Karena miskin, keluarga Alang di Makassar memilih menutup diri
Warga sekitar malah menjuluki mereka keluarga stres. Alang dan anak-anaknya hanya bisa pasrah.
Satu keluarga yang terdiri dari seorang ibu yang sudah tua renta hidup dalam belitan kemiskinan bersama tiga anaknya yang sudah dewasa. Warga Jalan Adipura 1, lorong 3 C, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan, memilih menutup diri selama puluhan tahun dan tidak bergaul dengan warga sekitar.
Keluarga itu tinggal di sebuah rumah yang tidak selesai dan terlihat sangat kumuh. Berlantai tanah, separuh dindingnya tembok, sisanya lagi dari tambalan papan sudah lapuk. Lalu di dalamnya ada ruangan sempit buat memasak. Dinding pembatasnya hanya tripleks sudah menghitam. Hanya ada sebuah dipan besar di dalamnya. Suasana rumah ini pengap. Penerangnya hanya sebuah bola lampu dengan cahaya remang-remang dari daya listrik 450 watt. Aroma pesing juga cukup menyeruak di dalamnya.
Di kiri kanan rumah ini ditumbuhi semak membikin kumuh. Hanya sesekali sang penghuni keluar berinteraksi dengan masyarakat, yakni saat membeli kebutuhannya di warung di tengah pemukiman.
Ditemui beberapa waktu lalu di rumahnya, terlihat tatapan mata mereka seolah tidak punya harapan. Kulit tubuhnya putih pucat.
Ibu tua renta ini bernama Alang (73), lalu anak-anaknya bernama Ari (50), Fandi (47), dan Lina (31). Karena sangat tertutup, warga setempat menjuluki mereka sebagai orang stres. Namun, selama puluhan tahun mereka tidak pernah membikin resah tetangga.
"Saya masih anak-anak saat itu, satu keluarga ini sudah ada. Sudah lama mereka tidak bersosialisasi dengan warga sekitar, jadi warga heran dan bertanya-tanya begitu tahannya mereka menutup diri. Tapi karena tidak bergaul begitu, tidak pernah juga mereka bikin keributan. Kita anggap saja keluarga stres," kata warga setempat, Ani (30).
Alang sempat berbagi kisah. Dia mengaku berasal dari Kabupaten Toraja. Sul, suaminya yang seorang tukang kayu, sudah lama meninggal. Sebelumnya, Alang mengaku mengontrak rumah di Jalan Veteran. Lantas dia pindah ke rumah saat ini ditinggali sejak 1994.
"Apa yang dicerita sama tetangga kalau keluar rumah? Untuk apa banyak cerita? Nanti huru hara saja," kata Alang, yang diamini Ari sang sulung tanda setuju.
Sementara Fandi hanya sesekali mendongakkan kepalanya di balik punggung kakaknya. Saat itu, Lina si bungsu sedang pergi. Dia mencari uang dengan membantu di sebuah pesta.
Terlihat keluarga ini normal jika berbincang. Namun pandangan warga sekitar sudah terlanjur negatif.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Karuwisi Utara, Kecamatan Panakkukang, Muin (58), mengatakan keluarga Alang ini sangat terbatas dari sisi ekonomi. Dia menduga mungkin hal itu membikin mereka memilih menjauh dari pergaulan masyarakat. Di sisi lain, dia melihat keluarga ini juga kurang pengetahuan.
"Kalau anaknya datang belanja di warung, langsung saja balik kanan kalau sudah terima barang yang hendak dibelinya. Tidak tahu kalau ada kembalian dari uang belanjanya. Nanti pemilik warung yang memanggil dan memberi uang kembalian," kata Muin.
Muin menceritakan, keluarga Alang memang sangat miskin. Mereka makan hanya kalau ada yang bisa dimakan, termasuk beras khusus keluarga miskin rutin diterima.
Soal rumahnya yang tidak layak dihuni, kata Muin, mereka sudah tiga kali mengajukan permohonan renovasi dan rehabilitasi ke Dinas Sosial. Namun tak pernah ditanggapi.
Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto, mendapat laporan tentang keluarga miskin ini sempat melongok langsung kondisi Alang, bersama Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr. Naisyiah.
Ramdhan langsung memerintahkan lurah setempat mencairkan dana buat membantu renovasi rumah keluarga Alang.