagi generasi penerus bangsa.
(mdk/cob)