Kapal Karam di Labuan Bajo Pernah Tenggelam, Wisatawan Minta Polisi Turun Tangan
Kapal wisata Tiana terbalik dan tenggelam di perairan Batu Tiga, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/1). Meski tidak merenggut korban jiwa, namun wisatawan yang ada di kapal nahas itu meminta polisi dan aparat terkait mengusut sejumlah kejanggalan, termasuk penggunaan kapal bekas tenggelam.
Kapal wisata Tiana terbalik dan tenggelam di perairan Batu Tiga, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/1). Meski tidak merenggut korban jiwa, namun wisatawan yang ada di kapal nahas itu meminta polisi dan aparat terkait mengusut sejumlah kejanggalan, termasuk penggunaan kapal bekas tenggelam.
Melayani rute Labuan Bajo-Pulau Padar-Labuan Bajo, Kapal wisata Trian bermuatan 17 orang, terdiri dari 13 wisatawan dan 4 kru. Warga negara asing mendominasi turis yang menumpang kapal itu.
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan bangkai kapal tersebut tenggelam? Para arkeolog mengatakan, temuan unik ini berasal dari periode Romawi dan Mamluk sekitar 1.700 dan 600 tahun lalu.
-
Kapan kapal Dinasti Ming tenggelam? Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664.
-
Kapan bangkai kapal itu diperkirakan tenggelam? Kapal berusia 3.300 tahun dan muatannya yang terdiri dari ratusan amphorae (bejana penyimpanan) yang masih utuh itu ditemukan di dasar laut Mediterania, seperti yang dilaporkan dalam siaran pers bersama hari ini dari Otoritas Purbakala Israel (IAA) dan Energean.
Seorang penumpang asal Pekalongan, Khouw Cynthia Josephine Kosasih (26) bercerita dia bersama sang ayah berwisata ke Labuan Bajo secara mandiri. Agen travel yang dia pesan diduga bekerja sama dengan travel lainnya, sehingga saat tiba mereka dijanjikan akan memberikan kapal bernama Nadia dengan satu kamar master dan satu kamar privat.
Saat tiba di dermaga Labuan Bajo, dia dinaikkan ke kapal bernama Tiana. "Saya kaget sekali karena kapal ini nggak sesuai seperti yang saya order, saya protes dong. Terus ada beberapa orang luar negeri yang datang dan kapal yang dipesan nggak sesuai. Mereka pesan kapal lain, tapi naik kapal lain," jelas Khouw Cynthia Josephine Kosasih.
Saat mereka protes karena kapal yang ditumpangi tidak sesuai pesanan, kru kapal menjelaskan bahwa kapal Tiana lebih baru daripada kapal Nadia yang dipesan sebelumnya. "Mereka bilang kamu di sini aman karena kapal ini lebih baru dari Nadia, sehingga saya tidak protes lagi dan kami menginap di situ," ungkap Cynthia.
Setelah dari Pulau Komodo dan ingin melihat spot pari manta di trip hari kedua, kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba oleng ke kanan. Seluruh barang bawaan seperti handphone, KTP, pakaian, tenggelam dan hilang.
"Saya sangat ketakutan sekali, untung pintu kamarnya saya nggak kunci, kalo kunci saya nggak tahu lagi nasib saya bagaimana. Nggak ada live jacket di dalam kamar, nggak ada palu darurat bahkan kru kapal nggak briefing sebelum berlayar. Sehingga saat kejadian kita bingung dan panik," protesnya.
Kapal Bekas Tenggelam
Cynthia menambahkan, saat dievakuasi oleh tim SAR gabungan dia baru tahu bahwa yang mereka tumpangi tersebut merupakan kapal bekas dan pernah tenggelam bersama wisatawan.
"Aneh ya kapal pernah tenggelam lalu memakan korban jiwa dan kembali dapat lisensi dan di-branding lagi, berlayar lagi, bawa penumpang lagi, itu saya pertanyakan sih," katanya.
Cynthia kembali mengungkapkan, saat kapal yang mereka tumpangi tenggelam CV Wisata Alam sebagai penanggung jawab kaget. Bahkan mereka tidak tahu seluruh wisatawan dipindahkan dari kapal Nadia ke kapal Tiana.
"Saya bingung sekali. Ibu saya itu tidak bisa berenang, dia tidur di kasur tapi tiba-tiba masuk ke dalam air. Kalo begini siapa yang tanggung jawab, apakah dengan uang itu bisa cukup untuk kompensasi? Itu sih pertanyaan saya untuk pengelola kapal," tambahnya.
Dia meminta pihak kepolisian untuk mengecek kembali dokumen kapal-kapal wisata yang beroperasi di Labuan Bajo, sehingga wisatawan tidak menjadi korban kelalaian. "Kapal-kapal yang karam itu dihancurkan saja lah, atau dibuat rumah bagi ikan-ikan supaya tidak diperbaiki untuk angkut turis lagi. Korban-korban ini hari semuanya orang luar negeri, hanya saya yang lokal. Kasihan paspor, pakaian dan barang berharga semuanya hilang," tutupnya.
(mdk/yan)