Kabut Asap Mengkhawatirkan, Warga Riau Mengungsi ke Medan
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau membuat warganya khawatir. Di antara mereka ada yang memilih mengungsi ke Kota Medan hingga kondisi udara di tempat tinggalnya kembali bersih.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau membuat warganya khawatir. Di antara mereka ada yang memilih mengungsi ke Kota Medan hingga kondisi udara di tempat tinggalnya kembali bersih.
Fatimahtuzzuhra El-Karim merupakan salah seorang warga Riau yang memilih mengungsi ke Medan. Perempuan asal Binjai, Sumut, ini mengaku khawatir dengan kesehatan anggota keluarganya, terutama anaknya yang masih berusia 1 tahun 6 bulan.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kapan Pallu Butung sering diburu? Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Kapan Ragit Jalo diburu masyarakat Palembang? Biasanya, ragit jalo diburu oleh masyarakat Palembang ketika Ramadan.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan Utara? Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Kalimantan Utara setelah sebagian besar bagian kerak Bumi masuk ke dalam lapisan dalam Bumi.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
"Kami terpaksa mengungsi ke Medan, karena kami mempunyai anak yang masih kecil," kata Fatimah, Senin (16/9).
Warga Jalan Suka Karya, Perumahan Puri Indah Kualu, Kelurahan Tarai Bangun, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, ini bercerita bahwa mereka sudah mulai merasakan kabut asap sejak Juli 2019. Awalnya masih tipis, namun lama-kelamaan semakin tebal.
"Beberapa Minggu belakangan asap sangat tebal sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Medan," ungkapnya.
Fatimah menuturkan bahwa sejak asap tebal dari Agustus 2019, dirinya dan anaknya lebih memilih tidak keluar rumah karena mengingat asap sudah sangat berbahaya dengan kesehatan.
"Kami lebih memilih di dalam rumah. Apalagi di luar rumah masih ada lahan dan sudah ada yang terbakar. Makanya, kami tidak mau keluar rumah," tuturnya.
Karena khawatir dengan kesehatan buah hatinya, setibanya di Medan, Fatimah dan suami langsung memeriksakan kesehatan putra mereka, Adam. "Alhamdulillah, keadaan anak saya tidak apa-apa. Kami juga masih menunggu apakah asap di sana sudah benar-benar tidak berbahaya. Kalau tidak berbahaya kemungkinan kami akan kembali ke Kampar," sebut Fatimah yang sementara tinggal di rumah kakaknya di Medan.
Seperti diberitakan, kabut asap akibat karhutla sudah sangat mengkhawatirkan. Warga pun dihantui berbagai penyakit.
Data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), kebakaran terbesar yang terjadi di Riau mencapai 40 ribu hektare.
Udara di empat daerah Riau masuk kategori berbahaya untuk dihirup, yakni Kota Pekanbaru, Rokan Hilir, Dumai dan Siak. Sementara dua daerah lain yang dinyatakan tidak sehat yaitu Bengkalis dan Kampar.
Baca juga:
Terdampak Asap, Bayi di Pekanbaru Dipasang Alat Nebulizer
BMKG Pastikan Kabut Asap di Aceh Bukan dari Karhutla Riau
Darurat Kabut Asap!
Pantauan Udara Kabut Asap Masih Selimuti Riau
Panglima TNI Siapkan Drone 24 Jam Pantau Titik Api Karhutla Riau
Akibat Kabut Asap, Udara Empat Daerah di Riau Berbahaya untuk Dihirup